RingkasanKajian kemiskinan yang dilakukan oleh Sajogyo dan sekelompok sarjana ilmu sosial di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga dekade terakhir di abad 20, tidak dapat dielakkan akhirnya menyentuh ranah studi "mekanisme bertahan hidup" baik yang dibangun pada aras individu, rumahtangga, maupun aras kelompok. Analisis sistem nafkah dalam konteks transformasi struktur agraria dan pedesaan yang dikembangkan Soyogyo dan murid-muridnya, menghasilkan cara pandang yang khas tentang sistem penghidupan (livelihood system) dan kaitannya dengan dinamika perubahan sosial pedesaan. Konsistensi analisis yang dibangun tentang sistem penghidupan dan nafkah pedesaan mengantarkan studi nafkah berkembang cabang baru dalam sosiologi, yaitu sosiologi nafkah (livelihood sociology). Tulisan ini mengupas serba ringkas perbandingan tradisi/mazhab Bogor (Sajogyo dan para muridnya) dan mazhab Eropa (Chambers dan kawan-kawan dari Sussex Inggris) dalam menganalisis sistem penghidupan dan nafkah pedesaan.
Katakunci: Strategi nafkah, strategi bertahan hidup, sosiologi nafkah, sistem ekonomi nafkah, sosiologi nafkah mazhab Bogor
PendahuluanTulisan ini sengaja mengambil topik "sistem penghidupan dan nafkah pedesaan (rural livelihood system)" sebagai stepping stone yang dipilih untuk menjelajahi tradisi pemikiran para ilmuwan sosial dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain meninjau state of the art studi nafkah, tulisan ini juga dimaksudkan sebagai upaya refleksi atas pokok-pokok pikiran Sajogyo beserta para muridnya di IPB (khususnya di Program Studi Sosiologi Pedesaan IPB), dan kalangan yang terpengaruh oleh pandangannya dalam memahami dinamika kehidupan sosio-ekonomi masyarakat pedesaan selama tiga dekade terakhir abad 20.
The fast-growing palm oil economy has stimulated a significant expansion of oil palm plantations in Indonesia. The uncontrolled development of large oil palm plantations has raised complex socio-ecological issues, including changes of ecological landscapes, organization of production, and farming household livelihood systems. For two oil palm villages with different ecological settings, this article describes changes in land cover, how production is organized, and the income structure changes due to rural economic development. The research used survey approaches and analysis of earth maps, assisted by data obtained from satellite imagery. A qualitative approach was also used to support a survey via in-depth interviews. The research was carried out in two oil palm economy-based villages of Kutai Kartanegara District, of the Province of East Kalimantan of Indonesia. The first village is located very close to the center of regional administration and has evolved into a non-farming economy. In contrast, the other village is more isolated and solely relies on farming activities. The study found that changes of land cover caused by oil palm expansion could be categorized into two types, concentrated and spotted, following the influence of oil palm investment activities. It was also found that organization of the production of most smallholders existed in two types of arrangements, partial and total integration of production. From the perspective of livelihood, two different types of income structures emerged, diversified and uniform. This article concludes that responses of smallholders to palm oil spread varied depending on the ecological setting, the existence of the already established plantation economy in the region, the capacity of the smallholders to diversify economic activities based on palm oil, and the exposure to external economic activities.
Perkebunan kelapa sawit berdampak negatif pada aspek-aspek lingkungan, sosial dan ekonomi komunitas lokal. Melalui peningkatan system tata kelola perkebunan kelapa sawit maka dapat mengurangi dampak negatif tersebut. System tata kelola seperti sertifikasi dan standar-standar keberlanjutan diinisiasi oleh produser, distributor, pemerintah, akademisi, pasar internasional dan LSM. Sistem tata kelola ini dapat mencakup skala global atau nasional. Indonesia telah mengimplementasikan system tata kelola yang berskala global dan nasional namun belum semua perusahaan perkebunan kelapa sawit dan smallholder mengimplementasikanya. Oleh karena itu, sistem tata kelola tersebut belum berhasil menurunkan dampak negatif ekspansi perkebunan kelapa sawit. Konflik sosial masih sering terjadi akibat dari kebakaran hutan dan pencemaran lingkungan. Di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Indonesia, ekspansi perkebunan kelapa sawit terjadi secara cepat dimana ekspansi tersebut ada yang tidak menerapkan sistem tata kelola perkebunan kelapa sawit. Menggunakan metode survey dan wawancara mendalam, penelitian ini bertujuan mengukur dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit pada kerentanan ekologi, sosial dan ekonomi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa (1) RSPO dan ISPO belum bisa menekan laju deforestasi akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit; (2) Walaupun RSPO dan ISPO diimplementasikan, masih tetap terjadi konflik sosial dan kerentanan ekonomi pada komunitas lokal.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.