Era Society 5.0 telah terjadi integrasi antara dunia maya dan nyata. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah bagaimana pendidikan dilakukan, termasuk praktik Pendidikan Agama Kristen (PAK). Dengan metode studi kepustakaan, penulis menemukan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran sudah menjadi kebutuhan. Profesionalitas guru PAK di era ini ditentukan dengan penguasaan kompetensi Abad 21. Guru PAK yang profesional memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, kolaboratif dan literasi digital. Salah satu tolok ukur, guru profesional di era 5.0 mampu memanfaatkan berbagai teknologi dalam meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar peserta didik.
Era industri 4.0 memuat tantangan dan kesempatan. Namun di balik kondisi itu terdapat umat percaya, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan pendeta yang gagap terhadap teknologi. Alih-alih belajar atau mengejar ketertinggalan, banyak sarjana yang bersembunyi dibalik faktor umur, terbatasnya fasilitas dan faktor lainnya. Namun sebenarnya, hal itu lebih banyak disebabkan oleh keengganan untuk belajar. Padahal agar dapat memenuhi kebutuhan era ini, dibutuhkan manusia unggul. Keunggulan tersebut meliputi kecakapan atau kondisi optimal dalam iman, ilmu dan pengabdian. Metode deskriptif kualitatif merupakan pendekatan yang dipergunakan dalam artikel ini. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan makna generasi unggul di era industri 4.0 dan bagaimana cara mencapainya. Dalam kesimpulan dipaparkan bahwa pribadi unggul akan mengembangkan iman, ilmu dan berusaha memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap komunitas iman Kristen dan masyarakat luas. Menjadi pribadi yang demikian di era revolusi industri 4.0 semakin mudah tergapai melalui pemanfaatan teknologi dan sebuah dasar pola pikir baru yaitu: mindset tumbuh. Sikap enggan bertumbuh untuk menjadi pribadi yang unggul adalah perilaku tidak adil. Para pribadi yang mandek akan tenggelam dalam kemalasan atau keenganan untuk belajar dan berubah. Pribadi yang unggul tidak pernah berhenti berproses dan hal ituakan memberi dampak signifikan bagi dunia
Pandemi Covid-19 berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia, terutama aspek sosial ekonomi. Banyak tempat usaha tutup dan orang-orang kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, hal itu menyebabkan banyak orang kehilangan sumber penghasilan. Hal tersebut membuat masyarakat miskin semakin terpuruk dan muncullah kelompok miskin baru. Selama pandemi ini, umat Kristen dipanggil melakukan diakonia ke dalam dan keluar gereja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana diakonia (karitatif, reformatif, transformatif) gereja di masa pandemi dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini gereja dituntut untuk melakukan diakonia ke dalam dan keluar komunitas imannya dengan memperhatikan kebutuhan yang paling urgen. Di masa pandemi ini dengan banyaknya persoalan ekonomi, gereja dituntut lebih peka dalam pelayanan diakonia kepada mereka yang membutuhkan sebagai wujud kasih kepada sesama dan ketaatan pada perintah Allah.
Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, dan di tengah masyarakat. Keluarga merupakan suatu lembaga pertama dan utama untuk menanamkan berbagai kompetensi kepada anak, termasuk kemampuan berkomunikasi. Di tengah keluarga, orang tua menjadi role model bagi kehidupan anak, sehingga bagaimana cara komunikasi orang tua dapat berpengaruh pada kompetensi sosial anak. Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti tentang peran gaya komunikasi orang tua terhadap kompetensi sosial anak. Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi kepustakaan, yang meneliti berbagai sumber tertulis yang relevan dengan judul di atas. Penelitian penulis memilih dan memilah berbagai sumber yang relevan untuk mengetahui peran komunikasi orang tua terhadap kompetensi sosial anak. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa gaya komunikasi orang tua memiliki peran penting terhadap kompetensi sosial anak.
Knowledge of what environmental care is does not automatically make a person care for the environment in his actions. For this reason, it is necessary to have an education that is holistic, that is, that touches on cognitive, affective, and psychomotor aspects. With a holistic approach learner are not only able to understand but also behave and act positively towards the environment in which they live. In the context and practice of Christian religious education, it is necessary to have holistic ecological education as stated in the ecological content. To find out this, the author analyzes the ecological content in the high school Christian religious education curriculum, in order to find out the balance of its domains. From this analysis, it is proven that the ecological content in the curriculum of Christian religious education at the high school level tends to be cognitive and not holistic.Keywords: affective; ecological; balance; cognitive; psychomotorAbstrakPengetahuan tentang apa itu peduli lingkungan tidak otomatis menjadikan seseorang peduli lingkungan dalam tindakannya. Untuk itu, perlu pendidikan yang bersifat holistik, yaitu yang menyentuh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan pendekatan yang holitik peserta didik tidak hanya mampu memahami tetapi juga bersikap dan bertindak positif terhadap lingkungan di mana mereka tinggal. Dalam konteks dan praktik pendidikan agama Kristen perlu adanya pendidikan ekologi holistik yang tertuang dalam muatan ekologi. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis melakukan analisa terhadap muatan ekologi pada kurikulum pendidikan agama Kristen sekolah menengah atas, guna mengetahui keseimbagan ranah-ranahnya. Dari analisa tersebut, terbukti muatan ekologi dalam kurikulum pendidikan agama Kristen tingkat sekolah menengah atas cenderung bersifat kognitif dan tidak bersifat holistik.Kata kunci: afektif; ekologi; keseimbangan; kognitif; psikomotor
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.