Movie is one form of mass communication media which often enjoyed by people. The movie Get Out that is directed by Jordan Peele shows about how is the act of white people discrimination towards black people. This research uses the qualitative method with descriptive type and uses Stuart Hall’s reception analysis approach. Reception analysis views the active audiences which are the viewers and readers to produce and reproduce the meaning in an impression of a media. The purpose of this research is to describe audiences’ interpretation and to know the position of the audiences according to Stuart Hall’s three readership position towards the movie Get Out that shows racism. This research uses paradigm of constructivism. The result of this research shows that audiences meaning of the movie Get Out towards the four informants generates different meaning and out of seven scene analysis units studied, the audiences’ position in their acceptance of the racism in the movie Get Out is dominated by oppositional position. There are also some informant that are in dominant hegemonic position. Where in each scene contains different racism material. Keywords: Communication; Reception Analysis; Film
Beragam persoalan seperti informasi hoaks, pelanggaran privasi, cyberbullying, konten kekerasan dan pornografi, dan adiksi media digital dianggap sebagai persoalan masyarakat digital terkini. Selain kesenjangan terjadi, berbagai kasus penyalahgunaan Internet juga marak, mulai dari Internet fraud, adiksi, pelanggaran privasi, bias realitas hingga paling mutakhir adalah meluasnya hoaks atau informasi palsu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi digital generasi milenial di Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan survei. Populasi dan sampel yang diambil adalah generasi milenial baru yaitu kelompok remaja atau kaum muda usia Sekolah Menengah Atas (SMA) di kabupaten Bandung. Penelitian ini berusaha untuk memetakan sampai dimana tingkat literasi digital remaja di kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi digital generasi milenial di kabupaten Bandung berada pada level intermediate. Kontribusi penelitian ini berupa rekomendasi kebijakan baru kepada pemerintah Kabupaten Bandung agar melakukan pemetaan awal terkait tingkat literasi digital.
Women weavers in the Toba area, North Sumatera, Indonesia, are the main key to the continuation of the Toba’s Ulos cultural weaving and the preservation of artefacts through the process of the cultural inheritance. The women are spread in various regions around Lake Toba with a variety of their unique cultural characteristics reflected in their woven cloths. However, the existence of the women weavers has not been optimally empowered as a cultural heritage with high economic and artistic value. This study aims to uncover the social and cultural mapping of the current condition of Ulos Toba weavers by identifying female weavers in the Lake Toba region related to the inheritance of traditional weaving as the cultural identity of the Batak Toba. This research is expected to be the basis for designing strategies to utilize Ulos woven artefacts as one of the cultural heritages and identities in the Lake Toba region to provide sustainable benefits for the weavers, so that they can provide solutions to the problem of extinction threats to this Batak cultural inheritance. In detail, this study provides an overview of the social and economic conditions of women weavers in inheriting and maintaining Ulos weaving as a cultural identity of the Batak Toba community, North Sumatra, Indonesia.
Media saat ini bukan lagi sebagai media penyampai pesan (mediasi) tetapi telah menjadi media yang mempengaruhi opini dan sikap masyarakat (mediatisasi). Media massa akan bergerak dinamis diantara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain, baik kepentingan ekonomi, sosial maupun politik. Media di Indonesia banyak dikuasai konglomerat media yang memiliki banyak perusahaan media dalam berbagai platform, baik berupa media mainstream maupun media baru. Hanya sedikit media di Indonesia yang merupakan perusahaan media diluar konglomerasi media, salah satunya adalah media televisi NET.TV. di tengah persaingan bisnis media di Indonesia yang sangat ketat, NET.TV hadir memberikan warna baru dalam dunia pertelevisian dengan mengusung semangat anak muda dan generasi masa kini. Penelitian ini menganalisis salah satu program acara NET.TV yang merupakan program talkshow, yaitu Satu Indonesia, episode Sultan Hamengkubuwono X. Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis model Norman Fairclough, penelitian ini mencoba membongkar wacana tentang feminisme yang dikonstruksi NET.TV dalam tayangan programnya. Dari berbagai alat kebahasaan yang digunakan NET.TV dalam program acara dialog "Satu Indonesia" episode Sultan hamengku Buwono X, terdapat tiga alat yang menandai representasi tokoh yang terlibat dalam acara ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kebahasaan berupa diksi, penggunaan kalimat, dan pemilihan tata bahasa yang digunakan NET.TV telah menempatkan tema mengenai suksesi kepemimpinan di Yogyakarta yang berkaitan dengan isu kesetaraan gender sebagai sesuatu yang tak perlu dirisaukan seluruh kalangan masyarakat. Selain itu aspek kebahasaan juga telah menempatkan tokoh Sultan dan institusi keraton dan Gubernur dalam representasi yang positif. Hal ini erat kaitannya dengan penggunaan bahasa dan penguasaan wacana menjadi alat bagi penguasa untuk melanggengkan hegemoninya.
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, kebudayaan sedikit demi sedikit mulai pudar dan terlupakan. Tergantikan dengan penggunaan media sosial dan perangkat elektronik lainnya. Kemudian hal tersebut di manfaatkan oleh para pejabat-pejabat publik di Indonesia guna menjalin hubungan dengan masyarakat yang salah satunya adalah Dedi Mulyadi yang mana merupakan bupati daerah Purwakarta. Media sosial khususnya adalah Facebook dimanfaatkannya untuk lebih mengenalkan budaya Sunda kepada masyarakat luas dengan selalu dibawanya unsur budaya dalam setiap unggahannya. Tentu saja terdapat dampak dari adanya unggahan mengenai unsur kebudayaan tersebut yakni munculnya pendapat masyarakat mengenai citra diri yang terbentuk yakni sebagai pemimpin yang syarat akan kebudayaan. Penelitian ini memiliki fokus penelitian unsur budaya pada media sosial Facebook Dedi Mulyadi dan citra diri yang terbentuk dari unggahan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja unsur kebudayaan Sunda yang terdapat dalam unggahan Dedi Mulyadi di akun media sosial Facebook dan untuk mengetahui kaitan antara unggahan media sosial Facebook milik Dedi Mulyadi dengan penciptaan citra diri yang terbentuk dari unggahan media sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, dengan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif bersifat deskriptif dengan pendekatan Studi Etnografi Virtual. Kemudian dari pada itu, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa unsur budaya Sunda yang terkandung dalam media sosial yakni Facebook milik Dedi Mulyadi berupa sistem teknologi dan peralatan, sistem mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi, bahasa, dan kesenian, serta citra diri sebagai pemimpin yang syarat akan budaya Sunda terbentuk melalui unggahan dengan unsur budaya Sunda tersebut.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.