The Ganjuran Church, a parish church located in South of Yogyakarta, is an interesting object related to typological studies. This study reveals that since its first establishment, Ganjuran Church has experienced three phases of development. From those phases, buildings in Ganjuran complex can be compiled into five types: kampong, limasan and joglo houses, Javanese Hindu-Budhism temple and Roman basilica. Meanwhile, architectural transformations occurs in the monument and church areas. This study also interprets that typological analysis is not only able to reveal architectural transformations, but also cultural transformations. In this context, typology is not only related to technical matters such as form and construction but also non-technical matters such as cultural perception and symbolism.Keywords: Transformation, church, typology. ABSTRAK Gereja Ganjuran, sebuah gereja paroki yang terletak di selatan Yogyakarta, merupakan sebuah obyek yang menarik terkait dengan studi typologi. Tulisan ini membuktikan bahwa semenjak pertama kali didirikan, Gereja Ganjuran telah mengalami tiga phase perkembangan. Dari phase-phase tersebut, bangunan-bangunan di komplek Ganjuran dapat
Joglo adalah salah satu bentuk arsitektur Jawa yang diperuntukkan bagi golongan bangsawan.Meskipun diperuntukkan bagi strata sosial tertinggi, pengalaman empirik maupun penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa secara teknis konstruksi joglo ternyata masih memiliki kelemahan, khususnya terhadap gempa. Hal ini memunculkan pertanyaan yaitu mengapa konstruksi joglo tidak pernah dikembangkan lagi padahal belum ideal. Untuk itu, kajian tektonika diperlukan karena melalui kajian ini aspek logika konstruksi, proses penciptaan hingga suasana ruang yang tercipta dibalik susunan konstruksi dapat diungkapkan. Dengan pengungkapan ini maka akan dipahami bahwa dibalik kelemahan yang ada pasti ada keunggulan-keunggulan yang bersifat kontekstual. Karena analisis penelitian ini akan mengungkapkan fakta-fakta sejarah maka metode penelitian yang digunakan adalah historis-interpretatif dengan strategi naratif-historis. Melalui kajian tektonika, penelitian ini mengungkapkan bahwa joglo sesungguhnya merupakan arsitektur hibrid, karena merupakan perpaduan antara unsur arsitektur tradisional yang lebih bersifat teknonik dengan unsur arsitektur klasik Jawa yang lebih besifat strereotomik.
Perancangan ini bertujuan untuk mengolah sumber daya alam yang jumlahnya masih berlimpah di Indonesia dan menjadikan kayu kelapa sebagai material substitusi kayu-kayu di pasaran yang mulai langka. Metode perancangan yang digunakan terdiri dari delapan tahap. Empat tahap pertama adalah memahami material, eksplorasi joint, mendesain konektor besi, dan melakukan tes terhadap kestabilan konektor tersebut. Setelah ditemukan desain konektor besi terbaik, tahapan berikutnya adalah mendesain produk, merealisasikan produk, memasarkan produk, dan melakukan evaluasi. Hasil perancangan berupa tiga set produk interior yang terdiri dari tiga belas produk mulai dari mebel, aksesoris, hingga elemen interior. Optimasi yang telah dilakukan menghasilkan produk interior yang tidak hanya menawarkan desain yang premium, namun juga memiliki ketahanan produk yang juga baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.