ABSTRAKProyek konstruksi gedung merupakan sektor industri yang sedang marak di Indonesia. Proyek konstruksi gedung memiliki nilai rata-rata sebesar 36% dari nilai total keseluruhan proyek konstruksi yang ada di Indonesia (konstruksi jalan, konstruksi bendungan, dll.) terhitung dari tahun 2004 hingga 2012. Sedangkan untuk DKI Jakarta sendiri bangunan gedung memiliki nilai konstruksi rata-rata sebesar 35,3% terhitung dari tahun 2007 hingga tahun 2011 (Data Badan Pusat Statistik). Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan dan kelebihan biaya merupakan permasalahan yang pada umumnya sering terjadi. Keterlambatan diartikan sebagai kelebihan waktu, kelebihan yang melewati batas waktu penyelesaian yang telah ditentukan dalam kontrak atau melewati batas waktu serah terima yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang terkait. Keterlambatan pada proyek konstruksi memberikan dampak pada setiap tahap pekerjaan, mengurangi produktivitas kerja, peningkatan biaya pada proyek itu sendiri, hingga menyebabkan pemutusan kontrak. Maka banyak penelitian terdahulu dan sekarang cenderung untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi. Metode pembahasan dimulai dari tahap mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan proyek konstruksi melalui studi literatur. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data kuesioner dengan menggunakan analisis faktor untuk memperoleh hubungan antar faktor. Dari hasil analisis data, diperoleh faktor keterlambatan yang berpengaruh yaitu desain bangunan atau desain struktur yang kompleks, koordinasi antar pemangku kepentingan proyek (kontraktor, owner, subkontraktor, dan konsultan) selama proses konstruksi berlangsung, kerusakan peralatan/equipment selama proses konstruksi berlangsung, keterlambatan owner dalam membayar progress kepada kontraktor, jumlah pekerja yang tersedia di lapangan. Dengan diperolehnya faktor-faktor tersebut, model ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengidentifikasi faktor dominan penyebab keterlambatan proyek di Jakarta.Kata kunci: keterlambatan , proyek konstruksi, faktor pengaruh, analisis faktor.
With the development of technologies, some engineers still have a limit about technologies that can help them on their project. One of the technologies in the construction field is Building Information Modelling (BIM). BIM is an innovation from Information Communication Technology (ICT) in the construction world. Applications from BIM used in this research are Cubicost Take-off Architecture & Structure (TAS) for concrete working volume calculation and Cubicost Take-off Reinforcement Bar (TRB) for reinforcement working volume calculation. In this research, the writer aims to compare the calculation of roof plate working volume between the Building Information Modeling method with the conventional method. On concrete working volume calculation with Cubicost TAS, the calculation has the same number as conventional calculation or having 0% differential. The working volume calculation between Cubicost TRB and conventional calculation has an accurate result with a differential of 0.59% on reinforcement. The calculation process with Cubicost, which has an automatic system, is shorter and not taking much time than the conventional one, which has a step-by-step process and formula that the writer should be studied first. ABSTRAKSeiring berkembangnya teknologi, masih terdapat engineer yang dapat dikatakan terbatas dalam pengetahuan teknologi yang dapat membantu pengerjaan proyek mereka. Salah satu teknologi yang ada pada bidang konstruksi merupakan penggunaan Building Information Modeling (BIM). BIM merupakan salah satu inovasi yang termasuk dalam bidang Information Communication Technology (ICT) yang berada pada dunia konstruksi. Aplikasi BIM yang digunakan pada penelitian ini adalah Cubicost Take-off Architecture & Structure (TAS) untuk perhitungan volume kebutuhan beton dan Cubicost Take-off Reinforcement Bar (TRB) untuk perhitungan volume kebutuhan besi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan volume pekerjaan dak beton bertulang antara metode Building Information Modeling dengan konvensional untuk mengetahui manfaat dari penggunaan BIM pada perhitungan volume pekerjaan dak beton bertulang. Pada perhitungan kebutuhan volume beton dengan aplikasi Cubicost TAS, perhitungannya menghasilkan angka yang sama dengan perhitungan konvensional atau perbedaan 0%. Pada perhitungan kebutuhan berat besi untuk pekerjaan pembesian antara aplikasi Cubicost TRB dengan perhitungan konvensional menghasilkan hasil yang akurat dengan perbedaan 0.59%. Proses perhitungan dengan Cubicost yang memiliki sistem otomasi dapat dikatakan lebih singkat dan tidak memakan waktu jika dibandingkan dengan konvensional yang membutuhkan cara pengerjaan satu per satu dan rumus yang perlu dipahami terlebih dahulu.
