Islamic moderateness is said to be one of the key factors that contribute to the promotion of peace in Muslim societies. We present an empirical study conducted in Indonesia ( N = 299) that assessed Islamic political moderateness and examined its role in explaining Muslims’ tolerance towards non-Muslims, as well as the first group’s support for making reconciliation with the latter group. We found as hypothesised that Islamic political moderateness was a positive predictor of outgroup tolerance, because of the role it had in positively predicting the sense of national identity as a higher order identity vis-à-vis Islamic identity (i.e. higher order nested identity). Outgroup tolerance positively predicted and, in turn, fully mediated the positive association between Islamic political moderateness and Muslims’ reconciliatory tendencies, including feelings of collective guilt and shame, intergroup trust and perspective-taking, intergroup cooperation, willingness to apologise, as well as support for intergroup empowerment and reparative actions. These findings suggest the benefit of Islamic political moderateness to drive Muslims to appreciate the existence of non-Muslims. We discuss these empirical findings in terms of theoretical implications, research limitations and practical implications.
Abstrak: Al-Maturidi-tokoh Maturidiyah cabang Samarkandadalah pengikut Abu Hanifah yang banyak menggunakan rasio dalam pandangan keagamaan termasuk dalam pemikiran teologinya. Sebenarnya pemikiran Maturidiyah Samarkand lebih dekat dengan pemikiran Mu'tazilah karena sama-sama banyak menggunakan rasio. Akan tetapi, Maturidiyah Samarkand tetap dikelompokkan ke dalam golongan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang merupakan derivasi dari paham Asy'ariyah, meskipun paham Asy'ariyah tidak banyak menggunakan rasio dalam pemikiran aqidahnya.
Keserakahan manusia dalam mengekspliotasi alam secara berlebihan terjadi karena dua hal. Pertama, manusia lebih menitikberatkan pada fungsinya sebagai khalifah dan kedia, hilangnya kesadaran bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan. Sikap itu tentu akan berakibat rusaknya alam yang pada akhirnya akan berdampak pada rusaknya ekologi. Oleh karena itu, kerusakan alam bisa ditanggulangi dengan menawarkan nilai-nilai spiritual Islam yang ada dalam ajaran Tasawuf. Di antara ajaran tasawuf tersebut adalah zuhud, wara', faqir, fana-baqa, wahdat al-wujud dan insan kamil. Dengan menghayati ajaran-ajaran tersebut, seseorang akan dapat mengendalikan diri dalam memanfaatkan alam serta akan tumbuh kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dengan rasa kasih sayang.
Aspek ajaran Islam seringkali dibagi secara dikotomis menjadi aspek syari’at dan hakikat. Aspek syari’at adalah ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah berkenaan dengan aqidah, ibadah, akhlak, sosial, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya yang bersifat lahiriyah dalam bentuk legal-formal atau identik dengan fikih. Karena bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah maka ilmu syari’at digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi bayani. Sedangkan hakikat adalah aspek ajaran dalam Islam yang lebih menekankan pada penghayatan batin sehingga digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi irfani. Yang termasuk dalam hakikat ini adalah Tasawuf. Pembagian secara dikotomis seperti ini secara tidak langsung menimbulkan pemahaman bahwa tasawuf bukanlah bagian dari syari’at. Maka tidak jarang ada pihak-pihak yang menganggap bahwa tasawuf adalah salah satu bentuk penyimpangan dalam Islam atau setidaknya tidak memperhatikan aspek syari’at. Selain dianggap mernyimpang, tasawuf juga sering dianggap sebagai ajaran yang tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Benarkah tasawuf itu tidak memperhatikan aspek syari’at dan tidak memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan? Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan menggunakan metode analisis Critical Discouse Analysis (CDA). Secara aplikatif, pembahasannya dimulai dengan mendeskripsikan sejarah dan faktor penyebab munculnya aliran-aliran tasawuf dalam Islam serta pokok-pokok ajaran tasawuf. Adapun pendekatan yang digunakan adalah filsafat ilmu. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ajaran tasawuf juga menekankan aspek syari’ah sehingga tidak melulu hanya menggunakan epistemologi irfani. Selain itu nilai-nilai tasawuf juga memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Abstrak:Melihat ilmu kalam dari sisi epistemologi, secara umum akan ditemukan tiga persoalan pokok, yaitu tentang sumber-sumber ilmu kalam itu, bagaimana pengetahuan itu dapat diketahui dan apa ukuran suatu pengetahuan itu disebut benar atau valid. Berkaitan dengan pertanyaan ketiga, sejarah telah mencatat bahwa di antara para penganut aliran-aliran kalam yang ada selalu mengklaim bahwa aliran yang dianutnya adalah yang benar sementara aliran yang lain adalah salah. Maka dalam penelitian ini penulis akan mencoba melihat kembali aliran-aliran kalam yang ada dengan menggunakan pendekatan tiga teori kebenaran, yaitu korespondensi, koherensi dan pragmatism. Tujuannya adalah untuk melihat ilmu kalam tidak hanya dari sisi epistemologi tapi juga dari sisi aksiologi sehingga sekarang ini tidak perlu lagi memperdebatkan mana yang lebih benar di antara aliran-aliran kalam yang ada, tetapi melihat mana yang lebih cocok untuk dipegang sesuai dengan situasi dan kondisi zaman.Understanding Islamic theology from an epistemological perspective could result in three main problems. The first problem lies on the Islamic theology itself, the second on the method to derive the epistemology of the Islamic theology and the third on indicators or parameters to assess the validity of the epistemology. Pertaining to the third problem, historical records
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.