Trichodina sp. merupakan ektoparasit yang umum ditemukan menginfeksi ikan budidaya, termasuk ikan nila (Oreochromis niloticus). Ekstrak daun sirih mempunyai potensi untuk digunakan dalam pengendalian Trichodina sp. pada benih ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak daun sirih (EDS) yang tidak menyebabkan mortalitas benih ikan nila, mengetahui pengaruh EDS terhadap prevalensi, intensitas, dan kelimpahan Trichodina sp., dan menentukan dosis optimal EDS untuk mengendalikan Trichodina sp. Hasil pengamatan menunjukkan dosis aman EDS untuk perendaman selama 2 jam adalah maksimal 200 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut maka EDS dengan dosis 0 mg/L (kontrol), 50 mg/L, 100 mg/L, dan 200 mg/L digunakan untuk penelitian utama. Metode experimental berdasarkan Rancangan Acak Lengkap digunakan dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis 100 mg/L dan 200 mg/L menurunkan prevalensi parasit hanya pada insang dan tidak pada permukaan tubuh. Selain itu, kedua dosis tersebut secara signifikan menurunkan intensitas dan kelimpahan Trichodina sp. di permukaan tubuh tetapi tidak dapat secara total membebaskan permukaan tubuh dari parasit tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, dosis optimal EDS untuk mengendalikan Trichodina sp. pada benih ikan nila belum dapat ditentukan dalam penelitian ini.
Keberadaan bakteri proteolitik pada komoditas akuakultur penting untuk dipelajari, salah satunya terkait dengan praktek budidaya ikan skala kecil di daerah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan melakukan identifikasi secara molekuler bakteri proteolitik yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan nila (Oreochromis niloticus). Sampel ikan nila diambil dari tiga unit kegiatan akuakultur yang menggunakan pakan berbeda di Kabupaten Banyumas yaitu dari Desa Pandak (dengan probiotik, pakan pellet), Desa Beji (tanpa probiotik, pakan tumbuhan) dan Desa Tambaksogra (dengan probiotik, kombinasi pakan pellet dan tumbuhan). Jumlah bakteri, proporsi bakteri proteolitik, dan indeks aktifitas proteolitik diamati dari usus bagian anterior, middle, dan posterior. Sampel isolat bakteri proteolitik dikelompokkan berdasarkan hasil analisis restriksi 16S rDNA menggunakan software PhyElp. Bakteri dari setiap kelompok diidentifikasi berdasarkan sekuen gen 16S rDNA dengan menggunakan analisis BLAST dan analisis filogenetik. Jumlah bakteri di saluran pencernaan ikan nila dari tiga tempat relatif sama dan cenderung meningkat ke arah posterior. Hasil penelitian menunjukkan ikan nila dari Desa Pandak memiliki proporsi bakteri proteolitik yang lebih tinggi dibandingkan sampel ikan dari Desa Beji dan Tambaksogra. Nilai aktivitas bakteri proteolitik saluran pencernaan ikan nila dari Desa Pandak relatif lebih tinggi dibandingkan dari dua desa lainnya. Bakteri proteolitik dari saluran pencernaan ikan nila dapat dikelompokkan menjadi 15 kelompok berdasarkan polimorfisme hasil digesti fragment gen 16S rDNA. Sampel dari 15 kelompok tersebut memiliki sekuen 16S rDNA yang mirip dengan Pseudomonas aeruginosa (4 isolat), Plesiomonas shigelloides, Escherichia coli, Aeromonas veronii, Klebsiella variicola, Enterobacter ludwigii, Enterobacter hormaechei (2 isolat), Enterobacter cloacae, Bacillus subtilis, Bacillus amyloliquefaciens dan Bacillus sp.
The aims were to do an ectoparasite and pathogenic bacteria inventory of Bonylip barb reared in Banyumas district. Total of 118 fish were randomly taken from Singasari (30 individual), Pabuaran (30 individual), Beji (30 individual) and Jipang (28 individual) villages. This work observed ectoparasite species, prevalence, and intensity as well as pathogenic bacteria species. Ectoparasites were identified based on morphological characteristics observed microscopically and their prevalence and intensity were calculated. Bacterial pathogen was isolated from fish samples showing symptoms of bacterial disease and identified molecularly based on 16s rDNA sequence using BLAST dan phylogenetic analysis. Results showed Trichodina sp. and Monogeneans were found infected fish samples from all location with prevalence was 70-100%. Ichthyophthirius multifiliis was found from all location except Singasari village. Some of fish samples showed fin necrosis and five bacterial isolates were obtained. 16s rDNA marked gene was successfully amplified and sequenced. Based on sequence analysis, five isolates could be clustered into two groups, the first was found only in Singasari village and the second was found in Singasari and Beji villages. Similarity value of 16s rDNA gene sequence these two groups was 99,8%. Result of BLAST and phylogenetic analysis showed that the bacterial pathogens were identified as group of Aeromonas hydrophila complex.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan madu dengan konsentrasi berbeda pada bahan ekstender terhadap persentase fertilitas dan daya tetas telur ikan nilem (Osteochillus vittatus) yang dibuahi sperma hasil penyimpanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 4 dengan 4 ulangan. Jenis ekstender (Faktor A) terdiri atas susu kuning telur dan air kelapa, sedangkan konsentrasi madu (Faktor B) yang digunakan yaitu 0%, 3%, 6%, dan 9%. Pengamatan persentase fertilitas dan daya tetas telur dilakukan untuk mengetahui performa sperma ikan nilem. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan analisis statistic variansi (ANOVA) dan di uji lanjut menggunakan uji jarak berganda (Duncan). Analisis data menunjukkan adanya interaksi antara kedua faktor yang memberi pengaruh nyata terhadap persentase fertilitas dan daya tetas telur. Kombinasi ekstender susu dan kuning telur dengan konsentrasi madu 6% memberikan hasil tertinggi yaitu 61,75% untuk fertilitas dan 23,08% untuk daya tetas sementara, untuk persentase fertilitas terendah sebesar 4% pada ekstender air kelapa tanpa madu dan persentase daya tetas terendah pada ekstender susu kuning telur tanpa madu sebesar 7,51%.
The purpose of this research was to determine the quality of spermatozoa of Nilem Fish (Osteochillus hasselti) after storage in extender palm juice, milk and egg yolk with different dilution ratios. The treatment given was in the form of different dilution ratios between sperm and extender palm juice, milk and egg yolk, namely P1: dilution ratio 1:10, P2: dilution ratio 1:15 and P3: dilution ratio 1:20. The data obtained were analyzed by means of variance (ANOVA). Data that showed a significant effect were continued with further Duncan testing. The results showed that the treatment had a significant effect on motility and viability, but did not have a significant effect on fertility and hatchability.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.