The area of land that applies the Jajar Legowo planting system is still little, it indicates there were only fewer farmers who applied this technology. Even though the implementation of that system is efficient to increase rice production and farmers' income in the Sub-District Dramaga, Ciomas, and Taman Sari. This study aims are to determine the application of rice farming with the Jajar Legowo planting system and to analyze the feasibility of farming in Dramaga, Ciomas and Tamansari Districts, Bogor Regency. The data obtained were processed quantitatively and qualitatively. Farming feasibility analysis used R/C and B/C ratios. The Jajar Legowo planting system applied by farmers was a 2:1 type, the area of the Jajar Legowo planting area was between 200 m2 – 1,500 m2 with an average yield of 1,214 kg per 1,000 m2. The results of the feasibility analysis of farming obtained an acceptance value of IDR 6,678,571 the total cost is IDR 3,226,190 therefore; farmers get income of IDR 3,452,381 in one growing season within an area of 1,000 m2. Obtaining an R/C value of 2.07 and a B/C value of 1.07, rice farming with the Jajar Legowo system is feasible and able to increase the farmer’s income.
The role of farmer groups in urban areas is very much needed in the development of horticultural commodities because it is estimated that the demand for horticultural commodities will increase as the population increases. This is certainly a good business opportunity for urban farmers, especially urban female farmer groups (KWT). The purpose of this research is to examine economically horticultural farming in urban KWT in Bogor in terms of income aspects and the efficiency of using farm costs. The research location was at 52 KWT Bogor City from June-November 2020. Collecting data using questionnaires, survey techniques, interview observation, and documentation study. The study used farm income analysis, while the efficiency analysis was measured by the R/C ratio. The results of the economic study showed that the average cash income of horticultural farming at KWT in Bogor per year per area of 487 m2 was IDR 3,514,080.75 or equivalent to IDR 7,203,865.55 / year / 10 are, while the average total income worth IDR 1,190,686.16 per 487 m2 or equivalent to IDR 2,440,906.62 / year / 10 are. The R / C value of the ratio of cash costs is 4.24, and the R / C ratio of total costs, the value is 1.37, which means that horticultural farming in KWT in Bogor is efficient to run because the targeted input compared to the actual input is greater or equal to one.
ABSTRAK Kabupaten/Kota Bogor yang masuk dalam wilayah Jawa Barat, memiliki luas lahan kopi rakyat terluas kedua di Jawa Barat yaitu 6.418,00 hektare dan Kecamatan Rumpin sebagai salah satu bagian dari wilayah tersebut yang menghasilkan kopi. Peningkatan produksi kopi akan terwujud bila diikuti dengan pembenahan tingkat pendapatan petani. Hal tersebut harus dikondisikan dengan merangsang petani untuk menambah produktivitas yaitu menambah harga yang diterima oleh petani. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pemasaran pada bagian efisiensi pemasaran. Petani kopi di Kecamatan Rumpin belum sepenuhnya mengetahui pendapatan serta efisiensi pemasaran kopi, sehingga dirasakan penting untuk melakukan penelitian tentang pendapatan petani kopi dan efisiensi pemasaran kopi robusta mulai dari petani sebagai produsen hingga konsumen atau organisasi akhir dalam pemasaran kopi robusta. Hasil penelitian diperoleh pendapatan petani kopi berada di atas Upah Minimum Provinsi Jawa Barat yaitu Rp1.810.351,36. Terdapat dua saluran pemasaran di daerah penelitian yakni saluran dari petani ke pedagang pengepul besar lalu ke pedagang eksportir. Saluran pertama berlangsung untuk jenis biji kering (green bean) curah/asalan. Saluran pemasaran kedua yaitu dari petani ke kelompok tani, kemudian dijual ke coffee shop. Saluran pemasaran kedua berlaku untuk jenis kopi biji kering sortir. Kedua saluran pemasaran tersebut sudah efisien karena memiliki nilai efisiensi pemasaran <50%. ABSTRACT Bogor Regency/City, which is included in the West Java region, has the second largest community coffee area in West Java which is 6,418.00 hectares and Rumpin District as one part of the area that produces coffee. The increase in coffee production will be realized if it is followed by improving the level of farmers' income. This must be conditioned by stimulating farmers to increase productivity, namely increasing the price received by farmers. This effort can be done by improving the marketing system in the marketing efficiency section. Coffee farmers in Rumpin District do not yet fully understand the income and efficiency of coffee marketing, so it is important to conduct research on the income of coffee farmers and the marketing efficiency of robusta coffee, starting from farmers as producers to consumers or the final organization in marketing robusta coffee. The results showed that the income of coffee farmers was above the West Java Province Minimum Wage, which was Rp. 1,810,351.36. There are two marketing channels in the research area, namely the channel from farmers to wholesalers and then to exporters. The first channel is for the type of dry beans (green beans) in bulk. The second marketing channel is from farmers to farmer groups, then sold to coffee shops. The second marketing channel applies to the type of dry-sorted coffee beans. Both marketing channels are efficient because they have a marketing efficiency value of <50%.
