Ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon) mengandung berbagai macam stilbenoid yang dikenal sebagai “Resveratrol Melinjo”. Resveratrol menurunkan trigliserida dengan mengoksidasi kolesterol LDL dan memodulasi metabolisme lipid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji melinjo terhadap kadar trigliserida tikus diet tinggi lemak. Penelitian ini berjenis eksperimental murni dengan randomized pre-post test randomized control group design yang terdiri dari 5 kelompok (K-, K+, P1, P2, dan P3). Kelompok P1 diberikan ekstrak biji melinjo dosis 250 mg/kg/hari, group P2 500 mg/kg/hari, dan group P3 2000 mg/kg/hari dimulai dari hari ke-16 sampai akhir penelitian. Trigliserida diukur dengan metode GPO-PAP. Data dianalisis dengan uji paired t-test. Kadar trigliserida pada kelompok K- menurun dari 89,96 mg/dl menjadi 80,66 mg/dl, kelompok K+ menurun dari 90,36 mg/dl menjadi 84,64 mg/dl, kelompok P1 menurun dari 92,9 mg/dl menjadi 76,3 mg/dl, kelompok P2 menurun dari 90,68 mg/dl menjadi 85,22 mg/dl dan kelompok P3 meningkat dari 73,5 mg/dl menjadi 83,4 mg/dl. Uji paired T-test menunjukkan adanya penurunan trigliserida yang tidak signifikan. Simpulan hasil studi ini adalah ekstrak biji melinjo tidak dapat mengurangi kadar trigliserida pada tikus diet tinggi lemak.
Ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon) mengandung berbagai macam stilbenoid yang dikenal sebagai “Resveratrol Melinjo”. Resveratrol menurunkan trigliserida dengan mengoksidasi kolesterol LDL dan memodulasi metabolisme lipid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji melinjo terhadap kadar trigliserida tikus diet tinggi lemak. Penelitian ini berjenis eksperimental murni dengan randomized pre-post test randomized control group design yang terdiri dari 5 kelompok (K-, K+, P1, P2, dan P3). Kelompok P1 diberikan ekstrak biji melinjo dosis 250 mg/kg/hari, group P2 500 mg/kg/hari, dan group P3 2000 mg/kg/hari dimulai dari hari ke-16 sampai akhir penelitian. Trigliserida diukur dengan metode GPO-PAP. Data dianalisis dengan uji paired t-test. Kadar trigliserida pada kelompok K- menurun dari 89,96 mg/dl menjadi 80,66 mg/dl, kelompok K+ menurun dari 90,36 mg/dl menjadi 84,64 mg/dl, kelompok P1 menurun dari 92,9 mg/dl menjadi 76,3 mg/dl, kelompok P2 menurun dari 90,68 mg/dl menjadi 85,22 mg/dl dan kelompok P3 meningkat dari 73,5 mg/dl menjadi 83,4 mg/dl. Uji paired T-test menunjukkan adanya penurunan trigliserida yang tidak signifikan. Simpulan hasil studi ini adalah ekstrak biji melinjo tidak dapat mengurangi kadar trigliserida pada tikus diet tinggi lemak.
Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat menginfeksi kelompok rentan, termasuk ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil kasus pada ibu hamil yang dirawat dengan COVID-19. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil kasus pada ibu hamil yang dirawat dengan COVID-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari—Desember 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain cross-sectional di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah sampel sebanyak 136 ibu hamil dengan COVID-19 pada tahun 2020. Data yang digunakan berupa data sekunder dari rekam medis dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil: Ibu hamil yang terpapar COVID-19 memiliki gejala ringan (95,6%), berada pada usia tidak berisiko (83,8%),berada pada kehamilan trimester III (87,5%), dan terpapar tanpa komorbid (81,6%). Didapatkan juga peningkatan kadar NLR dan D-Dimer, banyak yang mendapat tindakan berupa sectio caesarea (64,7%), dan adanya kematian 3 ibu (2,2%). Kesimpulan: Sebagian besar ibu hamil dengan COVID-19 memiliki gejala ringan, berada pada usia tidak berisiko (usia 20—35 tahun), hamil pada trimester III, terpapar tanpa komorbid, memiliki peningkatan NLR dan D-Dimer, dilakukan tindakan sectio caesarea, dan tidak banyak terjadi kasus kematian.
Menyusui adalah cara terbaik dalam memberikan nutrisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) mengandung protein dengan fungsi imunologis yaitu Immunoglobulin A (IgA) sekretori, laktoferin, dan lisozym. IgA sekretori dalam ASI berfungsi melindungi bayi dari infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar imunoglobulin A sekretori dalam ASI dengan berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang diselenggarakan di RSUP M Djamil, beberapa puskesmas, dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Subjek penelitian adalah ibu dan bayi yang melaksanakan ASI eksklusif, berumur 4-6 bulan, dan bersedia ikut penelitian. Jumlah sampel minimal 59 subjek dan diambil secara consecutive sampling. Analisis statistik dengan Analisis Bivariat Korelasi Pearson. Didapatkan 60 subjek ikut serta dalam penelitian. Hasil: Jenis kelamin terbanyak perempuan yaitu 51,67% dengan usia bayi rata-rata 4,5 bulan. Berat badan rata-rata 6,75 kg SD +0,95. Kadar IgA sekretori rata-rata 17,3 ng/ml, SD +3,14. Didapatkan nilai p hubungan kadar IgA sekretori dalam ASI dan berat badan 0,908. Kesimpulan: Kadar imunoglobulin A sekretori dalam ASI tidak berhubungan dengan berat badan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Menopausal women have a risk of suffering from several diseases due to decreased levels of the hormone estrogen in the body. One effort to reduce this risk is to use Hormone Replacement Therapy (HRT). Objective: To analyzed the effect of HRT use on postmenopausal women.Methods: This research was a systematic review by searching articles in the PubMed electronic journal with keywords used [“Premenopausal women” OR “Postmenopausal women”, OR “Menopause”] AND [“Hormone Replacement Therapy” OR “Menopausal Hormone Therapy”] AND [“Increased risk disease” OR “Decreased risk disease”]. Results: There were nine studies analyzed; six studies discussed the use of HRT having a positive effect in reducing the risk of several diseases, and as many as five studies discussed the use of HRT having a negative effect, namely, it could increase the risk of several diseases. The studies discussing the factors that influence the effect of HRT use are one study discussing how to use HRT, three studies discussing the type of HRT used, two studies discussing when to start using HRT, and three studies discussing the duration of using HRT which has a significant relationship to the effect resulting from HRT use. Conclusion: The use of HRT in postmenopausal women has negative and positive effects. This effect can be influenced by how HRT is used, the type of HRT used, when HRT was started, and the duration of using HRT.Keywords: duration of use, how to use, HRT, type, time to start using
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.