Perkembangan dan pertumbuhan gigi sering mengalami gangguan pada saat erupsi. Gigi yang tidak berhasil erupsi dengan sempurna dan terpendam dalam rahang dengan posisi yang abnormal disebut impaksi. Frekuensi impaksi gigi yang paling sering terjadi adalah gigi molar ketiga rahang bawah. Impaksi gigi molar ketiga rahang bawah juga dapat mengganggu proses pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi, maka dari itu diperlukan pencabutan. Upaya mengeluarkan gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan yang disebut dengan odontektomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi gambaran komplikasi pada pasien yang telah dilakukan odontektomi di RSGM X Bandung. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational yang dirancang secara deskriptif dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data Rekam Medis pasien pada Januari - Desember 2018 di RSGM X Bandung dengan hari kontrol pada hari ke 7. Hasil penelitian ini terdapat beberapa komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah seperti trismus 1,62%, bengkak 4,22%, parestesia 0,32%, dry socket 1,94%, perdarahan 1,62%, sakit 17,2%, fraktur 0%. Komplikasi post odontektomi yang terjadi di RSGM X Bandung pada hari kontrol hari ke 7 setelah dilakukan odontektomi sebanyak 25,5%.
Luka adalah cedera fisik yang mengakibatkan rusaknya kulit. Penanganan luka diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Agen topikal untuk luka insisi ekstraoral yang umumnya tersedia di puskesmas dan klinik-klinik kesehatan umum maupun gigi yaitu solutiopovidone iodine 10% dan unguentum kloramfenikol 2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan waktu penutupan luka insisi yang diaplikasikan solutiopovidone iodine 10% dengan unguentum kloramfenikol 2% pada mencit Swiss Webster. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I adalah luka insisi pada paha kanan mencit dan diaplikasikan solutiopovidone iodine 10%. Kelompok II adalah luka insisi pada paha kiri mencit dan diaplikasikan unguentum kloramfenikol 2%. Data yang diukur adalah rerata waktu penutupan luka insisi untuk kedua kelompok, kemudian dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney. Rerata waktu penutupan luka insisi yang diaplikasikan solutiopovidone iodine 10% adalah 5,07±0,691 hari, dan yang diaplikasikan unguentum kloramfenikol 2% adalah 5,03±0,765 hari. Simpulan penelitian adalah tidak terdapat perbedaan waktu penutupan luka insisi yang diaplikasikan solutio povidone iodine 10% dengan unguentum kloramfenikol 2% pada mencit Swiss Webster. Kata kunci: waktu penutupan luka, luka insisi, solutio povidone iodine 10%, unguentum kloramfenikol 2%
Introduction: Angle classification is a classification commonly used for malocclusion in the field of orthodontics. Mandibular prognation is one of the skeletal features of Class III dentoskeletal classification or defined as mesiocclusion. The prevalence of class III dentoskeletal occurrence in Asian populations is much higher than Caucasian racial populations. Aim of research is to obtain data of Orthognathic surgery case overview in patients with class III dentoskeletal angle classification Methods: Type of research is using a retrospective descriptive method by taking secondary data from medical record cards of orthognathic surgery cases. The population in this study were all medical record data of patients undergoing orthognathic surgical treatment in the Oral and Maxillofacial Surgery Department of RSUP Dr. Hasan Sadikin 2006-2011 period. The sample in this study is medical record data of patients with Class III dentoskeletal classification performed orthognathic surgery in the period 2006-2011. then classified by year of surgery, sex, age, Angle classification, state of anterior open bite, location of surgery, and technique used in surgery. Result: 2% of orthognathic surgical patients have a Class III Angle relationship and only 8% of orthognathic surgical patients have a Class II Angle relation. Based on the anterior tooth overbite relation in patients with an Angle class III relationship, there are 16 patients who have an open bite relation on the anterior teeth. Only 8 patients from Angle III class relationships were treated with orthognathy without an anterior open bite relation.Conclusion: In the period 2006-2011, the Department of Oral and Maxillofacial Surgery Dr. Hasan Sadikin handled 26 orthognathic surgical patients, The most orthognathic surgical patients were in the age group of 21-25 years and the difference in the number of male and female patients was only small, Cases of orthognathic surgery in patients with class dentoskeletal Angle classification III is the most handled case by the Department of Oral and Maxillofacial Surgery Dr. Hasan Sadikin Bandung in the period 2006-2011 reached 92.31% of all orthognathic surgery cases or 24 cases. (4) Most orthognathic surgical patients with Class III dentoskeletal classification have an anterior open bite relation. The most commonly performed surgical techniques for patients with Class III dentoskeletal classification are bimaxillary surgical techniques with a combination of Le Fort 1 osteotomy techniques on the maxilla and sagittal split osteotomy and genioplasty of the mandible.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.