Sejak lama kajian teks terus dilakukan, seolah ia tidak pernah lekang oleh waktu, terutama terhadap validitas teks Al-Qur’an. Di era permulaan Islam, para sarjana sudah menggunakan metode kritik teks dalam mengkaji manuskrip al-Qur’an, namun penerapannya sering kali menuai kritik karena berasal dari studi teks Bibel. Padahal prinsip-prinsip kritik teks ini telah dipakai oleh para sahabat Nabi meski istilah textual criticism (kritik teks) belum muncul. Artikel ini berusaha melacak sejauh mana penerapan kritik teks A’zami yang meneliti 18 manuskrip al-Qur’an tertuang dalam karyanya Ageless Qur’an timeless text: A visual study of Sura 17 across 14 centuries and 19 manuscripts. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara menganalisis karya A’zami tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa A’zami menerapkan beberapa prinsip kritik teks, seperti pencarian kesalahan teks, analisa perbandingan manuskrip, dan perbedaan tulisan al-Qur’an dari masa ke masa. Namun, A‘zami tidak mengajukan perbaikan teks atau menerbitkan edisi kritis al-Qur’an sebagaimana efek penerapan kritik teks pada Bibel. Keunikan kajian A’zami terletak pada visualisasi proses kritik teks. Artikel ini juga menyimpulkan bahwa penelitian mengenai manuskrip-manuskrip al-Qur’an menggunakan prinsip-prinsip kritik teks dapat membuktikan keaslian al-Qur’an.
Universiti Teknologi Mara (UiTM) telah berjaya memperkenalkan satu program Plus Tahfiz UiTM yang memberi peluang kepada pelajar yang berlatarbelakang pendidiakn tahfiz mendapat sijil hafazan al-Quran yang memperuntukan 30 juzu hafazan bagi 5 semester pengajian. Program ini dibawah seliaan unit kokurikulum dan dijalankan oleh Akademi Pengajian Islam Kontemporari (ACIS) sebagai urusetia pusat yang hanya memperuntukan satu jam kredit bagi pelajar-pelajar yang layak melalui tapisan saringan dokumentasi sebelum diterima untuk menyertai program ini. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji cabaran yang dihadapi pelajar dalam menguruskan masa antara menghafaz dan meyelesaikan tugasan akademik yang lain. Pelbagai kekangan dan cabaran yang didapati terutamanya ketika penilaian yang dibuat secara bersemuka dan ketika secara atas talian. Kajian yang akan dilakukan ini berbentuk kuantitatif. Kajian ini akan menggunakan kaedah kutipan data dan sampel kajian. Kaedah persampelan digunakan untuk mendapatkan maklumbalas daripada 67 orang pelajar Program Plus Tahfiz UiTM melalui 12 jenis cabaran yang disenaraikan. Hasil kajian mendapati cabaran yang paling besar kepada ialah jadual harian akademik yang padat dengan jumlah sebanyak 44 (65.7%) disebabkan program Plus Tahfiz ini adalah sebahagian daripada subjek kokurikulum yang memerlukan komitmen yang tinggi dan tugasan 6 juzu’ setiap semester yang membebankan 2 (3.0%) serta tenaga pengajar yang kurang berdedikasi iaitu 2 (3.0%) merupakan antara cabaran besar yang dihadapi oleh pelajar.
Cases in Syariah Courts in the country show a consistent increase of over 100,000 cases every five years. The cases filed in Syariah Courts cover several parts, namely Faraid cases, MAL cases, Criminal cases and Appeal cases. The divorce data among Muslims in Malaysia is quite worrying. According to sources, Muslim divorce is 80 percent more than divorce among non -Muslims, while the Muslim population is only 61.3 of the total population in Malaysia. The implications of divorce will usually involve legal issues such as alimony, mutaah, matrimonial property, child alimony, debt in marriage and so on. Similarly, in the event of the death of a spouse, the legal question that arises is inheritance, hibah, will, faraid and waqf. However, there is no denying that many Muslims in Malaysia still do not know about Shariah law, especially those involving law and court procedures. Therefore, advice, consultation and legal services are very much needed for a solution, especially if they wish to take the case to court. To that end, some universities in Malaysia have taken the initiative by setting up Syariah legal clinics. The author's study found that Syariah legal clinics have existed in several universities in Malaysia. Unfortunately, Universiti Teknologi MARA (UiTM), one of the oldest universities in Malaysia, does not yet have such a legal clinic. Therefore, this study aims to examine the needs of UiTM staff for the services of Syariah legal clinics. The quantitative method was selected in this study by using a questionnaire instrument involving a total of 34 samples of a pilot study that were randomly selected from UiTM staff. The finding shows that UiTM staff agreed for the establishment of Shariah legal clinic to cater their needs. It is hoped that the findings of this study can be used as a basis for the establishment of a Shariah law clinic in UiTM which serves as philanthropy to take care of the welfare of staff in terms of advisory services and legal consultancy.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.