ABSTRAKWilayah Batubesi di Belitung Timur berada di zona bagian timur dari granit jalur timah Asia Tenggara sehingga diduga merupakan daerah yang sangat potensial bagi terbentuknya cebakan bijih seperti besi dan timah bersama dengan monasit dan mineral asesoris lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tataan geologi dan mengidentifikasi keterdapatan cebakan bijih dan mineral ikutan radioaktif di daerah Batubesi. Metodologi dalam penelitian ini adalah pemetaan geologi, pengukuran kadar uranium dan thorium, analisis petrografi, mineragrafi, dan butir. Daerah penelitian tersusun atas satuan granit dan metabatupasir. Granit diidentifikasi sebagai granit biotit dan granit hornblenda. Struktur geologi yang berkembang adalah sesar sinistral berarah barat daya -timur laut dan sesar dekstral berarah tenggara -barat laut. Cebakan bijih yang terbentuk di merupakan cebakan bijih besi primer tipe skarn iron tin polymetallic dengan magnetit sebagai mineral utama dan monasit serta zirkon sebagai mineral ikutan radioaktif . Mineral ikutan lainya adalah hematit, ilmenit, kasiterit, dan rutil.Kata kunci: geologi, radioaktif, Batubesi, kasiterit, bijih besi, monasit. ABSTRACT The Batubesi area in Belitung Timur is located in the eastern part of the Southeast
ABSTRAK Kecamatan Tapalang, Mamuju, menjadi tujuan eksplorasi uranium dengan adanya radiasi tinggi terdeteksi pada batuan basaltik Formasi Adang. Diperlukan lokalisasi daerahdaerah dengan tingkat potensi kandungan uranium yang tinggi. Proses alterasi meningkatkan tingkat kelarutan uranium, sehingga kadar uranium berkurang dan terjadi pengkonsentrasian torium serta logam tanah jarang (REE) yang signifikan. Dengan asumsi bahwa alterasi berasosiasi dengan rasio Th/U, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui sebaran alterasi batuan berdasarkan korelasinya terhadap rasio Th/U. Penelitian dilakukan dengan pengukuran radioaktivitas dan pengamatan alterasi di lapangan, kemudian dilengkapi dengan analisis XRF dan analisis mineragrafi untuk mengetahui tingkat alterasi. Rasio Th/U pada batuan lava Tapalang yang masih relatif segar memiliki nilai 3-30, dan batuan yang telah teralterasi memiliki nilai 30 ->3000. Pengembangan eksplorasi torium dapat difokuskan pada daerah dengan alterasi lanjut, sedangkan eksplorasi uranium harus difokuskan pada daerah yang bersifat reduktif, yang memungkinkan terbentuknya cebakan uranium.
ABSTRAKElla Ilir secara administratif terletak di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Geologi regional daerah Ella Ilir tersusun atas batuan malihan berumur Trias–Karbon yang diterobos oleh batuan granitik berumur Yura dan Kapur. Keterdapatan mineral radioaktif di daerah tersebut terindikasi dari radioaktivitas urat-urat magnetit pada batuan malihan berumur Trias–Karbon dengan kisaran nilai 1.000 c/s hingga 15.000 c/s. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis cebakan mineral bijih dan mengidentifikasi keterdapatan mineral radioaktif pada urat-urat bijih magnetit di daerah Ella Ilir. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran radioaktivitas, analisis kadar uranium, dan analisis mineragrafi beberapa sampel urat bijih magnetit. Litologi daerah penelitian tersusun oleh kuarsit biotit, metatuf, metabatulanau, metapelit, granit biotit, dan riolit. Sesar sinistral barat-timur dan sesar dekstral utara-selatan merupakan struktur sesar yang berkembang di daerah ini. Komposisi mineral urat-urat magnetit terdiri dari mineral-mineral bijih besi, sulfida, dan radioaktif. Mineral bijih besi terdiri dari magnetit, hematit, dan gutit. Mineral sulfida terdiri dari pirit, pirhotit, dan molibdenit sedangkan mineral radioaktif terdiri dari uraninit dan gumit. Keterdapatan urat-urat bijih magnetit dikontrol oleh litologi dan struktur geologi. Urat-urat magnetit pada metabatulanau berukuran tebal (1,5–5 m), mengisi rekahan-rekahan yang terdapat di sekitar zona sesar. Sementara itu, urat-urat magnetit pada metapelit berukuran tipis (milimetrik–sentimetrik), mengisi rekahan-rekahan yang sejajar dengan bidang sekistositas. Cebakan mineral bijih di daerah penelitian adalah cebakan bijih besi atau cebakan bijih magnetit berbentuk urat karena proses hidrotermal magmatik.ABSTRACTElla Ilir administratively located in Melawi Regency, West Kalimantan. Regional geology of Ella Ilir area is composed of metamorphic rocks in Triassic–Carboniferous age which are intruded by Jurassic and Cretaceous granitic rocks. Radioactive minerals occurences in the area are indicated by magnetite veins radioactivities on Triassic to Carboniferous metamorphic rocks whose values range from 1,000 c/s to 15,000 c/s. Goal of the study is to determine the type of ore mineral deposits and to identify