Kulit apel hijau (Pyrus malus L.) merupakan buah yang kaya akan kandungan gizi, terutama bahan kimia antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak etanol kulit apel hijau (Pyrus malus L.) dapat dibuat dalam sediaan face mist dan mengetahui nilai IC50 sediaan face mist dari ekstrak etanol kulit apel hijau (Pyrus malus L.) dapat memberikan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan metode dan membuat sediaan face mist menggunakan variasi konsentrasi ekstrak pada formula 1 0,1%, formula 2 0,3% dan formula 3 0,5% dan menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Ekstrak kulit apel hijau dapat dibuat sediaan face mist, berdasarkan hasil uji cycling test ketiga formula sediaan face mist ekstrak etanol kulit apel hijau (Pyrus malus L.) memiliki stabilitas fisik face mist yang baik. Hasil IC50 yang diperoleh berturut-turut terhadap formula 1 (0,1%), yaitu 18,83 ppm memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, formula 2 (0,3%) yaitu 9,19 ppm memiliki nilai antioksidan yang sangat kuat, dan formula 3 (0,5%) yaitu 6,51 ppm memiliki nilai antioksidan yang sangat kuat dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit apel hijau (Pyrus malus L.) dapat diformulasi menjadi sediaan face mist stabil sebelum dan sesudah cycling test dan nilai IC50 formula 3 (0,5%) yaitu 6,51 ppm yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat.
Bidara leaf is a plant that has the potential to act as an antiseptic. The bidara plant contains various compounds such as flavonoids, alkaloids, triterpenoids, saponins, lipids, and proteins. When kneaded, bidara leaves can produce foam and emit a highly fragrant aroma. The objective of this study was to determine the antibacterial activity of bidara leaf in the formulation of powdered hand wash soap and to identify the effective concentration of bidara leaf extract against Staphylococcus aureus bacteria. The results of the study showed that the hand wash soap preparation containing bidara leaf ethanol extract powder exhibited antibacterial activity against Staphylococcus aureus, with a very strong inhibition zone. Among the formulations, the concentration of 5% in formulation 3 demonstrated the highest inhibitory power of 21.8 mm, classified as a very strong inhibitory power.
ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan menumbuhkan dari daun salam yang telah disterilkan menggunakan etanol 70% dan natrium hipoklorit. Skrining antibakteri dilakukan dengan menggunakan uji antagonis sebagai screening pertama melawan Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Salmonella thyposa. Penelitian ini menghasilkan 2 isolat fungi. Fungi endofit aktif difermentasi dan ekstraksi dengan etil asetat (EtOAc) dan metanol. Aktivitas antibakteri dari ekstrak EtOAc dan metanol diuji aktivitasnya menggunakan metode difusi disk. Satu isolat fungi endofit (XP1) terhadap lima dari bakteri yang diuji adalah S. aureus, P. Aeruginosa, E. Coli, S. thyposa, dan B.subtilis, memiliki daya hambat terbesar pada bakteri uji S. thyposa dengan diameter daya hambat sebesar 14,00 mm. Sedangkan pada isolat fungi endofit (XP2) terhadap lima dari bakteri yang diuji adalah S. aureus, P. Aeruginosa, E. Coli, S. thyposa, dan B.subtilis, memiliki daya hambat terbesar pada bakteri uji S. thyposa dengan diameter daya hambat sebesar 22,00 mm. Berdasarkan analisis filogenetik isolat XP 1 memiliki kemiripan dengan Penicillium sp. (homology 87%) sedangkan isolat XP2 memiliki kemiripan dengan Colletotrichium gloeosporioides (homology 98%). Kata kunci : Syzygium polyanthum, fungi endofit, antimikroba, analisis filogenetik, Penicillium sp. Colletotrichium ABSTRACT This research was begun by growing from bay leaves that had been sterilized using 70% ethanol and sodium hypochlorite. Antibacterial screening was carried out using antagonistic tests as the first screening against Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Salmonella thyposa. This study produced 2 fungi isolates. Active endophytic fungi are fermented and extracted with ethyl acetate (EtOAc) and methanol. Activity. The antibacterial activity of EtOAc and methanol was tested for its activity using the disk diffusion method. One isolate of endophytic fungi XP1 against five of the bacteria tested was S. aureus, P.aeruginosa, E.coli, S. thyposa, and B.subtilis, which had the greatest inhibition on S. thyposa test bacteria with inhibitory diameter of 14.00 mm. Whereas the XP2 endophytic fungi isolates against five of the tested bacteria were S. ureus, P.aeruginosa, E.coli, S.thyposa, and B.subtilis, which had the greatest inhibition on S. thyposa test bacteria with inhibition diameter of 22.00 mm. Based on phylogenetic analysis isolate XP 1 has similarities with Penicillium sp. (homology 87%) while isolate XP2 Colletotrichium gloeosporioides (homology 98%). Keywords : Syzygium polyanthum, endophytic fungus, antimicrobe, phylogenetic, Penicillium sp. Colletotrichium
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.