To investigate whether IgG antinuclear antibodies have cross-reactive rheumatoid factor activity, monoclonal IgG antibodies to DNA and Sm from autoimmune MRL-lpr/lpr mice were assayed by ELISA for binding to IgG antigens. Of the nine anti-DNA and anti-Sm monoclonals tested, six showed significant binding to affinity-purified rabbit IgG (RIgG) and human IgG (HIgG). To confirm that cross-reactivities were due to a single antibody, immunoabsorption of a representative polyspecific monoclonal termed C11 (anti-DNA, anti-Sm) on either Sepharose-DNA or Sepharose-RIgG resulted in marked loss of activity to the three antigens DNA, Sm and RIgG compared with immunoabsorption on Sepharose-bovine serum albumin. The monomolecular nature of the cross-reacting antibody was also suggested by inhibition analysis of C11; DNA inhibited C11 binding to RIgG 64%, whereas Sm inhibited binding to RIgG 33%. Aggregated RIgG and HIgG, however, did not inhibit binding of C11 to DNA, Sm, or solid-phase RIgG, probably reflecting the low affinity of this antibody for fluid phase Ig. Together, these findings suggest that antinuclear autoantibodies of the IgG, as well as the IgM, class have polyspecific IgG binding activity and suggest that IgG antinuclear antibodies may emerge from rheumatoid factor responses.
C-Reactive Protein (CRP) ialah protein fase akut dengan struktur homopentamer dan memiliki tempat ikatan kalsium yang spesifik terhadap phosphocholine. Peningkatan kadar C-Reactive Protein (CRP) dikarnakan adanya trauma, infek bakteri dan inflamasi (peradangan dan kerusakan jaringan). Pemeriksaan laboratorium C-Reactive Protein (CRP) dapat dilakukan dengan metode, aglutinasi, ELISA, dan immunoturbidimetri. Konsentrasi dari CRP ditentukan secara kuantitatif dengan pengukuran immunoturbidimetri, dalam pemeriksaan CRP lebih banyak menggunakan sampel serum tetapi penggunaan serum dalam pemeriksaan laboratorium sering terjadinya hemolisis sehingga pada proses pengambilan sampelnya membutuhkan waktu yang lebih lama dan membuat proses pemeriksaan kurang efisien, sehingga diperlukan penggunaan plasma lithium heparin dari pada serum karena plasma lithium heparin leebih baik dalam menggambarkan situasi patologis pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pebandingan Kadar C-Reactive Protein (CRP) Pada Sampel Serum dan Plasma Lithium Heparin. Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Patologi Klinik Intitut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang pada bulan Januari 2022. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Crosssection. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon, Hasil: Didapatkan Hasil p= 0,000 dengan adanya perbedaan selisih kadar CRP menggunakan serum dan plasma lithium heparin mengalami peningkatan sebesar 15%.. Diskusi: terdapat perbedaan yang signitifikan pada pemeriksaan kadar CRP menggunakan sampel serum dan plasma lithium heparin.
The Secretion of IFN-Gamma and IL-2 After ESAT-6-CFP-10 Fusion Antigen Stimulation in Active and Latent TB Patients. This study held to discover how immune responses work and to know the pathogenesis of active TB and latent TB patients. This study used PBMC to stimulate T Cells with ESAT-6 and CFP-10 antigen fusion, and measure the level of IFN-gamma and IL-2 with ELISA antibody sandwich (U-Cytech). 16 ml of blood were drawn to 5 tubes. ESAT-6 CFP-20 inducted one tube with QuantiFERON for IFN-gamma assay. The other four tubes were PBMC isolated using Ficoll-Paque, and pre-incubated with stimulation of ESAT-6 CFP-10 fusion antigen for 24-72 hours at 370 C and measured using T-Spot and ELISA reader. We got from this study that there are no significant differences in IFN-gamma levels for both groups with active TB and latent TB. Measurement of IL-2 levels showed significant differences between the two group.
Pendahuluan: Penyakit diaere yang di sebabkan Escherichia coli patogen bahwa ada sekitar dua miliar kasus diare diseluruh dunia setiap tahun, dan 1,9 juta anak balita meninggal akibat diare setiap tahunnya. Standar pelarut dalam pembuatan media nutrient agar adalah akuades, Tetapi di daerah-daerah tertentu masih belum terjangkau untuk mendapatkan akuades, selain harganya yang mahal jangkauan untuk mendapatkan akuades tidaklah mudah karena alat untuk pembuatan akuades masih cukup mahal. upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan pelarut alternatif, dimana air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum. Tujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri E.coli pada media nutrien agar dengan pelarut akuades dan air minum dalam kemasan. Metode Penelitian: Eksperimen laboratorium, yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Sampel berupa Strain Murni Bakteri Escherichia coli ATCC 25922. Hasil: penelitian didapatkan jumlah koloni pada media nutrient agar dengan pelarut akuades mendapatkan nilai rata-rata 54 koloni, pada pelarut air minum dalam kemasan mendapatkan rata-rata 59 koloni. Dan uji-T berpasangan (paired sampel T test) di dapatkan nilai p =>0.112. Kesimpulan: Penelitian ini bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan jumlah koloni bakteri E.coli pada media nutrient agar dengan pelarut akuades dan air minum dalam kemasan
Demam tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus halus disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi yang ditransmisikan melalui makanan maupun minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang terinfeksi. Madu kemasan adalah madu yang dibuat dari madu murni pilihan yang sebelumnya telah diproses sedemikian rupa secara steril dan higienis kemudian dikemas dengan berbagai ukuran dan harga yang lebih terjangkau dari pada madu alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas madu kemasan terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhi. Jenis penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen murni yang dianalisa secara diskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk diagram sederhana. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang dengan menggunakan metode disk difusi cakram kertas. Hasil penelitian ini didapatkan rata – rata efektivitas madu kemasan terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhi pada konsentrasi 25% tidak terbentuk, 50% sebesar 2,4 mm dan 75% sebesar 5,4 mm dengan uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,006. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu madu kemasan dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% tidak memiliki efektivitas terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.