the presence of radioactive mineral in magnetite veins in Ella Ilir area. The methods used are geological mapping, radioactivity measurements, analysis on uranium grades, and mineragraphy analysis of severe magnetite veins samples. Lithologies of the study area are composed by biotite quartzite, metatuff, metasilt, metapellite, biotite granite, and ryolite. The east-west sinistral fault and the north-south dextral fault are the developed fault structures in this area. Mineral composition of magnetite veins are consists of iron ore, sulfide, and radioactive minerals. Iron ore mineral consists of magnetite, hematit, and goetite. Sulfide minerals consist of pyrite, pirhotite, and molybdenite, while radioactive minerals consist of uraninite and gummite. The occurences of magnetite veins are controlled by lithology and geological structures. The magnetite veins in metasilt are thick (1.5–5 m), filled the fractures in the fault zone. Meanwhile, the magnetite veins in metapellite are thinner (milimetric–centimetric), filled the fractures that are parallel to the schistocity. The ore deposits in the study area are iron ore deposits or magnetite ore deposits formed by magmatic hydrothermal processes.
ABSTRAKEksplorasi torium di wilayah granit jalur timah pada lima tahun terakhir ditargetkan pada keterdapatan torium di cebakan timah primer maupun sekunder. Pulau Singkep adalah bagian dari Granit Jalur Timah, yang potensial terhadap keberadaan torium, sebagai cebakan primer maupun sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keterdapatan torium pada laterit bauksit menyangkut kadar torium dan kaitannya dengan keterdapatan mineral radioaktif dan kandungan cerium (Ce), lantanum (La), itrium (Y), dan zirkon (Zr) pada laterit bauksit. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan eksplorasi torium pada cebakan laterit bauksit di Indonesia. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran kadar torium, dan pengambilan sampel konsentrat dulang untuk analisis mineral butir dan analisis kadar Ce, La, Y, dan Zr. Litologi yang menyusun daerah penelitian terdiri atas granit lapuk yang telah terubah menjadi laterit bauksit dengan kadar torium berkisar antara 25,9 hingga 177,8 ppm eTh. Konsentrat hasil pendulangan adalah konsentrat zirkon-ilmenit dengan kandungan mineral radioaktif terdiri dari zirkon, monasit, dan anatas. Kadar lantanum pada konsentrat zirkon-ilmenit adalah 0-412 ppm, cerium 0-80 ppm, itrium 27-82 ppm, dan zirkon 9.420-100.000 ppm. Keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit di Pulau Singkep berhubungan erat dengan keterdapatan mineral zirkon, monasit, dan anatas. Karakterisrik keterdapatan torium pada endapan laterit bauksit mempunyai kemiripan dengan karakteristik keterdapatan torium pada cebakan timah primer dan sekunder.Kata kunci: geologi, laterit bauksit, torium, logam tanah jarang, Singkep. ABSTRACTThe thorium exploration in the last five years in the granite tin belt region is targeted at thorium availability in primary and secondary tin deposits. Singkep island is the part of granite tin belt which potential for thorium occurences either primer or secondary deposits. The purpose of this study was to determine the characteristics of thorium availability in bauxite laterite deposits concerning thorium content and its relation to the availability of radioactive minerals and cerium (Ce), lanthanum (La), Yttrium (Y), and zircon (Zr)
There are several volcanic rocks in a radius of 150 km from where the Nuclear Power Plant (NPP) site project in West Kalimantan. The Mesozoic volcanic rocks have not been characterized for volcanic hazard evaluation purposes due to their old age. However, the distribution of Raya Volcanic Rocks that covers the site area and the wider area up to 150 kilometers from the site makes this rock group quite important to be characterized to find out how its activities in the past. This paper's objective is to comprehend the distribution and characteristics of Raya Volcanic Rocks for NPP site volcanic hazard evaluation purposes. Fieldwork and lineament analyses were conducted to map and interpret the distribution of Raya Volcanic Rocks while mineralogical analysis using petrography and micro XRF were conducted to characterize the Raya Volcanic Rocks. The distribution of Raya Volcanic Rocks that relatively show NNW-SSE orientation is probably controlled by the NNW-SSE fault system. The analyses resulted that Raya Volcanic Rocks erupted as lava flows derived from mafic magma as a product of mantle partial melting that underwent crystal fractionation, injection of hotter/more Ca-rich magma, and magma mixing on an open-system magmatic process.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.