Orang muda Katolik menjadi harapan bagi Gereja dalam membawa warna baru. Dengan ciri khas kepemudaan yang energik, bersemangat, idealis, dan banyak gagasan orang muda diharapkan bertumbuh dan ikut berpartisipasi dalam perutusan Gereja. Namun dalam kenyataannya proses pertumbuhan orang muda hanya mementingkan diri sendiri dan kebutuhan materinya saja dari pada kehidupan rohaninya, bahkan secara tidak sadar mereka telah mengabaikan Allah dan semua kegiatan yang bersifat rohani, termasuk berdoa. Berdasarkan wawancara dari pengurus OMK didapatkan data bahwa orang muda Katolik di Paroki Batulicin kurang tertarik dengan (kegiatan) kehidupan rohani, yang di mana ini sangat berbeda dengan harapan Gereja yang menginginkan orang muda untuk melibatkan diri dalam hidup menggereja. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengemukakan pokok permasalahan yaitu: Sejauh mana kehidupan rohani orang muda Katolik di Paroki Santo Vinsensius A Paulo Batulicin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kehidupan rohani orang muda Katolik Batulicin. Adapun dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Pendidikan merupakan fenomena kemanusiaan universal yang jika benar aktivitasnya akan menumbuh kembangkan multidimensi kemampuan dasar manusia. Arah perhatian pendidikan lebih pada anak didik yakni mereka yang mampu mengoptimasi potensi diri sebagai insan pribadi. Untuk mencapai cita-cita ini maka peran berbagai pihak sangat dibutuhkan secara khusus para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah dan lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Arah dasar perhatian kebijakan pendidikan nasional adalah Sekolah Dasar karena merupakan lembaga awal pembentukan manusia menuju kecerdasan yang optimal. Kebijakan pendidikan nasional dalam konteks ini lebih pada implementasinya di lembaga pendidikan dasar.
English : In the Church document Sacrosantum Concilium Art.29 also the ministers of the mass (altar boys), lectors, commentators and choir members actually carry out liturgical services. They should therefore discharge their duties devoutly, sincerely and thoroughly, as worthy of such a high ministry, and after what is properly required of them by the people of God. So it is necessary for them to be deeply infused with the spirit of the liturgy, each of which is only his ability, and be nurtured to carry out their roles appropriately and neatly. Coronavirus Disease 2019 is a new type of disease that has never been previously identified in humans. The virus that causes Covid-19 is called Sars-CoV-2. Corona virus is zoonotic (transmitted between animals and humans). Meanwhile, the animal that is the source of Covid-19 transmission is still unknown. Based on scientific evidence, Covid-19 can be transmitted from human to human through coughing/sneezing droplets (droplets). The people most at risk of contracting this disease are people who are in close contact with Covid-19 patients, including those who treat Covid-19 patients (Kemenkes RI, 2020). Common signs and symptoms of Covid-19 infection include symptoms of acute respiratory distress such as fever, cough, and shortness of breath. The average incubation period is 5 - 6 days with an incubation period of fever, cough, and shortness of breath. In severe cases, Covid-19 can cause pneumonia, The church greets people in the midst of the Covid-19 pandemic. The Covid-19 pandemic is still rampant. Moments of social isolation have changed many aspects of church life. To deal with the Covid-19 pandemic, the Church needs to learn from history, one of which is the history of God's people after the exile from Babylon. In addition, there are several challenges that the Church needs to face as a result of the Covid-19 pandemic, namely in the aspects of celebrating the Eucharist, ministry, and theology. In order to support the handling of Covid-19, the Church put forward several appeals to support the work of the government. The reality that happened is based on the author's interview with the head of the Stasi, the administrators and the people of the St. Petrus Sumberejo Blitar Station that with the Covid-19 pandemic like this, people were afraid, indecisive, came to church, and before the Covid-19 pandemic, at the St. clear division of liturgical duties, and all liturgical officers assigned to