Abstrak Ekstrimisme beragama merupakan suatu sikap panafsiran atas agama yang dilakukan secara tekstual tanpa melibatkan konteks pluralitas pandangan keagamaan lainnya. Sikap beragama seperti ini kerap melahirkan gesekan sosial hingga mengarah pada konflik horizontal. Olehnya itu, butuh paradigma moderasi beragama guna mengantisipasi hal tersebut. Di dalam paradigma moderasi beragama terdapat perilaku toleransi sebagai indikatornya. Secara teoritik, perilaku toleransi dipengaruhi dua faktor psikologis yakni skema religius dan empati. Penelitian ini hendak membuktikan sekaligus menjelaskan skema religius dan empati terhadap perilaku toleransi pada masyarakat Ambon di Maluku yang pernah mengalami konflik horizontal tahun 1999-2002. Studi ini merupakan ex-post facto research pada subjek sebanyak 72 orang yang beragama Kristen Protestan (22,2%) dan Islam (77,8%) bertempat tinggal di Ambon. Berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa ada pengaruh skema religius dan empati terhadap perilaku toleransi (p = 0,000; p<0,05). Artinya, skema religius dan empati secara simultan dapat mendorong individu berperilaku toleransi terhadap orang lain. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi para pengambil kebijakan bahwa untuk membentuk perilaku toleransi dapat melalui pembentukan skema religius dan empati terhadap orang lain sejak dini. Abstract Religious extremism is an attitude of interpretation of religion that is carried out textually without involving the context of a plurality of other religious views. Religious attitudes like this often give birth to social friction that leads to horizontal conflict. Therefore, a paradigm of religious moderation is needed to anticipate this. In the paradigm of religious moderation, there is tolerance behavior as an indicator. Theoretically, tolerance behavior is influenced by two psychological factors: religious schemes and empathy. This research aims to prove and explain religious schemes and empathy for tolerant behavior in the Ambonese community in Maluku which experienced horizontal conflict in 1999-2002. This study is an ex-post facto research on 72 subjects who are Protestant Christians (22.2%) and Muslims (77.8%) living in Ambon. Based on multiple linear regression analysis, it shows that there is an influence of religious schemas and empathy on tolerance behavior (p = 0.000; p <0.05). That is, religious schemes and empathy can simultaneously encourage individuals to behave intolerant towards others. The results of this study are expected to become recommendations for policymakers that form tolerant behavior can be done through the formation of religious schemes and empathy for others from an early age.
Situasi lingkungan yang dialami dan dirasakan oleh remaja akhir baik tentang peristiwa kekerasan dalam konflik sosial maupun peristiwa sosial lainnya sangat berdampak dan mempengaruhi interaksi sosial dan perkembangan sosialnya. Dampak tersebut terjadi ketika konflik sedang berlangsung maupun sudah mereda. Tidak jarang pula remaja harus menanggung risiko sosial dari konflik tersebut. Pada saat konflik berlangsung, remaja sering kali menjadi sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses perkembangan interaksi sosial dan dampak konflik terhadap perkembangan sosial antar remaja, dengan sekolah dan lingkungan tempat tumbuh dan berkembangnya di Negeri Mamala dan Morella. Jenis data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara tentang proses perkembangan interaksi sosial meliiputi: hubungan interpersonal, kerjasama, komunikasi interaksi dan penyelesaian masalah. Dan dampak konflik terhadap perkembangan sosialnya meliputi: agresi, penerimaan sosial, prestasi akademik, dan sikap sportif. Subjek adalah 24 orang remaja akhir, untuk datanya lebih valid dan reliabel peneliti wawancara juga 8 orang guru tentang: mendengarkan guru, mengerjakan tugas dan menaati peraturan sekolah. Wawancara juga 22 orang masyarakat tentang: perilaku kekerasan dan perkembangan sosial. Hasil menunjukan bahwa: remaja usia akhir Mamala dan Morella mengalami hambatan pada perkembangan interaksi sosial, proses komunikasi mereka rendah, katakata tidak sopan, penuh kebencian, dendam, dan bahkan cenderung berprasangka buruk pada orang baru dikenal. Dan dampak konflik terhadap perkembangan sosialnya adalah: prestasi akademisnya rendah, tidak percaya diri, agresif, penerimaan sosialnya rendah, tidak mandiri, rendah kerjasamanya, antisosial, komunikasi interaksi sosialnya mengalami hambatan, tidak sportif dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.