Batang kelapa sawit mengandung kadar pati yang tinggi sehingga memiliki potensi digunakan sebagai bahan baku bioplastik. Kadar amilosa dalam pati batang kelapa sawit dapat dinaikkan melalui proses modifikasi dengan pelarut asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat kimia (kadar amilosa) dan termal pati batang kelapa sawit melalui proses modifikasi sebagai bahan baku bioplastik. Dalam penelitian ini, pati batang kelapa sawit diperoleh melalui proses ekstraksi. Modifikasi pati batang kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan larutan asetat (CH3COOH+CH3COONa) pH 7. Karakterisasi pati batang sawit dilakukan dengan melihat komposisi kimia (kadar air, abu, protein, lemak, amilosa, dan amilopektin), analisis gugus , dan karakteristik termal. Hasil karakterisasi komposisi kimia pati batang kelapa sawit termodifikasi menunjukkan peningkatan kadar amilosa dari 26% menjadi 29%. Kandungan rantai lurus dalam amilosa yang semakin banyak akan meningkatkan kestabilan pati. Hasil Thermal Gravimetry Analysis (TGA) menunjukkan bahwa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih cepat terdegradasi dibandingkan pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami, sedangkan data Derivative Thermal Gravimetry (DTG) dan analisis Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan pengurangan massa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih kecil dari pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami serta pati batang kelapa sawit termodifikasi mempunyai Tg (Gelatinization Temperature) yang lebih rendah. Hasil penelitian pati batang kelapa sawit termodifikasi ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan.
BIODEGRADABILITY OF CASSAVA EDIBLE BIOPLASTICS IN LANDFILL AND PLANTATION SOIL. Biodegradation research of the edible bioplastic from cassava starch by carbon dioxide analysis has not been widely reported. This research aimed to evaluate biodegradability of edible bioplastic made from cassava starch by using two natural inoculums i,e landfill and plantation soil. The edible bioplastics used in this study were bioplastic with and without hydrophobic liquid. Biodegradation test of the bioplastic was then compared to HDPE plastic. The test was conducted in the glass jar for 60 days. The carbon dioxide generated from the biodegradation process was absorbed by 0.1 N sodium hydroxide and titrated with 0.1 N HCl. There was no carbon dioxide released from the HDPE plastic during the test. Biodegradation of the bioplastic in plantation soil was higher than in landfill soil. Biodegradation rate of the bioplastic in landfill soil was 0.201 mg CO2/day and 0.249 mg CO2/day for bioplastic without and with hydrophobic liquid, respectively. Biodegradation rate of the bioplastic in plantation soil was 0.604 mg CO2/day and 0.424 mg CO2/day for bioplastic without and with hydrophobic liquid, respectively. Complete biodegradation of the bioplastic in landfill soil was predicted in 431 days and 366 days for bioplastic without and with hydrophobic liquid, respectively. In another hand, complete biodegradation of the bioplastic in plantation soil predicted in 151 days and 201 days for bioplastic without and with hydrophobic liquid, respectively. Microbes population in the soil could be affected the biodegradation rate of the bioplastics.
ABSTRAKOPTIMASI PROSES SPRAY DRYING PADA ENKAPSULASI ANTOSIANIN UBI UNGU. Teknologi proses spray drying banyak dilakukan pada enkapsulasi zat warna alam untuk aplikasi di industri. Pada penelitian ini dilakukan enkapsulasi antosianin ubi ungu dengan teknik spray drying. Tujuan dari penelitian ini adalah optimasi proses spray drying pada enkapsulasi antosianin ubi ungu. Optimasi proses dilakukan pada kondisi berbagai suhu inlet (150 °C sampai dengan 180 °C) dan jumlah maltodekstrin sebagai carrier (5% sampai dengan 15%). Sebagai respon dilakukan pengukuran kadar air, absorbansi, dan kadar antosianin. Response Surface Methodology (RSM) dengan metode Central Composite Design (CCD) digunakan untuk analisis data optimasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu inlet dan persentase maltodekstrin berpengaruh secara signifikan terhadap kadar air, absorbansi, dan kadar antosianin total. Kondisi optimal didapatkan pada suhu inlet 166,96 °C dan maltodekstrin sebesar 5%. Pada kondisi ini dihasilkan serbuk antosianin ubi ungu dengan kadar air 4,79%; absorbansi 0,8827; dan kadar antosianin total 968,65 mg/kg. PENDAHULUANPewarna alam merupakan pewarna yang diperoleh dari sumber daya alam, baik tanaman, hewan, mikroba, maupun mineral. Pewarna alam sejak dahulu banyak digunakan untuk makanan dan terus berkembang hingga aplikasi pada produk kosmetika, farmasi, dan tekstil. Penggunaan pewarna alam terus meningkat sejalan dengan adanya tren "back to nature" yang mendorong penggunaan bahan-bahan yang bersifat aman dan ramah lingkungan (Aberoumand 2011).Sama seperti bahan lainnya, pewarna alam dijumpai di alam tidak sebagai senyawa tunggal tetapi merupakan campuran dalam satu golongan. Berdasarkan konstituen kimia utama yang terdapat di dalamnya, pewarna alam digolongkan menjadi golongan indigoid, antrakuinon, naftokuinon dan benzokuinon, flavonoid, karotenoid, dan tanin. Salah satu pewarna golongan flavonoid adalah antosianin yang banyak ditemukan pada bunga, buah, daun, batang, dan akar dari tanaman (Silva et al.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.