carry out their duties. With the passage of time due to the Covid-19 pandemic, the schedule that had been arranged did not go as expected. Because there are people or liturgical officers, who have just returned from out of town, so they have to carry out a quarantine process for 2 weeks, therefore the liturgical officers who have been arranged are hampered and the liturgical staff's schedule is not arranged properly. From the problems above, the researchers formulated the following problems: To what extent the participation of the people as liturgical officers during the Covid-19 pandemic at St. Petrus Sumberejo Blitar. From the formulation of the problem, the objectives to be achieved by the author in this study are:to knowthe participation of the people as liturgical officers during the Covid-19pandemic at the St. Petrus Sumberejo Station, Blitar. This research is a quantitative research, the research population is 93 people and a sample of 30 respondents as liturgical officers. the data collection method uses a closed questionnaire while the data collection method uses F Prosen and Scoring. Based on the results of the overall data processing with a scoring value of 2.59, it means that the participation of the people as liturgical officers during the Covid-19 pandemic at the St. Petrus Sumberejo Station, Blitar, Santa Maria Parish, Blitar, was carried out well. Thus, to support the implementation of people's participation as liturgical officers in the future, some appropriate steps can be taken. First for the people of the St. Petrus Sumberejo Blitar needs to be regenerated for worship leaders. The two parishes may be able to help the people to continue to carry out liturgical activities on a regular basis, including as officers in them, through policies or parish programs. Bahasa Indonesia Dalam dokumen Gereja Sakrosantum concilium Art..29” juga para pelayan misa (putera altar), para lektor, para komentator dan para anggota paduan suara benar-benar menjalankan pelayanan liturgis. Maka hendaknya mereka menunaikan tugas dengan saleh, tulus dan saksama, sebagaimana layak untuk pelayanan seluhur itu,dan sesudah semetinya dituntut dari mereka oleh umat Allah. Maka perlulah mereka secara mendalam diresapi semangat liturgi, masing-masing sekedar kemampuannya, dan dibina untuk membawakan peran mereka dengan tepat dan rapi. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan Covid-19 ini masih belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 termasuk yang merawat pasien Covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Tanda dan gejala umum infeksi covid-19 termasuk gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata adalah 5 - 6 hari dengan masa inkubasi demam, batuk, dan sesak napas. Pada kasus yang parah, covid-19 dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gereja menyapa umat di tengah pandemi Covid-19 Pandemi Covid-19 masih merajalela. Momen isolasi sosial telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan bergereja. Untuk menghadapi pandemi Covid-19 ini, Gereja perlu belajar dari sejarah salah satunya, yaitu sejarah umat Tuhan pasca pembuangan dari Babel. Selain itu, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi Gereja sebagai akibat dari pendemi Covid-19 yaitu dalam aspek perayaan Ekaristi, pelayanan, dan teologi. Demi mendukung penanganan Covid-19, Gereja mengemukakan beberapa imbauan untuk mendukung kerja pemerintah. Realitas yang terjadi berdasarkan wawancara penulis kepada ketua Stasi, pengurus serta umat Stasi Santo Petrus Sumberejo Blitar bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 seperi ini umat takut, bimbang, datang ke gereja, dan sebelum pandemi Covid-19, di Stasi Santo Petrus Sumberejo sudah ada pembagian tugas liturgi yang jelas, dan semua petugas liturgi yang diberikan tugas menjalankan tugasnya. dengan perjalanan waktu adanya pandemi Covid-19 ini , jadwal yang sudah tersusun tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Karena ada umat atau petugas liturgi, yang baru pulang dari luar kota, sehingga ia harus menjalanakan proses karantina selama 2 minggu, oleh sebab petugas liturgi yang sudah tersusun terhambat dan jadwal petugas liturgi tidak tersusun dengan baik. Dari permasalahan diatas maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Sejauh mana partisipasi umat sebagai petugas liturgi selama masa pandemi Covid-19 di Stasi Santo Petrus Sumberejo Blitar. Dari rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui partisipasi umat sebagai petugas liturgi selama masa pandemi Covid-19 di Stasi Santo Petrus Sumberejo Blitar. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, populasi penelitian adalah 93 jiwa dan sampel 30 responden sebagai petugas liturgi. metode pengumpulan data menggunakan angket tertutup sedangkan metode pengolahan data dengan menggunakan F Prosen dan Scoring. Berdasarkan hasil Dari hasil pengolahan data keseluruhan dengan dengan nilai scoring diperoleh hasil 2,59 artinya partisipasi umat sebagai petugas liturgi selama masa pandemi Covid-19 di Stasi Santo Petrus Sumberejo Blitar Paroki Santa Maria Blitar dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian untuk menunjang terlaksananya partisipasi umat sebagai petugas liturgi di masa mendatang kiranya dapat diambil beberapa langkah yang tepat. Pertama Untuk umat Stasi Santo Petrus Sumberejo Blitar perlu diadakan regenerasi petugas pemimpin ibadat. Kedua Paroki kiranya dapat membantu umat agar tetap dapat melaksanakan kegiatan liturgi secara rutin termasuk sebagai petugas di dalamnya, melalui kebijakan atau program Paroki.
Saat ini Gereja hadir secara nyata dalam kehidupan orang muda Katolik. Karena itu orang muda Katolik memiliki tugas menghidupkan dan mengembangkan pola hidup yang diajarkan oleh umat pertama. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat membuat keterlibatan orang muda menjadi tersamar. Melihat permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sejauh mana partisipasi orang muda Katolik dalam panca tugas Gereja di Stasi Santo Petrus Belayan. Penelitian mengunakan ruang lingkup penelitian kuantitatif. Masalah mendasar dalam penelitian adalah partisipasi orang muda Katolik dalam panca tugas Gereja. Subyek penelitian adalah populasi orang muda Katolik di Stasi Santo Petrus Belayan berjumlah 60 orang, yang terdiri dari tingkatan pendidikan SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan sudah bekerja belum menikah. Metode pengumpulan data menggunakan angket tertutup, sedangkan teknis analisa data menggunakan rumus F porsen dan table scoring. Berdasarkan data diperoleh hasil yaitu, partisipasi orang muda katolik dalam panca tugas Gereja di Stasi Santo Petrus Belayan baik.
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang dikembangkan, 2) untuk menganalisis peran kepala sekolah sebagai edukator dalam implementasi pendidikan karakter, 3) untuk menganalisis peran kepala sekolah sebagai manajer dalam implementasi pendidikan karakter, 4) untuk menganalisis peran kepala sekolah sebagai inovator dalam implementasi pendidikan karakter. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data primer dengan wawancara dan sumber data sekunder dengan penelusuran dokumen. Pengambilan informan sebagai sumber data dilakukan secara purposive dan snowball. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai-nilai karakter yang dikembangkan meliputi nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. 2) Peran kepala sekolah sebagai edukator dalam implementasi pendidikan karakter. 3) Peran Kepala Sekolah sebagai manajer ditunjukkan dengan menerapkan pengelolaan manajemen terbuka. 4) Peran Kepala sekolah sebagai inovator ditunjukkan dalam pembinaan personalia, pembaharuan personalia dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur pendidikan karakter, peran guru yang diperlukan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan sistem-sistem yang lain, dan strategi pendidikan karakter yang inovatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan Kepala sekolah agar meningkatkan pendidikan karakter dengan cara lebih sering melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan pendidikan karakter kepada guru dan peserta didik. Kepada guru hendaknya memahami pendidikan karakter dan mempelajari strategi dan metode yang tepat untuk menerapkan pendidikan karakter yang efektif. Kepada peserta didik hendaknya menampilkan perilaku yang baik dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang diajarkan di SMAK Bakti Luhur Malang agar menjadi karakter diri yang bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain dan bangsa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.