Sejak Maret 2020 Indonesia dinyatakan sebagai wilayah yang terdampak pandemi Covid-19. Virus Corona sebagai penyebab pandemi yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia seperti Italia, India, Iran dan Indonesia. Kondisi tersebut telah menempatkan sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, pada gerbang resesi ekonomi. Sejumlah kebijakan telah ditempuh Pemerintah Indonesia, antara lain menunjuk Menteri Pertahanan untuk menjaga ketahanan pangan nasional agar dapat bertahan dari resesi yang berpotensi datang melalui program food estate di Kalimantan Tengah. Atas dasar itulah, penelitian ini mengkaji pengembangan food estate di Kalimantan Tengah sebagai alternatif menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19 melalui tiga perspektif, yaitu ekonomi, politik, dan keamanan. Pembahasan dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan epistemologis berdasarkan empat pilar ketahanan pangan yang ditetapkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), yaitu ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas.

This study analyzes food estate in Merauke as a conflict resolution alternative in Papua from economic-social and cultural perspectives. The conflicts in Papua are still happening and no best solution has been found yet. Among the roots of the problem are economic and social disparities as well as cultural disharmony. The government is planning to develop a food estate in Merauke, Papua to enhance national food security and as export commodities. Apart from the Government’s objectives, the analysis used qualitative research methods with a sociological approach through field observation and participation. Adopting Galtung’s theory of violence, it shows the food estate in Merauke can potentially contribute to resolving conflicts in Papua, especially to eliminate direct violence and structural violence