This article aimed to examine the implementation of the United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples (UNDRIP), focusing on the rights of the Indigenous Papuan people in the Indonesian provinces on the western half of the island of New Guinea, commonly referred to in English as Papua or West Papua. By drawing on the theory of norm diffusion in the study of international relations, this article argues that despite adopting a declaration on the rights of indigenous peoples, the Indonesian government seems to find fulfilling the rights of Indigenous Papuans challenging due to obfuscation and lack of political will. This article finds that the implementation of special autonomy in Papua has been a failure, as the human rights situation has deteriorated and the fundamental rights of Indigenous Papuans remain unfulfilled.
Kekerasan, diskriminasi, dan rasisme masih menjadi isu besar yang dihadapi masyarakat Papua sejak Indonesia merdeka dan bergabungnya Papua ke dalam wilayah Indonesia. Analisis fenomena ini dapat ditarik ke berbagai macam aspek. Salah satu aspek penting yang menentukan eksistensi sebuah negara adalah aspek nasionalisme. Dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi nasionalisme Papua tetap hadir dan hidup, sekalipun nasionalisme Indonesia tetap menjadi bagian penting dalam menjaga pilar berbangsa dan bernegara Indonesia. Tulisan ini berusaha mendiskusikan kembali bagaimana posisi nasionalisme Indonesia terhadap masyarakat Papua dan sebaliknya. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah, apakah identitas bangsa Papua merupakan bagian dari identitas kebangsaan Indonesia? atau kepapuaan justru bagian yang terpisah dari nasionalisme Indonesia? Dengan menggunakan pisau analisis nasionalisme dari Indonesianis Benedict Anderson, artikel ini membahas bagaimana diskursus nasionalisme yang berkembang mampu menjawab tantangan nasionalisme ganda yang terjadi di Indonesia dalam isu Papua. Upaya ini juga akan mempertegas pertanyaan penting dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah membangun ide Papua dalam kerangka nasionalisme Indonesia.Kata-kata kunci: Nasionalisme Indonesia, Nasionalisme Papua, Benedict Anderson, Nasionalisme, identitasViolence, discrimination and racism have remained to be major issues faced by Papuans ever since the independence of Indonesia and the inclusion of Papua in Indonesia’s territory until today. This phenomenon can be seen through various aspects. One of those is the determinant aspect of a country’s existence: nationalism. Within the framework of the unitary state of the Republic of Indonesia, the existence of Papuan nationalism is undeniably still present and alive, even though Indonesian nationalism is the central one in maintaining the pillars of the Indonesian nation and state. This article discusses how Indonesian nationalism positions Papuan people, and vice versa. Furthermore, this article questions whether the Papuan identity is a part of Indonesia’s. The discussion of this article focuses on the developing nationalism discourse, in the hope to overcome the ‘double-nationalism’ in Indonesia when it comes to Papua’s issue, by using Benedict Anderson’s concept of nationalism. Finally, this article addresses a crucial question, which is how to develop the Papuan idea within the framework of Indonesian nationalism.Keywords: Indonesian Nationalism, Papuan Nationalism, Benedict Anderson, Nationalism, identity
Artikel ini akan membahas bagaimana fashion dikaji melalui kaca mata feminis dalam studi Hubungan Internasional. Artikel ini hadir dengan melihat fashion sebagai salah satu produk dari pop culture, telah berperan signifikan dalam mendorong upaya pencapaian kepentingan suatu aktor politik—terutama sebagai alat konstruksi identitas. Kajian ini juga mendorong perkembangan kajian mengenai pop culture dalam studi Hubungan Internasional. Bahasan dibuka dengan menyajikan perdebatan literatur mengenai fashion dan feminisme. kemudian dilanjut dengan bagaimana narasi perdebatan tersebut dijabarkan dalam konteks Hubungan Internasional. Selanjutnya, melihat masalah fashion, feminisme dan Hubungan Internasional dalam konteks Indonesia dari segi produksi dan konsumsi. Artikel ini menawarkan perspektif baru dalam melihat fashion sebagai second-order representation dari politik internasional yang berdampak pada isu di ranah domestik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.