<p><em>Acoustic </em><em>method can be used to objectively solve various scientific purposes and management, especially in fisheries field. Banda Sea is a part of fisheries management area (FMA) 714 which is dominated by small pelagic fish according to 2010 Fisheries Statistics. The dominant pelagic fish in Banda is scad (Decapterus spp.) which belongs to small pelagic fish and is commonly caught in Banda Sea. The objective of this research is to estimate small pelagic fish density through spatial and temporal distribution as informaion on fisheries resources in Banda Sea, especially the location and depthwhere scad is abundant and foundin the highest density. Acoustic survey was conducted on 3-18 February 2016. Spatially, density measurement showed that the small pelagic fish distribution in Banda Sea spreadedalong the track of data acquisition and had the highest density in theswimming depth of 5</em><em>-20 m. Moreoverhigh density of scad was tended to be found near the slopes of the sea close to the mainland. Temporally,small pelagic fish tended to travel in groups at the day and disperse at night. Density of small pelagic fish distribution according to daily distribution is commonly found at night (06.00 p.m.-05.00 a.m. GMT+8) and dawn (05.00 a.m.-06.00 a.m. GMT+8).</em> <em></em></p><p><strong><em>Keywords:</em></strong><strong><em> </em></strong><em>Banda Sea, fishdensity, small pelagic fish, spatial, temporal</em><em> </em></p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p class="Abstrakisi">Metode akustik dapat digunakan untuk mengatasi berbagai tujuan ilmiah dan manajemen secara objektif terutama dibidang perikanan, dan berhasil memberikan manfaat. Laut Banda merupakan bagian dari wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 714 dengan sumberdaya ikan didominasi oleh kelompok ikan pelagisberdasarkan data Statistik Perikanan tahun 2010. Jenis ikan pelagis yang dominan di perairan Laut Banda adalah ikan layang (<em>Decapterus </em>spp.) yang termasuk kedalamkelompok ikan pelagis kecil dan banyak dimanfaatkan di Laut Banda. Penelitian ini bertujuan mengestimasi densitas ikan pelagis kecil secara spastial dan temporal sebagai informasi mengenai sumber daya perikanan di Laut Banda terutama lokasi dan kedalaman ikan pelagis kecil yang banyak ditemukan. Survei akustikdilaksanakan pada tanggal 3-18 Februari 2016 di Laut Banda.Perhitungan densitas secara spasial densitas ikan pelagis kecil menunjukkan hasil sebaran ikan pelagis kecil di perairan Laut Banda menyebar sesuai lintasan survei dan memiliki ukuran densitas ikan tertinggi berada di kedalaman renang 5-20 meter dengan densitas ikan cenderung tinggi berada di lereng laut yang dekat dengan daratan utama. Secara temporal, tingkah laku ikan pelagis pada siang hari cenderung membentuk kelompok, sedangkan pada malam hari cenderung menyebar. Sebaran densitas ikan pelagis kecil berdasarkan distribusi harian lebih banyak ditemukan pada waktu malam (18.00-05.00 WITA) dan rembang fajar (05.00-06.00 WITA).</p><strong>Kata kunci:</strong> densitas ikan, ikan pelagis kecil, Laut Banda, spasial, temporal
Salah satu upaya pengelolaan perikanan lestari membutuhkan informasi potensi dan pola penyebaran sumberdaya ikan di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara spasial distribusi ikan dan menghitung potensi sumber daya ikan demersal di WPP NRI 712 (Laut Jawa) dengan metode hidroakustik, dan melihat perubahan biomassa ikan dalam kurun waktu 2011-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ikan demersal menyebar pada beberapa lokasi di utara perairan Cirebon, perairan Lampung timur, selatan Taman Nasional Tanjung Puting dan Kepulauan Seribu. Sumberdaya ikan demersal yang terdeteksi didominasi oleh ukuran ikan dengan kisaran panjang antara 30-31 cm dengan lima kohort sumberdaya ikan demersal. Biomassa ikan demersal sebesar 875.463 ton, dengan kepadatan ikan rata-rata yaitu 117,87 kg/km3. Potensi lestari ikan demersal sebesar 437.732 ton/tahun atau meningkat 36,6% dari potensi tahun 2015. Kepadatan ikan rata-rata dan biomassa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah satu faktornya yaitu karena adanya waktu untuk ikan dapat melakukan pemulihan sumberdaya secara alami. Penerapan kebijakan pengelolaan dalam upaya pemulihan dan pemanfaatan perlu dilakukan untuk menciptakan perikanan yang lestari dan berkesinambungan.
