Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling banyak digunakan saat ini, karena memiliki konstruksi yang sederhana, relatif murah serta mudah dalam pemeliharaannya. Motor induksi juga banyak digunakan untuk berbagai keperluan dalam proses produksi pada suatu industri. Dengan berkembangnya teknologi sistem kontrol salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan kendali Variable Speed Drive (VSD) yang dihubungkan langsung dengan motor induksi 3 phasa untuk mengatur kecepatan, dan ditambah dengan menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) yang berfungsi sebagai pengendali Variable Speed Drive (VSD) untuk mengatur kecepatan motor induksi 3 phasa. Kecepatan motor induksi tiga phasa saat tidak terkopel beban sebesar 2802 rpm dengan frekuensi 50 Hz, kecepatan 1681 rpm pada frekuensi 30 Hz dan kecepatan 840,6 rpm pada frekuensi 15 Hz. Dengan kondisi terkopel beban kecepatan motor induksi tiga phasa sebesar 1434 rpm dengan frekuensi 25,6 Hz, kecepatan 1462 rpm pada frekuensi 26,1 Hz dan kecepatan 1496 rpm pada frekuensi 26,6 Hz. Frekuensi berbanding lurus terhadap kecepatan motor induksi 3 phasa, semakin besar frekuensi yang masuk pada motor induksi 3 phasa maka akan semakin cepat putaran motor induksi 3 phasa tersebut. Kata kunci : Motor Induksi 3 Phasa, Variable Speed Drive (VSD), Programmable Logic Controller (PLC).
People can make solar energy alternative energy by employing solar panels to generate electricity. The utilization of solar energy on a solar panel to generate electricity is affected by the weather and the duration of the radiation, and they will affect the solar panel’s temperature. There are various types of solar panels that can be found on the market today, including Mono-Crystalline and Poly-Crystalline. The difference in the material used needs to be observed in terms of temperature changes in the solar module. Our study’s findings showed that a change in the temperature would impact the solar panel’s output voltage, and the solar panel’s output voltage would change when it was connected to the load although the measured temperatures were almost the same.
Power quality is closely related to electrical energy which is directly related to voltage and current interference. Electrical equipment used daily requires good power quality. The thing that affects the quality of the power is the voltage dip. Based on the IEEE 1159-1995 standard, voltage sag is a decrease in RMS voltage with duration of 0.5 cycle to 1 minute. Sag voltage that occurs can have an effect on electronic equipment and other problems that often arise in the industrial environment. Therefore, a short circuit fault analysis was conducted to determine the voltage sag based on the type of fault in the sub system in Central Sumatera. Short circuit fault analysis is done using Powerworld Simulator 7.0 Students Edition. This study is intended to determine the sag voltage when there is a short circuit fault. The biggest voltage sag occurs when a short circuit fault of single phase to ground at 75% fault location and the smallest voltage sag when the three-phase short circuit of 0.7 fault location.
ABSTRAKLapangan futsal indoor planet futsal merupakan salah satu fasilitas olah raga yang ada di daerah Rumbai. Sebagaimana fungsi dari lapangan futsal indoor ini, maka penggunaan pada malam hari tentunya menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang sudah terpasang berdasarkan pengalaman pengguna fasilitas ini masih kurang memuaskan dalam arti kurang terang. Pendapat tersebut diperkuat berdasarkan fakta hasil pengukuran nilai iluminasi lapangan futsal indoor kurang dari 100 lux. Maka pada peneliian ini, dilakukan analisa intensitas penerangan lapangan planet futsal Rumbai Pekanbaru dalam melakukan aktivitas permainan futsal pada malam hari, membandingkan hasil intensitas penerangan dengan standart penerangan lapangan dan menghitung energi listrik pencahayaan yang digunakan pada lapangan planet futsal Rumbai Pekanbaru. Dari hasil penelitian diperoleh intensitas penerangan rata-rata untuk tiap-tiap lapangan planet futsal Rumbai Pekanbaru sebesar 52,95 lux pada lapangan 1, 50,26 lux pada lapangan 2, 54,28 lux pada lapangan 3 dan 54,16 lux pada lapangan 4. Sehingga intensitas penerangannya masih rendah dan belum memenuhi rekomendasi pengukuran standart SNI 16-7062-2004.Kata Kunci: Intensitas penerangan, pengaturan pencahayaan ruangan ABSTRACT Futsal indoor futsal field is one of the sport facilities in Rumbai area. As the function of this indoor futsal field, then the use at night of course using artificial lighting. Artificial lighting that has been installed based on the user experience of this facility is still less satisfactory in the sense of lack of light. The opinion is reinforced based on the facts of indoor illumination field value measurement value less than 100 lux. So in this study, the intensity analysis of field lighting futsal Rumbai Pekanbaru in performing futsal game activities at night, comparing the results of the intensity of lighting with field lighting standard and calculate the electrical energy of lighting used in the field futsal planet Rumbai Pekanbaru. From result of research obtained by average lighting intensity for each futsal planet field Rumbai Pekanbaru equal to 52,95 lux at field 1, 50,26 lux in field 2, 54,28 lux at field 3 and 54,16 lux on field 4 So that the intensity of lighting is still low and has not fulfilled the standard measurement recommendation SNI 16-7062-2004.
Peralatan-peralatan elektronik untuk tegangan suplainya menggunakan catu daya berupa rectifier yang mengubah tegangan AC (Alternating Current) menjadi tegangan DC (Direct Current). Rectifier disuplai dari sebuah sumber tegangan yang umumnya di Indonesia memiliki frekuensi sebesar 50 Hz dan berupa tegangan sinusoidal. Apabila tegangan dan frekuensi turun dari penyedia sumber tegangan maka tentunya juga akan berpengaruh terhadap kinerja dan parameter dari rectifier. Adapun salah satu parameter dari dari sebuah rectifier adalah tegangan outputnya. Dari hasil penelitian diperoleh penurunan tegangan dan frekuensi input dari rectifier satu phasa akan mempengaruhi tegangan keluaran dari rectifier dimana untuk rectifier setengah gelombang saat tegangan input 220 Volt/50 Hz diperoleh tegangan output 281,89 Volt, tegangan input 110 Volt/50 Hz diperoleh tegangan output 140,94 Volt, saat tegangan 220 Volt/40 Hz tegangan ouput sebesar 276,63 Volt. Untuk recitifer gelombang penuh dengan tegangan input 220 Volt/50 Hz diperoleh tegangan output 293,46 Volt, saat tegangan input 110 Volt/50 Hz diperoleh tegangan output 146,73 Volt dan saat tegangan 220 Volt/40 Hz diperoleh tegangan output 289,82 Volt. Terjadi peningkatan Total Harmonic Distortion tegangan (THDV) dari rectifier satu phasa saat terjadi penurunan tegangan dan frekuensi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.