Kehadiran teknologi informasi dewasa ini memberikan tantangan bagi para konselor untuk ikut berperan serta dan menguasainya. Sehingga tidak menutup kemungkinan penyelenggaraan konseling tidak hanya dilakukan secara face-face dalam satu ruang tertutup, namun bisa dilakukan melalui format jarak jauh. Konselor menggunakan media informasi sebagai alat bantu dalam menjalankan tugasnya, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Pelayanan e-konseling. Wujud nyata aplikasi dari e-konseling adalah dengan bermunculannya pelayanan konseling secara online, melalui situs-situs penyedia layanan konseling online, atau yang lebih sederhana konseling yang dilakukan melalui telpon, hand phone dan/atau melalui email pribadi dan beberapa program aplikasi untuk chatting seperti skype, yahoo Mesegger dan sebagainya. Juga pemanfaatan program aplikasi lainnya yang mendukung penyelenggaraan tugas para konselor, seperti lahirnya program aplikasi pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM). Konselor sekolah selama ini melakukan pengadministrasian AUM dan melakukan pengolahan secara manual, sehingga memakan tenaga yang besar dan waktu yang tidak efisien. Untuk membantu para konselor akhirnya Tim Pengembang Instrumen atas izin tim pengusun instrument AUM berinisiatif untuk mengembangkan sebuah program aplikasi AUM dengan basis program Microsoft Acces, Teknologi e-konseling pada program ini memungkinkan menampilkan lebih banyak lagi informasi berkenaan dengan masalah-masalah responden, dalam hal ini terutama siswa yang nantinya dapat dijadikan alat bantu bagi konselor dalam menjalankan tugas profesionalnya. Kegiatan pelatihan ini merupakan pelatihan serupa yang juga sudah dilakukan di kabupaten/kota lain di propinsi Sumatera Barat, dan dalam perencanaannya akan dilakukan pada semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat, sehingga pengetahuan dan penguasaan ketrampilan dapat ditingkatkan.
Abstratc Perkawinan bertujuan membangun keluarga yang harmonis, namun kenyataannya tidak demikian, sehingga mengakibatkan terjadinya perceraian. oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengungkap kondisi kehidupan rumah tangga pasangan sebelum berceerai dan faktor-faktor penyebab perceraiannya.Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) 65,71% kondisi usia pasangan baik, (2) 45,71% kondisi fisiologis pasangan cukup baik, (3) 71,43% kondisi psikologis pasangan kurang baik, (4) kondisi spiritual pasangan kurang baik, (5)65,71% kondisi komunikasi kurang baik, dan (6) 89% kondisi kehidupan seksual pasangan kurang baik. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian adalah: (1) 94,28% pasangan bersifat egois, (2) 85,71% pasangan tidak menghargai, (3) 82,85% pasangan tidak berada dekat saat pasangan membutuhkan, (4)sebanyak PENDAHULUANManusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, saling tolongmenolong dan memiliki hasrat untuk saling memberi. Manusia juga dikatakan sebagai makhluk biologis dan memiliki hasrat serta minat untuk mengembangkan keturunan sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan garis keturunannya .Memiliki keturunan dapat ditempuh dengan melakukan suatu perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang besar dan penting dalam sejarah kehidupan seseorang, oleh karena itu biasanya mereka tidak melewatkan perkawinan begitu saja sebagaimana mereka menghadapi kehidupan sehari-hari. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang dimaksud dengan "perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Dalam perkawinan adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri . Tujuan perkawinan dalam suku Jawa agar dapat diciptakannya rumah tangga yang rukun, damai, bahagia dan kehidupan sejahtera serta diberkahi suatu kesehatan baik jasmani maupun rohani.Sebuah perkawinan akan membentuk sebuah keluarga menurut BKKBN (2013) "keluarga merupakan lembaga dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial". Pada konteks budaya Jawa ketika berkeluarga perempuan sebagai isteri memiliki tugas dan persyaratan fisik maupun psikis dan sosial yang amat berat. Perempuan dalam budaya Jawa diibaratkan sebagai bunga. Ia indah dipandang dan selalu memancarkan bau harum mewangi. Ia adalah ratu yang bertahta dengan agung di dalam rumahtangganya. Serat Yadyasusila (dalam Hariwijaya, 2004) menerangkan "tiga sifat wanita sebagai ratu rumah tangga yang baik, yakni merak ati, gemati, lalu luluh". Merak ati dimaknai pandai menjaga kecantikan lahir batin, pandai bertutur sapa dengan santun, pandai mengatur pakaian yang pantas, murah senyum, luwes gerak-geriknya, dan lumampah anut wirama, artinya bertindak sesuai irama. Gemati artinya menunaikan kewajiban sebagai isteri dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana isteri perempuan harus sebagai perawat rumah PENDAHULUANManusia adalah mah...
