Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi baik secara global maupun nasional. Tingginya prevalensi hipertensi akan berdampak terhadap penggunaan obat-obat antihipertensi terutama antihipertensi lini pertama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antihipertensi lini pertama yang diresepkan di apotek rawat jalan Rumah Sakit “X” Tarakan. Data yang digunakan adalah seluruh data peresepan obat yang didapatkan melalui SIMRS apotek rawat jalan Rumah Sakit “X” Tarakan periode Januari-Desember tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan peresepan obat antihipertensi lini pertama yang digunakan adalah candesartan, amlodipin, ramipril, captopril, lisinopril, telmisartan, nifedipin, nicardipin, irbesartan, dan diltiazem dengan total jumlah 9,248% darti total peresepan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan frekuensi peresepan golongan obat antihipertensi lini pertama terbanyak adalah ARB (4,29%), CCB (3,62%), dan ACEI (1,35%) dari total 260.821 item resep.
Persepsi masyarakat tentang kemanjuran, keamanan dan kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain merek, kemasan, harga obat dan isu peredaran obat palsu atau kualitas obat dibawah standar. Persepsi negatif yang ada, bukan hanya terkait perbandingan kualitas obat generik dan paten, namun perbandingan kualitas obat generik yang diproduksi oleh produsen yang berbeda dan dengan kemasan yang berbeda juga terjadi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan pembuktian sederhana terkait kesetaraan potensi obat generik, dengan membandingkan daya hambat tablet amoxicillin generik dari beberapa produsen. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan potensi penghambatan tablet amoksisilin generik yang beredar di Kota Tarakan terhadap pertumbuhan bakteri uji. Uji aktivitas antibakteri amoksisilin dari 3 pabrik yang berbeda dengan konsentrasi 16 g/100µl terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dilakukan dengan metode sumuran. Amoksisilin (x), (y), dan (z) digunakan sebagai bahan uji dan aquadest steril sebagai kontrol negatif. Penentuan potensi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang terlihat pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah diberi intervensi. Hasil yang diperoleh akan dianalisis menggunakan software SPSS dengan uji Post Hoc-Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Amoksisilin (x), (y), dan (z) memiliki potensi yang sama dengan signifikansi > 0,05 untuk kedua bakteri uji dengan ukuran zona hambat rata-rata 25 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 34 mm terhadap Escherichia coli. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet amoksisilin generik yang beredar di Kota Tarakan memiliki potensi yang sama untuk kedua bakteri tersebut.
Prevalensi masyarakat yang mengalami kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada masyarakat yang kurang mampu dengan sanitasi yang buruk. Pemberian anthelmintik herbal merupakan solusi alternatif yang aman mengingat banyaknya anthelmintik konvensional yang telah mengalami penurunan efektivitas akibat meningkatnya kasus resistensi khususnya di Indonesia. Pacing (Costus Speciosus) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai anthelmintik dengan senyawa bioaktif berupa flavonoid (proantosianidin dan antosianin), glutathione, β-karoten, α-tokoferol, asam askorbat, senyawa fenol, tricontanoic curcumin, gracillin, sitosterol-β-D-glukosida, tricontanoic dan dioscin. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian anthelmintik untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol rimpang pacing dalam menghambat aktivitas cacing tanah (Lumbricus rubellus). Uji aktivitas antelmintik ekstrak etanol rimpang pacing dilakukan dengan menggunakan metode in-vitro. Pengujian diawali dengan membuat 5 kelompok perlakuan yang masing-masing diberi 3 ekor cacing tanah dengan 3 replikasi. Kelompok perlakuan 1,2 dan 3 diberikan ekstrak etanol rimpang pacing masing-masing sebesar 5%, 7,5% dan 15% sedangkan untuk kelompok 4 diberikan NaCMC 0,5% dan kelompok 5 diberikan Mebendazole 2%. Pengamatan aktivitas anthelmintik dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sampel uji untuk melumpuhkan (paralisis) dan mematikan (mortalitas) cacing tanah selama 3 jam perlakuan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu waktu paralisis cacing tanah selama perlakuan pada kelompok 1,2,3,4 dan 5 adalah 27,2±3,7 menit, 11,7±0,3 menit, 14,6±0,02 menit, 98,3±2,5 menit dan 63,6±48,5 menit. Sedangkan waktu mortalitas cacing tanah selama perlakuan pada kelompok 1,2,3,4 dan 5 adalah 63,2±6,8 menit, 30,3±0,0 menit, 29,2±0,0 menit, 116,3±43,3 menit dan 105±10,7 menit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang pacing memiliki aktivitas antelmintik dengan potensi yang sangat kuat, dimana waktu yang dibutuhkan ekstrak untuk melumpuhkan dan mematikan cacing tanah lebih cepat dibandingkan dengan kontrol positif (mebendazole 2%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.