ABSTRAKWilayah Batubesi di Belitung Timur berada di zona bagian timur dari granit jalur timah Asia Tenggara sehingga diduga merupakan daerah yang sangat potensial bagi terbentuknya cebakan bijih seperti besi dan timah bersama dengan monasit dan mineral asesoris lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tataan geologi dan mengidentifikasi keterdapatan cebakan bijih dan mineral ikutan radioaktif di daerah Batubesi. Metodologi dalam penelitian ini adalah pemetaan geologi, pengukuran kadar uranium dan thorium, analisis petrografi, mineragrafi, dan butir. Daerah penelitian tersusun atas satuan granit dan metabatupasir. Granit diidentifikasi sebagai granit biotit dan granit hornblenda. Struktur geologi yang berkembang adalah sesar sinistral berarah barat daya -timur laut dan sesar dekstral berarah tenggara -barat laut. Cebakan bijih yang terbentuk di merupakan cebakan bijih besi primer tipe skarn iron tin polymetallic dengan magnetit sebagai mineral utama dan monasit serta zirkon sebagai mineral ikutan radioaktif . Mineral ikutan lainya adalah hematit, ilmenit, kasiterit, dan rutil.Kata kunci: geologi, radioaktif, Batubesi, kasiterit, bijih besi, monasit. ABSTRACT The Batubesi area in Belitung Timur is located in the eastern part of the Southeast
ABSTRAKMetode gayaberat merupakan metode geofisika yang sudah sering digunakan dalam prospeksi sumberdaya mineral. Parameter objek pencarian berdasarkan variasi pengukuran percepatan gayaberat di permukaan yang diakibatkan oleh variasi perubahan geologi bawah permukaan. Lokasi penelitian di daerah Mamuju Provinsi Sulawesi Barat yang secara tektonik merupakan wilayah geologi kompleks berada pada pertemuan tiga lempeng besar yaitu Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia serta Lempeng Filipina yang berukuran lebih kecil. Selain itu Mamuju merupakan wilayah dengan laju dosis radioaktivitas tinggi sehingga berpotensi memiliki sumberdaya mineral radioaktif. Tujuan dari penelitian adalah mendapatkan anomali gayaberat dengan cara melakukan pemisahan dan interpretasi secara kualitatif anomali gayaberat regional dan residual. Nilai Anomali Bouguer Lengkap (ABL) daerah penelitian yang didapat dari hasil pengukuran adalah 46,0 -115,7 mgal. Berdasarkan peta ABL tersebut proses pemisahan anomali gayaberat regional dan residual dilakukan dengan menggunakan teknik Gaussian Filtering. Teknik filtering ini bekerja berdasarkan analisis spektrum perubahan amplitudo gayaberat secara spasial yang hasilnya berupa bilangan gelombang dengan cutoff sebesar 1,1736 x 10 -3 / m dan panjang gelombang sebesar 5373,45 m. Anomali gayaberat regional dan residual berturut-turut memiliki rentang nilai 51,8 sampai 102 mGal dan -10,4 sampai 14,8 mGal. Kedalaman wilayah spektrum masing-masing anomali tersebut dapat dihitung berdasarkan panjang gelombangnya yaitu anomali regional sebesar 970,97 m dan anomali residual sebesar 100,21 m. Terdapat lima zona berdasarkan peta anomali residualnya yaitu zona A, B, C, D, dan E. Anomali gayaberat positif paling besar terdapat pada zona A dan B yang diperkirakan dipengaruhi oleh keberadaan lava Adang dengan arah penyebaran relatif utara -selatan.
ABSTRAK Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong memiliki luas 460 hektar. Sebagian besar kawasan ini merupakan ruang terbuka hijau. Seiring dengan pertumbuhan kegiatan penelitian, kebutuhan sarana infrastruktur dan bangunan juga akan semakin meningkat. Sebagai sarana strategis nasional, diperlukan desin bangunan yang kokoh untuk dan sesuai dengan kondisi bawah permukaan. Survey geolistrik dapat digunakan untuk mengetahui kondisi/informasi di bawah permukaan tanah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran di bawah permukaan berdasarkan distribusi nilai geolistrik tahanan jenis di area rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimen (RDE). Pengambilan data tahanan jenis menggunakan alat ukur resistivitymeter multichannel tipe MAE X612EM+ secara 2-D menggunakan 48 channel konfigurasi Wenner-Schlumberger. Jumlah elektroda yang digunakan adalah 48 buah dengan interval jarak antar elektroda 5 m. Berdasarkan pemodelan inversi 2-D telah dihasilkan empat model penampang lintasan yaitu line-1, line 2, line-3, dan line-4. Kesalahan data di tiap lintasan relatif kecil, kurang dari 12%. Interpretasi geologi dilakukan pada pada penampang line-2 dan line-3 menggambarkan keberadaan lapisan A, B, dan C. Lapisan A diduga berupa batuan dengan ukuran butir lempung-lanau yang mengandung material organik dengan rentang nilai tahanan jenis 2-20 ohm-m dan variasi ketebalan sekitar 1-7 m. Lapisan B diduga berupa batupasir yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 10-90 ohm-m dengan variasi ketebalan 5-20 m. Lapisan C diduga merupakan batulempung yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 2-5000 ohm-m dengan variasi kedalaman 10-20 m. ABSTRACT The area of Center for Research in Science and Technology (PUSPIPTEK) Serpong is 460 hectares wide. Most of the area is a Green Open Spaces (RTH). In the line with the growth of research activities, the need for infrastructure and building facilities also increases. As a national strategic facility, it is necessary to design buildings that are sturdy for and suitable with subsurface conditions. Geolectrical survey can be used to determine of subsurface condition/information. The purpose of this study is to obtain the ilustration of subsurface, based on the distribution of geoelectric resistivity values in the site of Experimental Power Reactor (RDE) construction. The resistivity data acquisition is using a multichannel resistivitymeter MAE X612EM+ type in 2-D by 48 channel of Wenner-Schlumberger configuration. The numbers of elctrodes used are 48 with an electrode interval of 5 m. Based on 2-D inversion model, there are four section models obtained, namely line-1, line 2, line-3, and line-4. The data error for each section is relatively small, less than 12%. Geological interpretation carried out in the section line-2 and line-3 illustrates the existence of layers A, B, and C. Layer A is interpreted as rock with silt to clay grain size containing organic material with resistivity values range 2-20 ohm-m and thickness varries in 1-7 m. Layer B is interpreted as sandstone which has a range of resistivity values from 10-90 ohm-m with thickness variations 5-20 m. Layer C is interpreted as claystone which has a range of resistivity values from 2-5000 ohm-m with depth variation in 10-20 m.
