Lanskap budaya dihasilkan dari reorganisasi bentang alam secara kontinyu oleh masyarakat asli dalam rangka mengadaptasikan penggunaan lahan dan struktur spasial untuk mencapai pemenuhan kebutuhan manusia yang senantiasa berubah dari masa ke masa. Ia disadari sebagai lanskap multifungsi yang menyediakan beragam manfaat bagi manusia, menghasilkan barang dan produk, mendukung dan memberikan batasan dalam pengelolaan sumberdaya lokal, memperbaiki budaya, dan lain sebagainya. Indonesia kaya akan lanskap yang bernilai sebagai lanskap budaya yang unggul (outstanding cultural landscape heritage). Kawasan-kawasan tersebut mengandung nilai sejarah yang kuat, sebagai sumberdaya pusaka, geomorfologi yang khas, hasil dari sistem alamiah dan proses perubahan biogeofisik serta sosial-budaya terus berlangsung. Penelitian ini sebagai bagian dari upaya untuk mengkonstruksikan tipologi komposisi lanskap budaya Jawa Kuno yang terilustrasikan pada relief candi Jawi, Jago dan Panataran. Candi-candi tersebut berasal dari Abad ke-12 Masehi. Penelitian ini dilakukan dengan perspektif constructivism, yang ditujukan untuk membangun model hipotesa tentang tipologi lanskap budaya Jawa Kun. Penelitian bersifat deskriptif eksploratif dengan penggunaan metode Content Analysis dan Cluster Analysis. Analisis klaster menghasilkan temuan bahwa lanskap Budaya Jawa Kuno terklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar berdasarkan keragaman fiturnya, yakni: Lanskap Alam dan Lanskap Terbangun. Pada lanskap alam terdapat tipe lanskap kediaman (candi bukur dan mandala). Sedangkan pada Lanskap Buatan terklasifikasikan meejadi dua, tipe lanskap luar kadatwan (staphaka dan patapan; dan tipe lanskap sekitar kadatwan (hutan/taman dan lingkungan kadatwan sebagai kediaman raja/bangsawan). Masing-masing lanskap memiliki kekhasan pada komposisi fitur vegetasi, hewan, struktur buatan, dan fitur bentang alamnya.
Popular paradigm defines urban area as a Growth-Pole which has been expected to give trickle-down effect and spread welfare to its hinterlands and rural areas. In fact, urban growth tends to generate resource exploitations from its hinterland to comply urban necessity. Those, sharpen the dichotomy between urban and rural welfare and generate Desakota phenomenon. New paradigm sought as an alternative strategy seeks balance in the role of rural-urban linkages. This study aimed to bring out a model of spatial order that had existed in ancient Javanese civilization which followed a philosophy of maintaining the balance between human and nature in utilizing environment. Qualitative research was conducted through content exploration on ancient Javanese civilization references. Those contents were cross-diachronic to unravel the connection between politic and economic situation when that spatial order model had existed. Wenua (village) was located in a configuration that followed four geographic directions: at north, south east, west, and one in the middle of the fourth villages. Market was held rotationally among five villages through rotation Pekan Mechanism. This rotation system gave each village opportunity to become central pole for the economic activity in the region. Therefore, economic vitality was able to spread equitably over the villages.
Perkembangan permukiman tradisional yang berada pada tengah Kota Malang kondisinya semakin tersudut dan terdesak dikarenakan oleh perkembangan kota. Permukiman tradisional sendiri sebenarnya merupakan aset kawasan kota yang dapat memberikan ciri kota, tatanan lingkungan binaan, ciri aktifitas sosial budaya masyarakatnya, yang merupakan manifestasi nilai sosial budaya masyarakat. Hal tersebut menyebabkan perubahan interaksi sosial dalam pembentukan pola permukimannya(Rapoport,1969). Permasalahan yang terjadi pada kampung dan interaksi sisalamnya menunjukkan perlu adanya kajian lebih lanjut. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola permukiman serta perwujudan interaksi sosial dalam pola permukiman kampung yang terdapat pada Kampung Panggung Kota Malang. Metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana karakteristik pola permukiman dan mengidentifikasi interaksi sosial yang terdapat didalamnya menggunakan teknik metode analisis deskriptif berupa analisis sinkronik/diakronik, analisis behaviour, serta analisis family tree. Hasil identifikasi karakteristik menunjukkan bahwa interaksi sosial dapat terbentuk berdasarkan hubungan kekerabatan tanpa dibatasi oleh pola permukiman, selain itu pola permukiman sendri juga dapat membentuk interaks sosial. Selain itu interaksi sosial yang ditemukan dapat dipengaruhi oleh perubahan fungsi bangunan yang dapat berupa perubahan secara positif maupun konflik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.