Overhead costs are one of the cost components that play an important role in the company's performance in maintaining good quality work. However, the overhead costs in a project are different and are influenced by several factors. One of the factors that influence it is the external factor of the project. The external factors of each project are different. This is because each project must adapt the workplace environment to certain functions, designs, and preferences. On that basis, to be able to better estimate the overhead in a project, further costs are needed for any external factors that affect construction overhead project costs, and a few percent of the direct costs of construction projects to anticipate the risks caused by overhead costs. . Data was collected through a structured questionnaire distributed to some people working in the construction sector from contractors in several regions in Indonesia. The analysis results obtained as many as 3 groups of external factors that affect construction project overhead costs, namely economic factors, legal factors, and sociocultural factors related to the COVID-19 pandemicABSTRAKBiaya overhead merupakan salah satu komponen biaya yang berperan dan berpengaruh penting terhadap kinerja perusahaan konstruksi dalam menjaga kualitas pekerjaan yang baik. Akan tetapi biaya overhead dalam suatu proyek berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya ialah faktor eksternal proyek. Faktor eksternal dari setiap proyek berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap proyek harus menyesuaikan lingkungan tempat kerja dengan fungsi, desain, serta prefensi tertentu. Atas dasar itu, untuk dapat lebih baik dalam mengestimasi biaya overhead dalam sebuah proyek maka diperlukan identifikasi lebih jauh terhadap faktor-faktor eksternal apa saja yang dominan berpengaruh terhadap biaya overhead proyek konstruksi, dan menyisihkan beberapa persen dari biaya langsung proyek konstruksi untuk mengantisipasi resiko yang disebabkan oleh biaya overhead. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur yang disebarkan kepada sejumlah orang yang bekerja di bidang konstruksi dari pihak kontraktor di beberapa wilayah di Indonesia. Dari hasil analisis diperoleh sebanyak 3 kelompok faktor eksternal yang dominan mempengaruhi biaya overhead proyek konstruksi, yaitu faktor ekonomi, faktor legal, dan faktor sosial-budaya yang juga berkenaan dengan adanya pandemi COVID-19.
ABSTRAKProyek konstruksi rentan terhadap berbagai macam kendala, seperti kompleksitas proyek, kelangkaan sumber daya, dan ketidakpastian durasi proyek. Terdapat sebuah metode untuk penjadwalan konstruksi yang bernama Critical Chain Project Management (CCPM). Terdapat dua tantangan dalam implementasi CCPM pada penjadwalan konstruksi, salah satunya adalah pengukuran buffer. Buffer memiliki peran penting untuk memastikan keberhasilan manajemen jadwal. Metode Uncertainty-Aware Method (UAM) digunakan untuk menghasilkan buffer yang proporsional dengan memperhitungkan beragam ketidakpastian. Salah satu jenis ketidakpastian pada UAM adalah Environmental Uncertainty (EU). Penelitian ini bertujuan mengetahui koefisien Environmental Uncertainty dengan penyebaran kuesioner pada proyek di Jakarta. Metode Relative Importance Index (RII) digunakan untuk menganalisis data. Berdasarkan koefisien yang diperoleh dari hasil perhitungan, proyek di Jakarta mempunyai ketidakpastian Environmental Uncertainty yang besar.Kata kunci: critical chain project management, manajemen konstruksi, ketidakpastian, perhitungan buffer, environmental uncertainty. PENDAHULUAN Latar BelakangProyek konstruksi sangat rentan terhadap berbagai macam kendala, seperti kompleksitas proyek, kelangkaan sumber daya, dan ketidakpastian durasi proyek. Kegagalan untuk mengatur salah satu dari kendala ini akan mengakibatkan gangguan pada proyek yang berujung pada bertambahnya durasi proyek (Ma et al., 2014). Ma et al. (2014) mengembangkan Critical Chain Project Management (CCPM) yang didasari oleh usulan dari Goldratt (1997) yaitu Theory of Constraints (TOC). Metode penjadwalan proyek mulai menujukkan perkembangan dengan adanya TOC. TOC digunakan untuk mengatur produksi yang repetitif yang didasari dengan paham bahwa setiap sistem memiliki batasan, dan performa sistem hanya dapat dikembangkan dengan meningkatkan performa resource yang terbatas tersebut. Untuk menghindari keterlambatan proyek, CCPM mengembangkan sistem penjadwalan menggunakan buffer (Cohen et al., 2004). Karena banyaknya ketidakpastian yang sering terjadi pada proyek konstruksi, buffer memegang peranan penting dalam CCPM (Raz et al., 2003) sehingga ketahanan proyek terhadap ketidakpastian meningkat dan durasi proyek terjaga.Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengukur besarnya buffer: the cut and paste method (C&PM) dan the root square error method (RSEM). C&PM mengadopsi sebuah prosedur yang linear. Semakin panjang critical chain, semakin besar buffer yang dihasilkan sehingga seringkali menghasilkan jadwal yang panjang dan mengakibatkan terbuangnya resources (Herroelen dan Leus, 2001). RSEM tidak menghasilkan jadwal yang panjang seperti C&PM (Tukel et al., 2006), tetapi dapat menghasilkan jadwal yang rentan terhadap beragam ketidakpastian. Selain kedua metode diatas, Ma et al. (2014) mengembangkan metode perhitungan buffer yang disebut Uncertainty-Aware Method (UAM) untuk menentukan ukuran buffer yang masuk akal dengan memperhitungkan beragam faktor yang mempengaruhi penjadwalan proyek dan belum...
ABSTRAKBerdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang dikeluarkan Kementerian Desa Tahun 2015, terdapat 61% desa di 122 daerah (kabupaten) tertinggal tergolong sangat tertinggal dan 28% tergolong tertinggal. Munculnya daerah tertinggal disebabkan karena adanya kesenjangan pembangunan antara desa dan kota di Indonesia. Untuk mengurangi kesenjangan pembangunan diperlukan pembangunan daerah tertinggal. Salah satunya adalah melakukan pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Desa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Manajemen proyek konstruksi di desa dapat menjadi tantangan karena sumber daya yang sangat terbatas, faktor risiko yang unik, lokasi terpencil, dan kurangnya ahli manajemen konstruksi. Dalam pelaksanaannya akan muncul berbagai macam masalah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengaruh. Karakteristik pedesaan yang berbeda-beda menyebabkan adanya kemungkinan faktor pengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi dapat berbeda. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor manajemen proyek dominan yang mempengaruhi pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan. Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada manajer kontraktor dari Kementerian Desa yang pernah terlibat dalam proyek infrastruktur jalan, jembatan, dan embung di suatu daerah pedesaan. Analisis data dilakukan dengan metode analisis faktor yang perhitungannya menggunakan program SPSS. Hasil menunjukkan bahwa faktor-faktor manajemen proyek dominan yang mempengaruhi pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan adalah komunikasi, teknologi, biaya, kondisi cuaca, material, dokumentasi, dan skala kontraktor.Kata kunci: manajemen proyek, proyek konstruksi, infrastruktur, dan desa. Faktor Manajemen Proyek Dominan yang Mempengaruhi Pelaksanaan Proyek Infrastruktur di Daerah PedesaaanHansen, et al. 230Dalam tahap pelaksanaan (construction) akan mulai muncul berbagai masalah yang mempengaruhi proses pembangunan, mulai dari masalah teknis dan non teknis, baik yang bersifat internal proyek maupun eksternal proyek. Masalah tersebut pada dasarnya muncul ketika proyek tidak mampu mencapai triangle project constraint dengan baik, yaitu mutu, biaya, dan waktu (Project Management Body of Knowledges Edisi keenam, 2017).Di desa memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, seperti geografis, sumber daya, demografis, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan ada kemungkinan faktor pengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi dapat berbeda. Pengetahuan tentang faktor-faktor spesifik di pedesaan yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi akan sangat membantu manajemen proyek konstruksi di pedesaan. Hal ini menjadi dasar penelitian identifikasi faktorfaktor manajemen proyek yang mempengaruhi pelaksanaan proyek infrastruktur di daerah pedesaan. Rumusan MasalahSebagai tahap awal, dibutuhkan identifikasi faktor-faktor manajemen proyek dominan yang mempengaruhi pelaksanaan proyek infrastruktur di daerah pedesaan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.