Weather radar operational have a limitation that leads to a quality reduction of radar rainfall estimation, such as interference at Pontianak’s weather radar. The application of 3D Clutter Map and Data Processing (3DCDP), Brightband Echo Correction (BBC), and Z–Based Attenuation Correction (ZATC) which include in post–processing QC is the common procedure of radar limitation mitigation. This procedure applied to data of Pontianak weather radar over 1 January 2019 – 31 December 2019. The QC implemetation effect observed qualitatively and quantitatively by compare radar’s product before and after QC implementation. Data of radar rainfall estimation compared with rainfall observation data from AWS/ARG, and validated with RMSE and ME values. The comparison of the weather radar image shows that the interference and clutter around the weather radar is reduced. According to 19 validation value on the 10 cases of chosen rain, 18 value shows QC’s increased the accuracy of radar rainfall estimation, though insignificant and still underestimate.
Hujan sangat lebat dengan intensitas mencapai 73,6 mm/jam di Kabupaten Sidoarjo tanggal 28 Mei 2020 menyebabkan bencana banjir. Hujan lebat disebabkan oleh adanya aktivitas awan konvektif cumulonimbus. Aktivitas awan ini dapat dianalisis dengan memanfaatkan penginderaan jauh satelit Himawari-8 dengan metode NWP dan RGB yang diolah dengan aplikasi SATAID. Hasil menunjukkan terdapat pola konvergensi dan siklonik di wilayah Jawa Timur yang mengakibatkan potensi pertumbuhan awan konvektif semakin meningkat. Awan mulai terbentuk pada pukul 03.00 UTC dan mulai menutupi wilayah Sidoarjo pada pukul 04.30 UTC. Dengan metode RGB, terpantau awan cumulonimbus yang tinggi dan tebal serta mengandung kristal es. Berdasarkan metode NWP, adanya awan cumulonimbus ini ditandai dengan kondisi atmosfer yang labil dan berpotensi mengalami cuaca buruk dengan nilai SSI -0,1 ℃, CAPE 663 J/kg, CIN 20 J/kg, SWEAT 338 pada pukul 06.00 UTC. Selain itu, berdasarkan data reanalisis Copernicus ECMWF diperoleh nilai divergensi -0,02 s-1 dan nilai kelembapan mencapai >100%. Hal ini menunjukkan bahwa analisis dengan menggunakan metode NWP, metode RGB dan data reanalisis Copernicus ECMWF memiliki kesesuaian dan saling mendukung satu sama lainnya.
Quasi-Linear Convective System (QLCS) merupakan salah satu sistem konvektif bertipe linear yang dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik QLCS di wilayah Pontianak. Penelitian ini mengambil kasus QLCS yang terjadi selama tahun 2019 di Pontianak dengan memanfaatkan pengamatan berbasis radar cuaca C-Band dalam radius 150 km untuk menganalisis karakteristik QLCS. Karakteristik QLCS yang dianalisis berupa sebaran temporal dan spasial, tipe pembentukan, profil propagasi sistem, serta vertical wind shear lapisan bawah dengan menggunakan produk CMAX, CTR, dan VSHEAR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kejadian sebanyak 16 kasus QLCS yang terjadi di wilayah cakupan radar cuaca Pontianak selama tahun 2019. Dari fase inisiasi, matang, hingga disipasi, sebagian besar QLCS mampu bertahan hingga 30–60 menit dan 60–90 menit dan lebih banyak terjadi pada siang hari di wilayah coastal plain dikarenakan sifat daratan yang lebih cepat menyerap panas dibandingkan lautan. Pada fase inisiasi, proses pembentukan QLCS lebih sering terjadi dengan tipe broken line dan broken areal. Arah propagasi QLCS cenderung ke arah barat dengan kecepatan yang dominan pada kategori fast moving (> 7 m/s) serta nilai vertical wind shear pada lapisan bawah lebih dari 5 m/s/km (strong) dari fase inisiasi, matang, hingga disipasi karena pengaruh angin darat dan angin laut serta pemanasan matahari yang kuat di wilayah ekuator.
Fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca ekstrem yang merugikan manusia. Pada tanggal 11 November 2019 lalu, terjadi hujan es di Kabupaten Ngawi dimana hujan es mengguyur hingga Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro, sehingga kerugian yang ditafsir lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi atmosfer dan lautan sebelum hingga saat kejadian hujan es sehingga kedepannya dapat digunakan dalam menganalisis dan memberikan peringatan kepada masyarakat agar dapat mengantisipasi terjadinya kerugian yang lebih besar. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis dengan data citra satelit Himawari-8 yang diolah dengan aplikasi SATAID serta analisis data reanalisis Copernicus ECMWF yang diolah dengan aplikasi GrADS. Hasil penelitian menunjukkan pada saat hujan es terdapat belokan angin disekitar wilayah Ngawi serta suhu muka air laut yang hangat di sebelah Utara Perairan Pulau Jawa. Hal ini mendukung adanya pertumbuhan awan konvektif yang dibuktikan dengan adanya kelembapan udara yang tinggi, kondisi atmosfer yang tidak stabil dan terbentuknya awan jenis cumulonimbus.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.