The System of Rice Intensification (SRI) operates under aerobic conditions so that helpful microbes are active and abundant. Effective N-fixing rhizobacteria and indigenous phosphate solubilizers Azotobacter and Pseudomonas grow well in the organic compost Bioorganic because it resembles their natural habitat. The purpose of this research is to find out the right dose of Bioorganic fertilizer and the most N and P doses needed to optimize the SRI method of rice crop production. This research uses a factorial randomized block design. The first factor is Bioorganic fertilizer dosage (1, 3, and 6) t ha-1. The second factor is the dose of N and P fertilizers to use (0, 25, 50, and 75)% of the recommended dosage. The results of this study inform you about Bioorganic fertilizers containing Azotobacter and Pseudomonas fluorescens indigenous. Azotobacter bacteria produce the availability of nutrients N, which functions as Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), these bacteria quickly colonize the root system, regulate hormonal balance, nutrition, and encourage resistance to pathogens. Pseudomonas fluorescens bacteria acts as a provider of phosphorus and nutrients in the generative phase. Both of these microbes have a role in SRI method of rice plant metabolism to increase vegetative and generative growth of rice plants with SRI method with production reaching production of 8.80 t ha-1 in B2 (3 t ha-1) and N2P2 (50%) with the production of 9.21 t ha-1, so the use of inorganic fertilizers is more efficient. Rice soil nutrient status increased pH from slightly acidic to neutral, C-organic increased from 1.27% (low) to 9.30-10.68% (high), N total from 0.13% (low) to 0.45-0.58% (high), P- available from 13.0 ppm reaching 18.0-20.0 ppm (moderate), the Bioorganic application has not been able to increase the C: N, CEC value and base saturation. Nutrient uptake of N and P on the leaves of rice plants is better at dose B2. Bioorganic applications increase the nutrient content of paddy soils planted with the SRI method compared to initial soil nutrient analysis.
Aplikasi dosis pupuk organik anorganik dengan proses inkubasi ke zona akar tanaman kedelai adalah penerapan bentuk pupuk yang berasal dari penggabungan kompos dan pupuk sumber N, P dan K dipasaran. Metode ini sudah terbukti dalam praktek penanaman padi metode SRI (the Sistem of Rice Intensification) pada sawah bukaan baru. Fungsi tanaman kedelai tidak diragukan lagi saat ini karena sebagai sumber makanan seperti tempe, tahu dan lainnya. Metode tempel misel organik-anorganik berasal dari hasil kompos dalam hal ini kompos asal feses sapi dengan inkubasi 21 hari. Pembuatan 1 t.ha-1 pupuk diperlukan 80% kompos, 20% tanah lempung berliat, dan berturut-turut Urea, SP-36 dan KCl sebanyak 15,0, 12,5, dan 7,5 kg.ha-1. Perlakuan dosis pupuk di zona akar berturut-turut 0,0; 1,5; 3,0 dan 4,5 t.ha-1 dengan pengulangan sebanyak 5 kali dalam media tanam polybag 8 kg tanah Ultisol. Aplikasi takaran pupuk organik anorganik-terinkubasi (Inorganic Organik Fertilizers-incubated, IOF-i) sebesar 3 t.ha-1 mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman, meningkatkan komponen hasil seperti jumlah polong per tanaman dan berat 100 biji serta menghasilkan berat biji per rumpun dan per hektar tertinggi. Hasil terbaik mencapai 20,48 g.rumpun-1 atau setara dengan 2,56 t.ha-1. Kata kunci: IOF-I, kedelai, kompos, misel, pupuk organik anorganik-inkubasi
Penggunaan pupuk yang tepat gunan dan efisien memerlukan teknik sederhana yaitu metode tempel misel organik-anorganik dengan proses inkubasi. Metode ini sudah terbukti pada praktek penanaman padi metode SRI (the Sistem of Rice Intensification) pada sawah bukaan baru. Pembuktian untuk tanaman kacang hijau sangat diperlukan sebagai karakter tanaman berumur pendek pada jenis leguminosa. Fungsi tanaman kacang hijau tidak dapat diragukan apalagi pada kondisi pandemic Covid-19 saat ini, karena ada kandungan asam amino Lysine yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus. Metode tempel misel organik-anorganik berasal dari hasil kompos dalam hal ini kompos asal feses sapi melalui inkubasi 21 hari. Pembuatan 1 t.ha-1 pupuk diperlukan 80% kompos, 20% tanah lempung berliat, dan berturut-turut Urea, SP-36 dan KCl sebanyak 15, 12.5, dan 7.5 kg. Perlakuan dosis pupuk di zona akar berturut-turut 0, 1, 2, 3 dan 4 t.ha-1 dengan pengulangan sebanyak 4 kali dalam media tanam polibag 6 kg tanah Ultisol. Pengujian dapat memberikan informasi bahwa (1) berbagai dosis pupuk metode tempel organik-anorganik mampu meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kacang hijau, (2) penggunaan dosis pupuk 2 t.ha-1 menunjukkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil biji kacang hjau, dan (3) penggunaan dosis pupuk metode tempel organik-anorganik berlebihan sebesar 3-4 t.ha-1 cenderung melambatkan waktu berbunga termasuk penundaan waktu panen, meningkatkan tinggi tanaman dan bahkan menurunkan hasil biji. Karena pengujian ini pada skala pot terbatas, maka disarankan untuk penerapannya di lapangan pada luasan tertentu (125 m2)
Peranan mikroba meningkatkan hasil padi metode SRI beragam dipengaruhi jenis, kombinasi mikroorganisme, daya adaptasi, dan teknik aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi mikroba indigenous mampu meningkatkan hasil tanaman padi metode SRI. Jenis mikroba tanah jamur Trichoderma spp. umumnya banyak ditemukan merupakan jamur tanah biasanya ditemukan pada rizosfer tanaman, termasuk rizosfer tanaman padi. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis Trichoderma spp. indigenous secara makroskopis dan molekuler asal rizosfer beberapa varietas padi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Metode yang digunakan adalah eksplorasi, isolasi dan karakterisasi. Eksplorasi Trichoderma spp. indigenous diambil dari tanah rizosfer padi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Isolasi dan karakterisasi jamur Trichoderma spp. indigenous dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dan teknik molekuler dengan Amplifikasi PCR di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok. Hasil penelitian diperoleh isolat T1-KK (Kuriak Kuning), T2-PW (Pandan Wangi), T3- J (Junjuang) ketiganya asal Kabupaten Lima Puluh Kota, T4- S (Sokan), T5-KM (Ketan Merah), T6-SB (Siliah Baganti) asal Kota Payakumbuh. Hasil amplifikasi PCR diperoleh jenis isolat Trichoderma spp dari masing-masing isolat tersebut adalah T1-KK jenis jamur Trichoderma asperellum, T2-PW jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, T3-J jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, T4-S jenis jamur Thichoderma asperellum, T5-KM jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum, dan T6-SB jenis jamur Trichoderma harzianum dan Trichoderma asperellum.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.