Lombok has four groups of Gyrinops versteegii i.e. Pantai, Buaya, Madu, and Beringin INTISARILombok memiliki empat grup Gyrinops versteegii yang merupakan penghasil gaharu, yaitu grup Pantai, Buaya, Madu, dan Beringin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karyotipe dan jumlah kromosom empat grup G. versteegii yang bermanfaat dalam taksonomi dan program pemuliaan. Dalam penelitian ini pembuatan preparat kromosom ujung akar menggunakan metode squash. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah semua grup G.versteegii memiliki jumlah kromosom yang sama (n = 9) dan bentuk kromosom yang sama, yaitu berbentuk metasentrik dan memiliki pola karyotipe yang sama (2n = 18m). Ukuran kromosom setiap grup bervariasi, yaitu grup Pantai memiliki ukuran yang paling panjang yaitu 0,53 µm dari ketiga grup yang lain: Buaya (0,27 µm), Madu (0,21 µm), dan Beringin (0,18 µm). KATA KUNCI
Barat merupakan komunitas yang masih melakukan pengobatan tradisional menggunakan tumbuh-tumbuhan. Hal-hal terkait kearifan lokal pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat perlu digali sebelum tergeser oleh perubahan yang selalu dinamis di masyarakat, salah satunya melalui kajian etnobotani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan obat dan manfaatnya, mengetahui signifikansi kultural jenis-jenis tumbuhan obat bagi masyarakat setempat, serta kearifan lokal masyarakat terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif didasarkan atas perhitungan Reported Use (RU), Index of Cultural Significance (ICS), dan Fidelity Level (FL) masing-masing jenis tumbuhan obat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan pemilihan narasumber berdasarkan metode purposive sampling dan snowball sampling. Penelitian dilakukan pada lima dusun yang merupakan komunitas Hindu di Desa Jagaraga, Lombok Barat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 21 spesies yang tergolong dalam 17 famili dan 20 genus. Lima jenis dengan nilai ICS tertinggi berturut-turut adalah Jatropha curcas L., Curcuma longa L., Kaempferia galanga L., Allium cepa L., dan Musa paradisiaca L. Secara umum, terdapat berbagai nilai kearifan lokal masyarakat terkait dengan pemanfaatan, pengelolaan, dan pemeliharaan jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, dimana hal ini berkontribusi pada kelestarian tumbuhan dan lingkungan di sekitar wilayah kajian.
Gelangsar Village, West Lombok is one of the villages located in a hilly area which resulted in several points in the village of Gelangsar experiencing landslides. The topography which is hilly and steep, triggers landslides in the village of Gelangsar. In addition, the relatively high rainfall in the last few months has made the soil conditions more flexible. Areas that have the potential to cause landslides can be overcome by planting plants that can bind the soil tightly so that it can overcome the potential for landslides. Therefore, this service aims to socialize the use of vetiver grass as a bioengineering method in managing landslides in Gelangsar Village, Gunungsari, West Lombok. This Community Service activity uses the counseling method and the creation of a pilot project. Counseling was conducted to introduce vetiver grass plants and their cultivation techniques. Making a pilot project (pilot project) have been done in the homes of residents who are partners. The Pilot Project was created as a media for socialization and as a strategy for efficiency and effectiveness for target activities. The community of partners are willing to implement and develop vetiver grass as a biotechnology agent to prevent erosion and also as an economic opportunity. This programme has been able to provide knowledge in mitigation landslide disaster management activities independently. Planting vetiver grass is expected to be able to reduce the risk of erosion at landslide-prone points in the village of Gelangsar, improve the physical condition of the land and increase land productivity.
Wilayah Kabupaten Lombok Timur dilalui oleh banyak aliran sungai dan anak sungai, akan tetapi tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Sungai Aik Ampat adalah salah satu sungai terbesar di Kabupaten Lombok Timur. Pemanfaatan sungai sebagai tempat MCK (mandi, cuci, dan kakus), aktifitas penambangan pasir dan buangan limbah domestik menjadi faktor utama penyebab penurunan kualitas perairan sungai. Makrozobentos merupakan komunitas organisme akuatik yang hidup didasar perairan akan mendapat pengaruh yang cukup besar akibat terjadinya penurunan kualitas air sehingga organisme tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan habitat sungai karena ulah manusia.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas air sungai Aik Ampat dengan menggunakan penanda macro-invertebrate biotic index/ Family Biotic Index (FBI). Penelitian ini telah dilakukan selama bulan Mei – Juli 2017. Sampel macro-invertebrata akuatik dikoleksi dengan menggunakan jaring akuatik, surber, eckman grabb, kuas, dan koleksi dengan tangan. Sampel diawetkan dalam alkohol 70%. Hasil perhitungan FBI sungai Aik Ampat sebesar 2.02 yang berarti sungai mengalami sedikit terpolusi bahan organik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.