Incidence of Ovarian Cancer, which has a high mortality rate, has been reported to increase since 2008 in Indonesia. A number of protective factors have been identified, one of which is breastfeeding. Despite this, published literature on the association of breastfeeding and ovarian cancer in Indonesia has not been found. The aim of this study is to determine the effect of breastfeeding on ovarian cancer in general, as well as among pre and post menopause patients. This case control study was done at “Dharmais”Cancer Hospital, involving 71 patients with ovarian cancer as the cases, and 140 cervical cancer patients who served as the controls. Interviews were done during follow-up visits. Patients, with adouble primary cancer,were not included in the study. The study shows that lifetime breastfeeding contributes to a decrease in the risk of ovarian cancer by 55% (OR=0.45, 95%CI 0.23 – 0.91) among all cases; the decrease was 53% (OR=0.47, 95%CI 0.23 – 0.96) for those who had previously given birth. These results were adjusted for level of education and menopause status at the time of diagnosis. Women with a history of breastfeeding have a lower risk of having ovarian cancer. The longer the duration of breastfeeding, the lower the risk of having ovarian cancer. The reduced risk was more than 50% for those with a lifetime breastfeeding of 24 months or more. ABSTRAKInsiden kanker ovarium yang memiliki tingkat letalitas tinggi, terus mengalami peningkatan sejak 2008. Beberapa faktor protektifnya telah diidentifkasi, salah satunya adalah menyusui. Meskipun begitu, penelitian yang membahas mengenai faktor tersebut belum banyak dilakukan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara menyusui dengan risiko kanker ovarium, baik secara umum maupun pada kelompok pre-menopause dan postmenopause. Studi kasus kontrol ini dilakukan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dengan kasus pasien kanker ovarium (N=71) dan kontrol pasien kanker serviks (n=140). Interview dilakukan pada pasien yang melakukan follow up visit. Pasien dengan kanker primer lain selain kanker ovarium (double primary cancer case) tidak diikutsertakan dalam studi. Hasil penelitian menunjukkan total durasi menyusui seumur hidup (lifetime breastfeeding) berhubungan dengan penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 55% (OR=0,45; 95%CI 0,23–0,91). Pada semua responden yang pernah melahirkan, penurunan risiko sebesar 53% (OR=0,47; 95%CI 0,23–0,96). Nilai tersebut telah dikontrol terhadap variabel pendidikan dan status menopause saat didiagnosis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa wanita dengan riwayat menyusui memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita kanker ovarium. Semakin lama durasi menyusui, semakin besar penurunan risiko terjadinya kanker ovarium, yaitu sebesar lebih dari 50% bagi mereka yang menyusui lebih dari 24 bulan.
Berbagai penelitian terhadap kanker serviks uteri telah dilakukan, khususnya di negara barat. Dari penelitian tersebut didapatkan adanya variabel-variabel yang kemudian dikenal sebagai faktor-faktor resiko yang kemudian diketahui peranannya terhadap kanker serviks uteri.Sebagai negara yang terletak di Asia dimana angka kejadian kanker serviks uteri, khususnya pada stadium lanjut masih tinggi dan semakin meningkat, maka pengetahuan terhadap kanker pada umummnya dan kanker serviks uteri pada khususnya haruslah semakin baik.Untuk mendapatkan angka survival dari penderita kanker serviks uteri dan mengevaluasi faktor prognostik jenis histopatologik, umur pada penderita kenker serviks yang berobat di Rumah Sakit Kanker "Dharmais", Jakarta.Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari penderita kanker serviks uteri. Data didapat berdasarkan catatan medik penderita yang berobat di Rumah Sakit Kanker "Dharmais", Jakarta pada tahun 1993/4 - 1997. Tercatat sebanyak 710 kasus tetapi hanya 175 kasus yang dapat dilakukan pemantauan selama 2 tahun. Karsinoma sel skuamosa 128 kasus (73,12%) dan adenokarsinoma (termasuk adenoskuamokarsinoma) 14 kasus (8%), 33 kasus tidak dinyatakan jenis histopatologi sel kankernya).Dari 175 kasus yang dapat dievaluasi didapatkan jenis histopatologik adenokarsinoma tinggi pada stadium I dan residif juga pada kelompok umur muda (< 40 tahun), perbedaan tidak bermakna (p = 0,342 dan p = 0,396). Stadium mempengaruhi survival : stadium awal (IA-IIA) 85,2%, stadium lanjut (IIB-IV) 50,4% dan residif 36,7% (p = 0,001). Kelompok umur muda (< 40) dan jenis histopatologik yang mengandung kelenjar mempunyai nilai survival 2 tahun yang lebih baik dibandingkan kelompok umur yang lebih tua, jenis histopatologik skuamosa.Stadium awal (IA-IIA), jenis histopatologik yang mengandung kelenjar dan kelompok umur muda (< 40 tahun) mempunyai angka survival yang lebih baik selama 2 tahun "follow up"
Human papilloma virus (HPV) adalah penyebab dari kanker serviks baik secara biologik maupun epidemiologik. Human papilloma virus tipe 16 dan 18 bertanggung jawab untuk sekitar 70% kanker pada serviks, vagina dan anus. Meskipun demikian, HPV tidak cukup untuk menimbulkan kanker karena dikenal faktor lain yang disebut ko-faktor yang juga berperan untuk terjadinya kanker.Partikel HPV dapat dibuat dengan menggunakan kapsid L1 untuk kemudian dieksploitasi menjadi vaksin. Vaksin ini dapat menimbulkan titer antibodi yang tinggi terhadap infeksi HPV, sehingga vaksinasi HPV diharapkan dapat berperan atau memberikan manfaat yang baik untuk program pencegahan kanker serviks.
Kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium masih tetap tinggi meskipun sudah dengan penanganan yang agresif. Pemberian kemoterapi merupakan bagian penting selain tindakan operasi di dalam pengobatan kanker ovarium. Obat sitostatika yang digunakan bertujuan mempengaruhi DNA dan pada akhirnya memicu henti siklus sel dan apoptosis.Untuk mengetahui aktifitas caspase 3 sebagai indikator terjadinya apoptosis pada sel kanker ovarium setelah terpapar dengan sitostatika.Penelitian in vitro dengan memaparkan sel kanker ovarium primer yang berasal dari asi tes dan/atau "established" sel kanker ovarium dengan sitostatika dengan dosis dan waktu yang berbeda. Kemudian dilakukan perhitungan aktifitas caspase 3 dari kedua sel kanker ovarium tersebut.Penelitian ini dilakukan terhadap penderita kanker ovarium yang dilakukan operasi pada "Yale New Haven Hospital". Sel tumor yang berasal dari cairan asites menjalani isolasi dan kultur untuk mendapatkan kultur primer. Dilakukan pemaparan sel kanker ovarium primer dan "established" dengan carbo-platin dan docetaxel selama 24 dan 48 jam dengan dosis yang berbeda. Apoptosis yang terjadi diketahui dengan melihat aktifitas spesifik caspase 3 dari masing-masing kelompok sel kanker ovarium tersebut.Dari 11 pasien kanker ovarium stadium lanjut (III-IV, FIGO) dengan jenis epithelial didapatkan bahwa carboplatin dosis 100-400mg/ml dapat menginduksi aktifitas caspase 3 dari "established" sel kanker ovarium maupun sel kanker ovarium primer. Docetaxel dosis 5ng/ml dan 500ng/ ml juga dapat menginduksi aktifitas caspase 3 pada kedua kelompok sel kanker ovarium.Aktifitas caspase 3 dapat ditimbulkan dengan melakukan pemaparan sel kanker ovarium baik primer maupun "established" terhadap carboplatin dan docetaxel.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.