ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengamati pola pertumbuhan folikel dan keberhasilan inseminasi buatan dengan semen cair pada induk kuda warmblood yang disinkronisasi estrus dan ovulasi (ovsynch). Induk kuda berjumlah lima ekor berumur 6-18 tahun digunakan dalam penelitian ini. Sinkronisasi estrus dilakukan pada induk kuda yang memiliki korpus luteum berdiameter minimal 3,0 cm dengan injeksi prostaglandin 7,5 mg secara intramuskular. Induksi ovulasi dilakukan dengan memberikan hCG 1500 IU secara intravena 48 jam setelah sinkronisasi estrus dan diulang setiap 24 jam sampai terjadinya ovulasi folikel (dosis jamak) yang diamati dengan ultrasound. Inseminasi buatan dilakukan berulang mengikuti setiap pemberian hCG sampai terjadinya ovulasi dengan dosis inseminasi 1,5x10 9 spermatozoa. Sinkronisasi estrus dan ovulasi dengan menggunakan hCG dosis jamak menghasilkan ovulatori dominan folikel berdiameter 4,81±0,92 cm dan korpus rubrum berdiameter 3,82±0,45 cm serta menghasilkan 60% kebuntingan. Kesimpulan sinkronisasi ovulasi dengan pemberian hCG dosis jamak pada kuda warmblood yang diinseminasi buatan dengan semen cair efektif menghasilkan kebuntingan yang tinggi. ____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: inseminasi buatan, kuda warmblood, ovsynch, ultrasound ABSTRACT PENDAHULUANKuda warmblood di Indonesia jumlahnya sangat terbatas. Kuda jenis ini diimpor dari Eropa dan Australia untuk memenuhi kebutuhan olah raga berkuda, terutama jumping dan dressage. Peningkatan jumlah kuda warmblood di Indonesia sangat penting untuk menunjang akses atlet olah raga berkuda terhadap kuda yang lebih berkualitas sehingga dapat meningkatkan prestasi olah raga berkuda. Peningkatan populasi telah diusahakan melalui inseminasi buatan menggunakan semen beku impor yang telah dilakukan pada tahun 1997 di Artayasa Stable. Pada tahun 2005 juga telah dilakukan inseminasi buatan dengan semen cair dan semen beku produksi dalam negeri di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong pada kuda crossbred dengan tingkat keberhasilan yang masih rendah (Arifiantini, 2008).Tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada kuda dipengaruhi berbagai faktor, antara lain jenis semen yang digunakan (Sieme et al., 2004), intensitas pelaksanaan inseminasi (Sieme et al., 2003), dan tempat deposisi semen pada organ reproduksi (Squires et al., 1998;Sieme et al., 2004). Waktu yang tepat ketika menempatkan semen pada uterus juga memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan, sehinggga induksi ovulasi dan pengamatan pertumbuhan folikel dengan ultrasound banyak digunakan dalam pelaksanaan inseminasi buatan pada kuda (Samper, 2001) di negara subtropis. Untuk mendukung keberhasilan inseminasi buatan pada kuda warmblood di Indonesia maka perlu penelitian tentang sinkronisasi estrus, lisis korpus luteum, dan pertumbuhan folikel. Penelitian ini bertujuan mengamati pola pertumbuhan folikel dan keberhasilan inseminasi buatan dengan semen cair pada kuda warmblood yang disinkronisasi estrus dan ovulasi denga...
Distokia adalah proses kelahiran yang dapat menyebabkan trauma pada induk kuda, memerlukan bantuan kelahiran dan mengurangi viabilitas neonatal. Distokia terjadi ketika terdapat kegagalan dalam satu atau lebih dari tiga komponen utama proses kelahiran, yaitu kekuatan mendorong, kecukupan jalan kelahiran, dan ukuran dan posisi fetus. Seekor kuda miniature telah mengalami distokia disebabkan ukuran fetus lebih besar dari ukuran pelvis induk. Reposisi dan penarikan manual telah dilakukan dan tidak berhasil mengeluarkan fetus. Penanganan operasi caesar dengan anestesi general dilakukan untuk menyelamatkan induk kuda. Pasca operasi kuda mulai makan dan minum secara normal serta menunjukkan respon yang baik.
Tujuan penelitian mengetahui karakteristik siklus estrus domba garut dara dengan pengamatan tingkah laku estrus domba garut dara, sitologi vagina, pengamatan perkembangan folikel dan CL, serta pengukuran konsentrasi hormon P4. Penelitian ini menggunakan lima ekor domba garut dara dengan usia 6–7 bulan dan berat badan berkisar 17–21 Kg. Pengambilan data tingkah laku, sitologi vagina, ultrasonografi ovarium dan analisis hormon P4 dilakukan selama dua siklus estrus dengan interval tiga hari sekali. Data dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian sel superfisial mencapai persentase tertinggi pada periode estrus sebesar 50,08±11,57% dengan diameter folikel ovulatorik 0,61±0,02 cm dan konsentrasi hormon P4 pada level terendah 3,86±1,62 ng/mL. Setelah ovulasi, terjadi penurunan sel superfisial dan peningkatan sel parabasal dan sel intermediat. Persentase tertinggi sel parabasal dan sel intermediat sampai fase luteal dengan diameter CL 0,822±0,194 cm dan konsentrasi hormon P4 mencapai level maksimal 24,49±13,27 ng/mL. Tingkah laku estrus domba garut dara tidak teramati dengan jelas adanya perubahan pada alat kelamin luar. Siklus estrus domba garut dara sulit dideteksi hanya dengan melihat tingkah laku saja. Siklus estrus domba garut dara dapat diamati berdasarkan gambaran sel epitel vagina, konsentrasi hormon P4, serta hubungannya dengan perkembangan folikel dan CL.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.