Kepadatan dan penyebaran sumber daya ikan di perairan banyak dipengaruhi oleh variasi kondisi oseanografinya. Untuk mengkaji interaksi antara kondisi oseanografi dengan sebaran spasial ikan pelagis di Laut Jawa, telah dilakukan penelitian hydro acoustic dengan menggunakan KR. Bawal Putih III pada 17 Oktober-11 November 2017. Akuisisi data akustik menggunakan multi beam Simrad ME (70-120 kHz) dengan posisi transduser dipasang pada lunas kapal. Parameter lingkungan (oksigen, pH, salinitas, klorofil, suhu) diukur menggunakan CTD SBE 19 plus V2 dan parameter oseanogafi fisik (arah dan kecepatan arus) menggunakan ARM current meter, keduanya diturunkan secara vertikal sesuai kedalaman pada 48 stasiun. Analisa korelasi antara parameter oseanografi dengan kelimpahan ikan dan distribusi spasial menggunakan analisis statistik PCA (Principal Component Analysis). Hasil penelitian menunjukkan densitas ikan pelagis dipengaruhi secara berturut-turut oleh salinitas, oksigen, klorofil, pH dan suhu. Urutan ini didasarkan pada jarak dan kedekatan terhadap garis yang dibentuk faktor lingkungan terhadap titik pusat korelasi. Komponen lingkungan yang memiliki interaksi langsung dengan kelimpahan ikan pelagis adalah salinitas dan oksigen. Kedua faktor ini merupakan faktor utama dalam kegiatan osmoregulasi dan pembentukan energi untuk tubuh ikan, sementara keempat faktor lingkungan lainnya (klorofil pH, suhu dan kecepatan arus) berkorelasi secara parsial terhadap keberadaan ikan pelagis.The density and distribution of fish resources in the waters are much influenced by variations in oceanographic conditions. To examine interaction between oceanographic condition with spatial distribution of pelagic fish in Java Sea, hydroacoustic research was done using KR. Bawal Putih III on October 17 to November 11, 2017. Acoustic data acquisition used Simrad ME multi beam (70-120 kHz) with the position of the transducer installed on the keel. Environmental parameters (oxygen, pH, salinity, chlorophyll, temperature) were measured using the SBE 19 plus V2 CTD and physical oceanographic parameter (current direction and speed) using the ARM current meter, both are lowered vertically according to depth at 48 station. Correlation analysis between oceanographic parameter with fish abundance and spatial distribution using PCA (Principal Component Analysis) statistical analysis. Results show that density of pelagic fish was influenced respectively by salinity, oxygen, chlorophyll, pH and temperature. This sequence based on distance and proximity to the line formed by environmental factors towards the center of correlation. The environmental components that have a direct interaction with the abundance of pelagic fish are salinity and oxygen. These two factors are the main factors in osmoregulation and energy formation for fish bodies, while the other four environmental factors (chlorophyll pH, temperature and current velocity) correlate partially to the presence of pelagic fish.
Salinitas, pH, dan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) merupakan paramater oseanografi kimia yang memiliki peranan penting di suatu perairan. Pola dan nilai sebaran ketiga parameter tersebut berbeda antara di perairan estuari dengan di laut lepas. Informasi mengenai kondisi paramater oseanografi kimia perairan estuari Bengkalis penting diketahui karena merupakan habitat terubuk bengkalis (Tenualosa macrura), ikan endemik yang terancam punah akibat degradasi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variasi bulanan parameter kimia oseanografi khususnya salinitas, pH, dan oksigen terlarut perairan estuari Bengkalis, Riau. Penelitian dilakukan selama 7 bulan pada tahun 2015 yaitu bulan April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, dan November. Metode yang digunakan adalah survei in-situ dengan kapal survei di 16 stasiun pengukuran di estuari Bengkalis. Hasil penelitian menunjukkan nilai sebaran rata-rata bulanan salinitas, pH dan DO di estuari Bengkalis berbeda berdasarkan lokasi dan waktu pengukuran. Nilai sebaran rata-rata bulanan salinitas, pH, dan DO memiliki rentang yang cukup lebar. Salinitas berkisar antara 6,5-30,7 psu; pH berkisar antara 5,9-8,4; dan DO berkisar antara 2,35-5,70 ppm. Nilai pH yang rendah (pH 5,9), dan DO rendah (2,35 ppm) tersebut ditemukan di muara Sungai Siak, ini menguatkan bukti terjadinya pencemaran di aliran sungai ini.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.