The learning process during pandemic Covid-19 is done online to suppress the spread. The current pandemic conditions the role of information technology is significant in online learning. The purpose of this study is to find out “Utilization of Information Technology for Online Learning in Covid-19 Disaster Conditions”. This research uses qualitative and quantitative surveys. Data sources are lecturers and students in the Geography Study Program at Lambung Mangkurat University. Online learning here uses e-Learning, Google Class, WhatsApp, Zoom, other information media and internet networks that can connect lecturers and students. The findings of this study are that information technology strongly supports the success of online learning in Covid-19 disaster conditions. The limitations of this study limit the information technology understudy and define the learning process during the Covid-19 pandemic in certain subjects. The results showed that the use of information technology is significant to support the success of online learning in Covid-19 pandemic conditions. The most widely used are E-learning and Watsapp. Whatsapp is most effective used as a medium in online learning because it does not require large quotas and good signals. The obstacles are some students in remote areas, and the ability to buy a variety of quotas.
Hotspot distribution area is very important to know, in order to anticipate and minimize the risk of fire. The research objective is The Potential Mapping of Land Fires Using SNPP VIIRS. The research used a survey method to collect data. Data processing techniques using ArcGIS software with scoring, overlay and clustering techniques. The highest number of hotspots in South Kalimantan is in Banjar Regency, with 17428 including low confidence (1303), nominal confidence (15444) and high confidence (681). The results of the mapping of existing Fire Potentials can be used as a basis for mitigation actions and providing recommendations for disaster management to reduce the risk of increasing environmental damage in the future.
Abstrak. Kebakaran hutan dan lahan gambut di negara berkembang selalu menjadi perhatian dunia. Kebakaran yang marak terjadi banyak disebabkan antara kombinasi aktivitas manusia yaitu deforestasi, perubahan tutupan lahan, serta pertambahan penduduk, dan juga efek dari penyimpangan iklim yang meningkatkan kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran hotspot di Provinsi Kalimantan Selatan sejak 2012 hingga 2021. Penelitian dilakukan di 13 Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari studi literatur. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil beberapa informasi mengenai kejadian kebakaran hutan dan lahan secara temporal. Data yang diambil adalah data hotspot dari citra satelit SNPP VIIRS dari Tahun 2012-2021. Temuan dari penelitian adalah Jumlah hotspot dari Tahun 2012-2021 naik turun setiap tahunnya kadang naik kadang turun, penurunan yang terjadi disebabkan banyak faktor seperti faktor cuaca atau curah hujan. Hotspot paling tinggi pada Tahun 2015 karena kebakaran pada Tahun tersebut disebabkan oleh adanya anomali iklim yaitu fenomena El-Nino di Samudera Pasifik yang menyebabkan terjadinya kekeringan di Indonesia, daerah dengan jumlah hotspot tinggi berarti memiliki potensi terjadi kebakaran juga tinggi sehingga daerah tersebut harus memiliki mitigasi yang tepat dan masyarakat yang siaga terhadap bencana.Kata Kunci: SNPP VIIRS, Hotspot, Kebakaran hutan dan lahan
Sebaran hotspot pada lahan gambut menjadi perhatian serius pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Kebakaran hutan dan lahan gambut menimbulkan kabut asap menjadi sorotan dunia internasional. Kemarau yang ekstrim dan angin kencang mendorong perluasan daerah terdampak kebakaran. Pemetaan komunikasi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pencegahan bencana kebakaran. Media massa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang cukup efektif. Peran media massa sangat penting untuk mensosialisasikan bencana kebakaran. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai “Sebaran Hotpsot dan Komunikasi Masyarakat dalam menyikapi Bencana Kebakaran”. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan metode library research yang merujuk pada resource yang tersedia secara online, studi literatur dan analisis teks framing pada media massa mengenai berita kebakaran. Media massa yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa media massa online. Penelitian ini ingin melihat bagaimana pemetaan sebaran hotspot dan komunikasi masyarakat dalam menyikapi bencana kebakaran dari perspektif komunikasi media massa yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan sebaran hotspot di Kalimantan Selatan tersebar di beberapa lokasi dan mempunyai potensi menimbulkan kebakaran. Sebaran hotspot paling tinggi terdapat di Kabupaten Banjar diikuti Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tapin. Hasil komunikasi masyarakat dari media massa dapat diketahui masih adanya pertentangan masyarakat terhadap implementasi kebijakan restorasi gambut, khususnya terkait pembangunan sekat kanal dan sumur bor yang dianggap merugikan. Program revitalisasi yang ada tidak sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. Masyarakat ternyata masih banyak yang tidak tahu tentang program restorasi gambut yang digagas oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dan komunikasi mengenai program restorasi gambut masih perlu untuk ditingkatkan.
Catastrophic climate changes that have a negative impact in various fields including agriculture. The research objective is "Potential Mapping Agricultural Commodities to Mitigation of Food Problem in the Future". The research method is quantitative and qualitative. Methods of data collection using field research and literature. The population and the sample is a land unit and village units. Land units determine the suitability of land. The village unit collects socio economic data. The analysis technique used Location Question, Shift Share, Focus Group Discussion and spatial analysis. Spatial analysis using Arc GIS. The findings can be used to mitigate future food problems and analyze policies. The results showed rice plants has S1 class (Very Suitable). Corn, chili, orange and banana land suitability S2 (Suitable), onion is S3 (Marginal Suitable). Priority 1 rice commodity in Ayuang Village. Priority 2 Corn in Banua Binjai. Priority 3 that Chilli in the village of Awang Besar. Results LQ corn and chili have bases sector, other sectors have the non-base. Shift-share value is negative (-) except Chili. FGD results show developed commodity rice, corn, and chili. The development of leading sectors followed by marketing and processing can increase revenue. Limitations of the research do not examine pests that have the potential to cause crop failure.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.