<p><em>Teachers </em><em>of </em><em>Mardi Yuana Cilegon School have gaps in all areas of teaching, namely: 1) Affection domain, where the teacher appears dominant in dealing with students, fellow teachers, parents, and leaders; 2) Psychomotor domain, where the affection problem has an impact on class management skills (the teacher arranges the class according to his own will without thinking about the learning objectives); 3) Cognitive domain, where affection problems also have an impact on the preparation of le</em><em>sson</em><em> plan (teachers feel that they have mastered the subject matter so they are not interested in learning anymore). Because impactful learning is heart-to-heart, this teacher training is focused on managing affection (positive expectation) to support classroom teaching. Thus, the aim of this training is to introduce and train teachers to practice effective affection management. This training was held eight times (January-April 2019) with seventy teachers from kindergarten to junior high school at Mardi Yuana Cilegon School. The teacher training materials provided are: 1) The importance of having positive expectations; 2) How to help students succeed; 3) How to appear in class; 4) How to make students interested in learning; 5) How to increase students' positive behavior. The result of observations during learning is that the teachers look enthusiastic about learning new things. The result of the implementation evaluation shows an increase in teacher understanding of positive expectations in the learning process</em><em>.</em></p><p><strong>ABSTRACT (INDONESIAN): </strong>Guru Sekolah Mardi Yuana Cilegon memiliki kesenjangan di semua ranah pengajaran, yaitu: 1) Ranah afeksi, dimana guru tampak dominan di dalam berelasi dengan siswa, sesama guru, orangtua, dan pimpinan; 2) Ranah psikomotorik, dimana masalah afeksi tersebut berdampak pada keterampilan pengelolaan kelas (guru mengatur kelas menurut keinginannya sendiri tanpa memikirkan tujuan pembelajaran yang ada); 3) Ranah kognitif, dimana masalah afeksi juga berdampak pada penyusunan rencana pembelajaran (guru merasa sudah menguasai materi pelajaran sehingga tidak berminat untuk belajar lagi). Oleh karena pembelajaran yang berdampak adalah dari hati ke hati, maka pelatihan guru ini difokuskan pada pengelolaan afeksi (<em>positive expectation) </em>untuk mendukung pengajaran di kelas<em>.</em> Sehingga, tujuan pelatihan ini adalah memperkenalkan dan melatihkan praktik-praktik pengelolaan afeksi yang efektif kepada guru. Pelatihan ini diadakan sebanyak delapan kali (Januari-April 2019) dengan peserta sebanyak tujuh puluh orang guru dari TK-SMP di sekolah Mardi Yuana Cilegon. Materi pelatihan guru yang diberikan adalah: 1) Pentingnya memiliki ekspekstasi positif; 2) Bagaimana membantu siswa agar berhasil; 3) Bagaimana berpenampilan di kelas; 4) Bagaimana membuat siswa tertarik untuk belajar; 5) Bagaimana meningkatkan perilaku positif siswa. Hasil pengamatan selama pembelajaran adalah para guru terlihat antusias mempelajari hal baru. Hasil evaluasi pelaksanaan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru mengenai <em>positive expectation </em>di dalam proses pembelajaran.</p><p> </p><p> </p>
<p> </p><p class="abstrak">For the last two years, the Covid-19 pandemic has caused students to learn in a virtual mode, cultivating a learning community that fully supports students is therefore particularly challenging. Studies have proved that in a virtual learning environment there is a greater possibility of learning loss including loss of learning about and through interaction and relationship values. From a Biblical perspective, relationship in the learning community needs to be built, repaired, and maintained to make learning fruitful, constructive, and meaningful to students. Therefore, strategies for building this learning community are required in virtual classrooms to help students learn effectively. This study focuses on the experiences of how the biblical learning community is cultivated through an iterative process in group project-based learning. This study uses a qualitative descriptive method on cohort-2020 primary student-teachers at Teachers College, Pelita Harapan University. The data was obtained from observation, performance rubric, and questionnaire. Results from the performance rubric showed that around 65-66% of total students have consideration for the feelings and learning needs of other members in his/her group and encourage others to contribute, and 73-74% of total students show solid cooperation in the group. In addition, data from observation and questionnaires indicated that few students still need time to develop those abovementioned aspects.</p><p class="abstrak"> </p><p class="abstrak"><strong>Bahasa Indonesia Abstrak</strong></p><p>Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi selama dua tahun terakhir ini telah menyebabkan siswa belajar dalam sebuah mode virtual, mengkultivasi sebuah komunitas belajar yang sepenuhnya mendukung mereka adalah hal yang menantang. Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa di dalam sebuah lingkungan pembelajaran virtual, terdapat kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya kehilangan pembelajaran, termasuk kehilangan pembelajaran tentang dan melalui nilai-nilai interaksi dan hubungan. Dari perspektif Alkitabiah, hubungan di dalam komunitas belajar perlu dibangun, diperbaiki, dan dipelihara untuk membuat pembelajaran berbuah, konstruktif, dan bermakna bagi para siswa. Oleh karena itu, strategi untuk membangun komunitas belajar ini diperlukan dalam ruang kelas virtual untuk membantu siswa belajar secara efektif. Penelitian ini berfokus pada pengalaman tentang bagaimana komunitas belajar yang alkitabiah dikultivasi melalui sebuah proses berulang dalam pembelajaran berbasis proyek grup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif pada mahasiswa-guru angkatan 2020 di Teachers College, Universitas Pelita Harapan. Datanya diperoleh dari observasi, rubrik performa, dan kuesioner. Hasil dari rubrik performa menunjukkan bahwa sekitar 65--66% dari keseluruhan siswa memiliki perhatian untuk perasaan dan kebutuhan belajar anggota-anggota lain dalam grupnya, juga mendorong siswa-siswa lain untuk berkontribusi dan 73--74% dari keseluruhan siswa menunjukkan kerja sama yang solid dalam grup. Selain itu, data dari observasi dan kuesioner mengindikasi bahwa beberapa siswa masih membutuhkan waktu untuk mengembangkan aspek-aspek yang disebutkan di atas.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.