Meningkatnya konsumsi minuman ringan terutama di industri teh siap minum yang terjadi di pasar Indonesia membuktikan bahwa pasar teh siap minum memiliki prospek yang cerah. PT Mayora sebagai produsen dengan merek Teh Pucuk Harum melihat peluang tersebut, dan memproduksi teh siap minum dalam kemasan. Salah satu target konsumen Teh Pucuk Harum adalah mahasiswa di lingkungan kampus. Sebagai upaya meningkatkan penjualan, tentu perlu memahami perilaku konsumen sehingga perusahaan mengetahui dan memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengetahui proses pengambilan keputusan membeli, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian Teh Pucuk Harum. Penelitian ini dilakukan di Universitas Nusa Bangsa. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Kemudian dianalisis menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, uang bulanan, pendapatan, pengeluaran per bulan, sumber dana, asal daerah dan tempat tinggal. Pada proses keputusan pembelian, atribut produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen. Konsumen melakukan pembelian berdasarkan inisiatif sendiri dan harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian berdasarkan hasil analisis faktor adalah faktor produk dan faktor promosi.
Sektor pertanian di Kabupaten Pesisir Selatan masih merupakan ujung tombak pembangunan perdesaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Dalam rencanaan pembangunan kawasan perdesaan (RPKP) diperlukan identifikasi dan analisis potensi komoditas unggulan daerah perdesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Pesisir Selatan, melakukan penilaian kontribusi produksi hasil komoditas unggulan dibandingkan komoditas lainnya, melakukan analisis peluang penyerapan tenaga kerja pada komoditas unggulan dan melakukan analisis studi kelayakan dalam peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Metode penilaian yang digunakan adalah membandingkan dua kondisi, yaitu saat sebelum ada RPKP dan setelah ada kegiatan RPKP. Sebelum ada kegiatan RPKP, pertumbuhan ekonomi kawasan mengikuti kondisi alamiah yang telah ada tanpa ada campur tangan. Sedangkan kondisi setelah RPKP adalah kondisi ekonomi kawasan setelah ada upaya bantuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Nilai produksi komoditas menunjukkan bahwa ternak sapi, tanaman pangan padi, tanaman hortikultura cabai dan perkebunan kelapa sawit adalah komoditas yang memiliki nilai kontribusi ekonomi tertinggi di masing-masing kelompok komoditas. Tanaman pangan memberikan kontribusi tertinggi senilai Rp2.608.210.710.000,00 tahun 2022, juga dalam serapan tenaga khususnya pertanian tanaman pangan. Hasil perhitungan kelayakan investasi pengemukan sapi membutuhkan biaya operasional dalam satu tahun adalah sebesar Rp110.272.000,00, nilai NPV sebesar Rp67.212.930,00, R/C rasio sebesar 2,56, dan Net B/C menunjukkan angka sebesar 1,56 selama umur usaha 5 tahun.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.