This paper describes the development of fuzzy logic controller for room lighting system using AT89S51 microcontroller. The fuzzy logic system has two membership functions for the light sources as inputs and one membership function for the output. The first light source is from the outside and the second light source is available in the room. The other input to the control system is from the occupation sensor. The output membership function of the control system is used to determine the number of compact fluorescent lamp (CFL) that must be turned on. The control system will switch the CFL on or off according to the condition of the illuminance in the room. The room illuminance is based on Indonesian National Standard which is about 250 Lux. In case the room is empty, the controller will turn all lamps off. The result of experiment showed 23.9 % in power saving and 4.1 % in difference of control system output to the reference.
Pencahayaan umumnya mengkonsumsi 25%-50% dari total energi listrik untuk sebuah gedung. Saat ini pencahayaan gedung didominasi oleh penggunaan lampu fluorescent. Publikasi-publikasi dari peneliti lain sebelumnya didominasi pada pengaturan densitas daya pada lampu pijar yang mulai jarang digunakan, tidak mempertimbangkan standar pada masing-masing negara sebagai referensi kendali, dan membutuhkan investasi yang mahal. Untuk itu, makalah ini menawarkan sebuah sistem pencahayaan berbasis logika fuzzy dengan otomatisasi lampu fluorescent untuk mencapai penerangan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Variabel masukan pengendali adalah nilai sensor cahaya dari luar dan dalam ruangan serta sensor keberadaan pemakai. Variabel keluaran adalah nilai pencahayaan diperlukan untuk mencapai nilai referensi. Nilai pencahayaan ini menentukan jumlah lampu yang harus dinyalakan oleh kontroler. Hasil pengujian pada sebuah kelas menunjukkan bahwa tanpa pengendali iluminasi terukur selama hari kerja sekitar 350 lux, sementara itu dengan pengendali bervariasi di sekitar 250-300 lux mendekati SNI (250 lux). Sementara itu, sistem pencahyaan dengan pengendali energi listrik lebih hemat 75% dibandingkan tanpa pengendali.
Perkembangan teknologi di dalam dunia elektronika khususnya robotika berkembang pesat. Kebutuhan manusia akan alat bantu yang kuat, murah, dan efisien mendorong manusia terus melakukan penelitian untuk menghasilkan robot-robot yang dapat digunakan untuk membantu mengerjakan tugas-tugas manusia yang selama ini masih dikerjakan secara manual. Salah satu jenis robot yang sedang dikembangkan saat ini adalah robot terbang atau sering dikenal dengan istilah Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pada penelitian ini, peneliti merancang bangun quadcopter dengan menambahkan sensor Ultrasonik sebagai penghindar halangan (avoider). Perancangan quadcopter pada penelitian ini menggunakan empat sensor ultrasonik yang terpasang pada keempat sisi quadcopter. Pada saat pengujian quadcopter, sensor sudah dapat membaca jarak dengan baik, sehingga quadcopter dapat menyelesaikan misi dengan baik. Jarak efektif sensor ultrasonik antara 3 cm sampai 300 cm. Apabila lebih dari jarak tersebut maka sensor tidak bekerja dengan baik, sehingga quadcopter tidak dapat menghindari dengan baik. Apabila dalam jarak efektif sensor quadcopter bekerja dengan efektif sehingga penelitian dapat dikatakan berhasil.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.