Based on the existing phenomena, there are still many brides who have not been able to establish good interpersonal communication. If the condition is ignored, it will have an impact on divorce. This research uses a quantitative descriptive approach . The population of the study was the candidate pair of pengatin in Padang City with a total sample of 43 pairs . The sampling technique used was cluster random sampling with data collection tools used in the form of Interpersonal Communication Scale (SKI) . Data were analyzed using descriptive statistics and for analysis of interpersonal communication differences based on gender brides do different test method t-test using SPSS version 22. The findings of the study revealed that interpersonal communication is in the category bride lace h with the achievements of the percentage of 44.0% , interpersonal communication on the verbal aspect is in the medium category with 45.3% percentage achievements, interpersonal communication on the nonverbal aspect is in the low category with a percentage of 37.2%. Meanwhile, the level of interpersonal communication of the bride and groom if calculated on average, men are lower than women, with 54.46 achievements and 55.81 women. However, statistically there is no significant difference between the bride and groom's interpersonal communication skills with the bride , in other words there is no significant difference in the bride's interpersonal communication skills in terms of gender . The findings of this research can then be an important need study to create interpersonal communication modules in the family for the bride and groom, so that the bride and groom understand good communication within the family and then be able to apply it.
The success of educators in shaping the young generation of the nation requires the role of various educational practitioners, one of them is the counselor. Counselors in the national education system is one of the educators whose profession aims to develop the potential of self and mengandiri konselinya so that the realization of effective daily life. The role of the counselor as an educator implicitly has a big part in dealing with various phenomena that occur in the school environment related to the behavior and psychological condition of students. The idea behind this study is a very worrying phenomenon that the existence of bisexual behavior among adolescents in school. Indications of bisexual teens are psychologically diagnosed as having cognitive impairment and behavior. Based on the literature review of bisexual behavior can be treated using cognitive behavior therapy treatment. Cognitive behavior therapy is one of the psychological interventions to help the individual modify his mood and behavior by changing his self-destructive thoughts. The role of counselors with the use of this treatment is very important in addressing the bisexual behavior of adolescents found in schools today.
This is a preliminary study to determine the bioactivity potential of purwoceng leaf endophytic fungal metabolites. Endophytic fungi were isolated from purwoceng leaf and their secondary metabolite from culture filtrate were subjected to identify the antimicrobial, antioxidant, and phytochemical screening. The antioxidant activity was screened by scavenging 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). The antimicrobial activity was screened using a good agar method toward Salmonella typhi, Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans. This study obtained five distinctive endophytic fungi isolates named A, B, C, D, and E. The endophytic fungal culture filtrate of C has the most extensive antimicrobial activity with phytochemical screening showing alkaloids, saponins, and terpenoids. The antioxidant potential of all culture filtrates seemed low because the DPPH amount was interfered with by pigment compounds. Culture filtrate of fungi A showed the highest antioxidant activity and contained phenolic and alkaloid compounds.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.