Mineral pirit merupakan salah satu mineral sulfida yang sangat sering dijumpai di dalam batubara. Kehadiran mineral pirit sangat berpotensi menimbulkan masalah pada kegiatan penambangan dan pemanfaatan batubara. Terkhusus pada kegiatan penambangan, mineral pirit berpotensi menimbulkan air asam tambang (acid mine drainage) dan pada pemanfaatannya menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Permasalahan tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan kegiatan penelitian dan analisis terhadap karakteristik mineral pirit yang terkandung pada batubara di Desa Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis mikroskopi (petrografi), ultimat (total sulfur) dan X-Ray Diffraction. Hasil analisis mikroskopi menunjukkan bahwa mineral pirit pada batubara di bawah mikroskop terlihat dalam keadaan bebas (tidak terikat) dan tidak terinklusi oleh mineral lain. Kenampakan di bawah mikroskop juga memperlihatkan adanya mineral kuarsa yang diinklusi oleh mineral karbonat. Kenampakan mineral pirit (FeS2) (iron sulfide) memperlihatkan warna krem pucat, isotropik, relief tinggi, berbutir halus, tersebar tidak merata pada massa maseral. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa bentuk mineral pirit yang dominan adalah bentuk pirit framboidal yang terdiri dari kristal oktahedral, ukuran halus dan speroidal. Hasil analisis XRD memperlihatkan mineral pirit terdeteksi dalam difaktogram pada semua conto batubara ML-1, ML-2A, ML-3, ML-4 dan ML-F. Pada sampel ML-1 terlihat peak tertinggi dengan sudut 2θ 33.26o dan intensitas 2.6195Å. Pada Conto ML-1 juga terlihat di sudut 2θ 57.982o dengan intensitas 1.5893Å dan peak pirit masih sangat mendominasi dan mempunyai sistem kristal isometrik. Hasil analisis ultimat (total sulfur) conto batubara yang diteliti memiliki kandungan sulfur minimum 1,54% (sampel ML-F) dan maksimum 11,86% (sampel ML-1). Rata-rata kandungan sulfur total pada sampel batubara di daerah penelitian memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 5,18%. Hal ini menunjukkan bahwa batubara yang dianalisis dikatagorikan sebagai batubara dengan kandungan sulfur yang tinggi. Mineral pirit merupakan mineral sulfida yang paling umum dijumpai pada batubara dan memberikan kontribusi yang besar terhadap kandungan sulfur pada batubara. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, karakteristik pirit pada batubara yang terdapat di daerah penelitian berpotensi memicu terbentuknya air asam tambang dan dapat menimbulkan masalah dalam pemanfaatannya.Kata Kunci: batubara, mineral pirit, total sulfur, mikroskopi, XRD, air asam tambang.
Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui dampak positif industri semen terhadap lingkungan masyarakat. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang meliputi koordinat lokasi dan kuesioner serta data sekunder yang berupa data pemanfaatan tenaga kerja dan Company Social Responsibility (CSR). Semua data dari hasil kuesioner atau wawancara dikumpulkan dan diolah dengan diuraikan dalam bentuk tabel untuk dapat dibagi kelompok umur, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa industri mempunyai dampak positif bagi masyarakat. Dari pernyataan 41 pernyataan masyarakat atau atau 100% orang yang dijadikan responden mengatakan bahwa masyarakat merasakan dampak positif industri serta pembangunan infrastruktur seperti pembangunan masjid, sarana kesehatan, sarana olahraga serta serta sarana jalan. Serta pemanfaatan tenaga kerja lokal yang berkisar 581 dari pangkep, 777 dari daerah lain atau kota di Sulawesi Selatan dan 274 dari luar Sulawesi Selatan dari 1.623 karyawan industri.
Batubara Kadingeh di Kecematan Baraka, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan secara geografis terletak pada titik koordinat: 03o28’31” Lintang Selatan dan 119o52’41” Bujur Timur dan termasuk dalam kategori rank batubara Subbituminous. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa hasil analisis yang telah dilakukan. Analisis mikroskopis menunjukkan bahwa terdapat dua mineral yang dominan seperti clay dan pirit. Sedangkan hasil analisis X-ray diffraction (XRD) batubara Desa Kadingeh menunjukkan kandungan mineral-mineral seperti kuarsa, goethit, illit dan pirit. Hasil analisis kualitas batubara menunjukkan bahwa kandungan inherent moisture berkisar dari 9,75%-11,17%, kandungan abu berkisar dari 3,54%-8,42%, volatile matter berkisar dari 25,26%-27,32%, fixed carbon berkisar dari 53,09%-61,45%, total sulfur berkisar dari 0,15%-0,21%, dan nilai kalori berkisar dari 5366,06 kcal/kg-6164,59% kcal/kg. Berdasarkan klasifikasi batubara menurut ASTM (1981), batubara Desa Kadingeh yang paling ekonomis digunakan pada industri yaitu SE-IIC dan SE-IIB tergolong batubara jenis Subbituminous A, sedangkan SE-IIA tergolong batubara Subbituminous B.
Salah satu parameter utama yang menentukan suatu kegiatan pengolahan dan pemanfaatan bahan galian batubara adalah kualitas batubara. Di Daerah penelitian terdapat singkapan batubara yang perlu dilakukan analisis proksimat, sulfur dan nilai kalor untuk menentukan kualitas batubara menurut Classification of in Seam Coal (UN-ECE 1998) dan Polish Geological Institute (PGI). Sampling dilakukan pada Lapisan batubara dengan kedudukan N 255°E/5° (tebal 83 cm) menggunakan metode channel sampling. Hasil analisis di laboratorium yaitu analisis proksimat dengan nilai rata-rata untuk moisture in air dried 7,98 %, ash content 16,95 %, volatile matter 45,63 % dan fixed carbon 29,49 % dalam basis air dried basis (adb). Selain itu, untuk hasil rata-rata kandungan sulfur dan nilai kalor adalah masing-masing 0,56% dan 4460,89 kkal/gram dalam basis air dried basis (adb). Basis adb pada ash content dikonversi ke dalam basis db, yaitu 18,42 % (db). Nilai kalor dikonversi ke dalam basis daf, yaitu 24,8 Mj/kg (daf). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa batubara yang tersingkap di daerah penelitian termasuk dalam medium grade coal berdasarkan ash content (% db) dan rank batubara tersebut termasuk dalam subbituminous rank (low rank) berdasarkan nilai kalor menurut Classification of In Seam Coal (UN-ECE 1998). Selain itu, berdasarkan kandungan sulfur yang rendah (< 1%) menunjukkan bahwa batubara termasuk dalam steam coal menurut Polish Geological Institute (PGI).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.