Latar Belakang: Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal pada pergelangan tangan. Kondisi CTS ini merupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini timbul dengan gejala nyeri, baal, dan kelemahan pada tangan akibat penekanan nervus medianus. Carpal tunnel syndrome merupakan suatu syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang berulang (repetitive motion) dan posisi yang menetap pada durasi yang lama sehingga memperngaruhi suplai darah ke tangan dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan: Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrom untuk mengurangi nyeri. Intervensi fisioterapi yang diberikan pada kondisi CTS yaitu penurunan nyeri yang dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping Metode Penelitian: Case study dengan desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan antara tingkat nilai nyeri sebelum dan sesudah yang diukur dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS) terhadap pemberian intervensi Neuromuskuler Taping pada kondisi carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. Hasil: Analisa uji beda nilai nyeri dengan VAS pada kelompok sampel dengan nilai signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05yang bermakna ada pengaruh pemberian Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.
Background: The use of Information and Communication Technology (ICT) devices is very broad, almost all human activities cannot be separated from technological devices, one example of which is the use of gadgets such as mobile phones, smartphones and tablets. Not many realize that using a gadget can pose a number of risks. Risks that can arise are De Quervain Syndrome. De Quervain Syndrome is a form of inflammation of the tendon membrane which is accompanied by pain at the base of the thumb extending to the lower arm, the presence of tendon swelling and causing and involving the narrow tendon movement (known as tenosynovitis) which is in synovial sheaths, that is covering the abductor pollicis longus and extensor pollicis brevis muscles. The purpose of this community service is to find out the impact of knowledge on the prevention of the risk of de quervain syndrome in gadget users at Muhammadiyah 2 Vocational School Pekanbaru-Riau. Methodology: this community service is in the form of lectures and discussions, examinations and measurements of early detection on the scale of pain with a VAS (Verbal Analog Scale) scale. Descriptive data analysis technique. Results and discussion: of community service activities were attended by students with a total of 54 people ranging in age from 15 to 17 years. In the number of students 54, the average value of pre-test and post-test, there is an increase in knowledge by 40%. Conclusion: There is an impact of increasing knowledge in students about the benefits of preventing the risk of de quervain syndrome in gadget users at Muhammadiyah 2 Vocational School Pekanbaru-Riau. Keywords: De Quervain Syndrom, Verbal Analog Scale, Gadget
ABSTRAK Latar Belakang: Diastasis Recti adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pemisahan garis tengah otot-otot rectus abdominis disepanjang linea alba. Pemisahan linea alba pada diastasis recti dalam pembentukan ruang disebut sebagai jarak antar recti. Gejala pada diastasis recti adanya peningkatan jarak antara tepi anterior otot kanan mempengaruhi kekuatan otot-otot abdomen. Berbagai teknik intervensi telah dilakukan untuk mengurangi jarak intra recti pada kondisi diastatis recti, namun penelitian masih terbatas pada pengaruh terapi latihan terhadap pengurangan jarak intra recti pada kondisi diastasis recti. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dalam mengurangi jarak antar recti pada postpartum dengan kondisi diastasis recti. Metode: Studi kasus tunggal dengan desain pre dan post test pada wanita berusia 38 tahun dengan kondisi diastasis recti. Protokol terapi latihan dilakukan selama 30 menit, tiga kali seminggu selama empat minggu. Terapi latihan terdiri dari abdominal exercise dan pelvic floor exercise. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kaliper untuk mengevaluasi pengurangan jarak antar recti. Hasil: Setelah diberikan intervensi terapi latihan selama empat minggu didapatkan hasil pengurangan jarak intra recti. Hasil pada pengukuran awal sebelum diberikan terapi latihan didapatkan E0 = 3,9 cm, dan pada evaluasi akhir terapi didapatkan E4= 2,4 cm. Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi latihan dapat mengurangi jarak intra recti pada postpartum dengan kondisi diastasis recti Kata kunci: Diastasis cecti, jarak antar recti, terapi latihan, kaliper
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.