ABSTRAKEksplorasi torium di wilayah granit jalur timah pada lima tahun terakhir ditargetkan pada keterdapatan torium di cebakan timah primer maupun sekunder. Pulau Singkep adalah bagian dari Granit Jalur Timah, yang potensial terhadap keberadaan torium, sebagai cebakan primer maupun sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keterdapatan torium pada laterit bauksit menyangkut kadar torium dan kaitannya dengan keterdapatan mineral radioaktif dan kandungan cerium (Ce), lantanum (La), itrium (Y), dan zirkon (Zr) pada laterit bauksit. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan eksplorasi torium pada cebakan laterit bauksit di Indonesia. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran kadar torium, dan pengambilan sampel konsentrat dulang untuk analisis mineral butir dan analisis kadar Ce, La, Y, dan Zr. Litologi yang menyusun daerah penelitian terdiri atas granit lapuk yang telah terubah menjadi laterit bauksit dengan kadar torium berkisar antara 25,9 hingga 177,8 ppm eTh. Konsentrat hasil pendulangan adalah konsentrat zirkon-ilmenit dengan kandungan mineral radioaktif terdiri dari zirkon, monasit, dan anatas. Kadar lantanum pada konsentrat zirkon-ilmenit adalah 0-412 ppm, cerium 0-80 ppm, itrium 27-82 ppm, dan zirkon 9.420-100.000 ppm. Keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit di Pulau Singkep berhubungan erat dengan keterdapatan mineral zirkon, monasit, dan anatas. Karakterisrik keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit mempunyai kemiripan dengan karakteristik keterdapatan torium pada cebakan timah primer dan sekunder.Kata kunci: geologi, laterit bauksit, torium, logam tanah jarang, Singkep. ABSTRACTThe thorium exploration in the last five years in the granite tin belt region is targeted at thorium availability in primary and secondary tin deposits. Singkep island is the part of granite tin belt which potential for thorium occurences either primer or secondary deposits. The purpose of this study was to determine the characteristics of thorium availability in bauxite laterite deposits concerning thorium content and its relation to the availability of radioactive minerals and cerium (Ce), lanthanum (La), Yttrium (Y), and zircon (Zr)
ABSTRAKPulau Singkep adalah bagian dari jalur timah Asia Tenggara, yang salah satu litologinya tersusun oleh granit Muncung. Keberadaan granit tersebut memungkinkan adanya cebakan mineral radioaktif yang prospek terhadap uranium dan thorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterdapatan mineral radioaktif pada granit Muncung sebagai tahap awal untuk penilaian prospek uranium dan thorium di Pulau Singkep. Metoda yang digunakan adalah pengambilan sampel batuan granit, analisis petrografi sampel granit Muncung, analisis kadar uranium dan thorium serta analisis butir sampel konsentrat dulang yang diambil di wilayah granit Muncung. Mineral radioaktif pada granit Muncung adalah monasit dan zirkon sedangkan pada konsentrat dulang adalah monasit, zirkon, dan senotim. Persentase monasit dalam konsentrat dulang adalah 1,1 – 59,53 %, zirkon 0,68 –55,07 % dan senotim 0,39 – 3,54 %. Kadar uranium dalam konsentrat dulang adalah 30 – 1.346 ppm dan kadar thorium 557 – 13.200 ppm. Disimpulkan bahwa daerah di sekitar granit Muncung dianggap cukup prospek uranium dan thorium dan dapat dikembangkan ke tahapan eksplorasi lebih detail. ABSTRACTSingkep Island is part of Southeast Asia tin belt, which is one of the lithologies, composed of granite Muncung. Existence of granite allows formed deposits of radioactive minerals that prospect of the uranium and thorium. This research goal is to identify radioactive minerals occurrences on granit Muncung in the initial stage for prospect assessment of uranium and thorium in Singkep Island. The Methodologies are granite sampling, petrography analysis of Muncung granite samples, uranium and thorium content analysis and grain size analysis of pan concentrate samples. Radioactive minerals in Muncung granite are monazite and zircon, while in pan concentrate they are monazite, zircon, and xenotime. The percentage of monazite, zircon, and xenotime in the pan concentrate are 1.1–59.53 %, 0.68–55.07 %, and 0.3–3.54 % respectively. The uranium and thorium content in the pan concentrate are 30–1,346 ppm and 557–13,200 ppm respectively. It concluded that the area around the Muncung granite considered prospect for uranium and thorium, and possibly developed into more detailed exploration stage.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.