This study investigates a Wi-Fi-based indoor navigation system to determine building locations. The system was developed using the fingerprint method from the Received Signal Strength Indication (RSSI) of each Access Point (AP). The main components of a smartphone-based system use data from Wi-Fi and the Global Positioning System (GPS). The system developed for navigation is designed and implemented as an element of a dynamic, seamless mobility planning and building location route guidance application. Building map data is collected from Google Map data and enhanced by coloring the geographic location of buildings displayed on mobile devices. Navigational aids collected from sensors provide trip orientation and position updates. The approach of measuring the distance between known positions is compared to those displayed in the application with the haversine formula to measure the accuracy of the position displayed. A series of experiments were conducted in the Politeknik Negeri Semarang area, Indonesia. The experiment results showed that the Wi-Fi-based indoor positioning system was accurate within 7.050 meters of the error for that location, thus proving the system's usefulness for determining the location of buildings in the campus area. The measurement has not adopted the maximum APs placement for signal coverage and strength, only using the existing APs positions. The temperature nor humidity was neither measured in each area where the AP was installed, which is discussed later. This system can help visitors without asking, even though they have only visited once.

Seiring dengan perkembangan teknologi, pengembangan konten video sebagai sebuah bidang pekerjaan menjadi salah satu bidang yang memiliki potensi dalam menyerap tenaga kerja yang belum teralokasikan. Setiap bidang kerja tentunya memerlukan kompetensi yang sesuai dengan bidang yang dituju. Untuk mendukung bidang kerja pengembangan konten video tentunya diperlukan pelatihan dalam pembuatan konten video. SMK Robbi Rodliyya merupakan sekolah yang berfokuskan pada bidang multimedia. Bidang yang menjadi fokus pada SMK ini adalah media gambar dimana siswa mendapatkan pengajaran untuk membuat brosur, banner, dan lainnya menggunakan perangkat lunak pengolahan gambar. Hal ini menyebabkan ketika industri berkembang pada bidang konten video kesulitan dalam penyesuaian kemampuan siswa dalam memenuhi tuntutan perkembangan industri, sehingga perlu dilakukan eksplorasi dan pengembangan wawasan pada bidang pembuatan konten video. Metode yang digunakan pada kegiatan ini meliputi pendampingan pelatihan pembuatan video menggunakan Kinemaster yang terdiri dari empat aktivitas yaitu perencanaan, analisis, implementasi dan evaluasi. Luaran dari pengabdian ini berupa (3) teknologi tepat guna; dan (2) jasa. Hasil pengabdian ini mampu membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembuatan video dengan menggunakan software Kinemaster. Selain itu dengan adanya pelatihan ini akan sangat membantu para siswa mengembangkan pembuatan konten digital terutama dalam proses pembelajaran.