Desa Giripurno yang berada di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, memiliki banyak potensi yang masih dapat dioptimalkan, salah satunya air. Desa Giripurno memiliki 12 sumber mata air yang memiliki kegunaannya masing-masing dan masih ada beberapa mata air yang belum maksimal dalam pemanfaatannya. Hal tersebut menjadi perhatian utama untuk dapat menjadikan mata air tersebut sebagai salah satu bahan baku utama dalam produksi air minum dalam kemasan (AMDK). Tujuan dari pemetaan sumber mata air ini dilakukan dalam rangka membangun dan memaksimalkan potensi sumber mata air di Desa Giripurno serta menentukan sumber mata air yang dapat digunakan sebagai bahan baku memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK). Metode yang digunakan dalam proses pengambilan data pada pemetaan ini yaitu metode deskriptif dan kualitatif dengan survei lapangan untuk mendapatkan titik sebaran sumber mata air. Hasil dari survei lapangan dan pemetaan yang dilakukan, terdapat 7 sumber mata air yang dapat dioptimalkan dari 12 total sumber mata air. Sumber mata air tersebut tersebar di 4 dusun (Sabrangbendo, Sawahan, Krajan, dan Kedung) dari 6 dusun di Desa Giripurno. Pemanfaatan mata air tersebut diantaranya sebagai MCK, keperluan air bersih, irigasi perkebunan, dan pengolahan air minum. Dari beberapa sumber air yang dipetakan, sumber air Kijan, Umbul, dan Soyi yang memiliki debit diatas 1000 ml/detik. Berdasarkan pemanfaatannya oleh masyarakat Desa Giripurno, sumber mata air Umbul digunakan untuk irigasi perkebunan sedangkan Soyi digunakan untuk kebutuhan MCK. Namun, sumber mata air Kijan belum dioptimalkan kegunaannya oleh warga. Oleh karena itu, sumber mata air Kijan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada Desa Giripurno.
Pendapatan domestik bruto sangat dipengaruhi oleh perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya di Indonesia. Menurut Machmud (2013) diperkirakan sebagian besar para pelaku usaha mikro bergerak pada sektor yang konvensional dan peranan kelompok UMKM ini mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dinyatakan bahwa UMKM adalah usaha perdagangan yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi produktif sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada era digitalisasi atau era industri 4.0 penggunaan internet sebagai sarana marketing sangat diperlukan agar dapat mengem-bangkan pemasaran dari produk yang dijual. Berdasarkan
Urgensi pemanfaatan sumber energi terbarukan pada saat ini semakin digaungkan mengingat penipisan bahan bakar fosil, serta kondisi alam yang semakin kritis akibat emisi yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran bahan bakar minyak bumi tersebut. Salah satu senyawa yang telah lama dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif adalah bioetanol. Penerapan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih terkendala karena kualitas yang dihasilkan masih rendah. Proses pemurnian merupakan salah satu kunci dalam mendapatkan bioetanol dengan kualitas fuel grade. Sebagaimana diketahui, bioetanol hasil fermentasi umumnya memiliki kadar sebesar 5-10% (v/v), sementara untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar, bioetanol harus memiliki tingkat kemurnian minimal 99,5%. Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai penelitian terkait metode pemurnian bioetanol telah dilakukan. Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji teknologi pemurnian yang dapat diaplikasikan dalam produksi bioetanol. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan diketahui beberapa metode pemurnian yang dapat dilakukan dalam proses produksi bioetanol adalah destilasi sederhana, destilasi refluks, destilasi vakum, adsorpsi dan metode gabungan destilasi dengan adsorpsi. Teknik yang dapat memberikan hasil dengan kemurnian paling tinggi, berdasarkan beberapa metode yang telah disebutkan tersebut adalah metode gabungan distilasi dengan adsorpsi yaitu dapat menghasilkan bioetanol dengan kemurnian 99,7%.
Most of the fruit and vegetable production ends up as agricultural waste. The waste is generated not only from fruits and vegetable residues that cannot be consumed directly, such as seeds, peels, and stems, but also from the result of inefficient post-harvest processing, in addition to the perishable nature of fruits and vegetables. Those wastes undoubtedly become a problem to the environment because it contributes to gas emissions production. Meanwhile, those wastes contain lignocellulose, starch, or sugar, which can be processed into bioethanol. As is known, bioethanol is an alternative in dealing with the problem of dwindling fossil energy. So, this chapter will overview various fruits and vegetable waste potential as raw materials for bioethanol production and the processing steps such as hydrolysis, fermentation, distillation, and dehydration. Besides, it will suggest future research about bioethanol production from fruits and vegetable wastes.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.