Asma bronkial merupakan penyakit pernapasan kronis yang disebabkan terjadinya penyempitan jalan napas akibat adanya reaksi hipersensitifitas pada bronkus, yang menimbulkan gejala berupa wheezing, batuk, dan sesak napas. Ketika pasien asma mengalami sesak, maka akan terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dan penurunan saturasi oksigen yang apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan pasien kekurangan oksigen (hipoksia) yang berujung pada kematian. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan teknik pernapasan buteyko yang dikombinasikan dengan terapi bronkodilator untuk penurunan frekuensi pernapasan dan peningkatan saturasi oksigen pada asuhan keperawatan pasien asma. Metode yang digunakan deskriptif studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan. Subjek studi kasus adalah pasien asma bronkhial sejumlah 3 pasien yang didapatkan secara incidental. Intervensi yang diberikan berupa teknik pernapasan buteyko selama ±15 menit setelah pasien mendapatkan terapi bronkodilator. Hasil studi ini menunjukan bahwa terdapat penurunan frekuensi pernapasan dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma bronkhial yang diberikan terapi pernapasan buteyko dengan rata-rata frekuensi pernapasan pada ketiga pasien adalah 25x/menit, dan rata-rata saturasi oksigen pada ketiga pasien adalah 100%. Teknik pernapasan buteyko dapat digunakan sebagai salah satu penatalaksanaan kombinasi untuk mengurangi gejala asma bronkhial.
Chronic obstruction pulmonary disease (COPD) is a lung disease that is caused due to an obstruction in a channel the airflow that much happening in Indonesia due to the high-risk factor exposure causes the onset of COPD as the habit of smoking and an unhealthy environment. Blockage in the airway that occurs in patients of COPD is usually characterized by shortness of breath. The various ways that can be done to overcome the shortness of breath are with nebulizer therapy. Nebulizer therapy action is undertaken in accordance with standard operating procedures (SPO) already determined, in the SPO mention the position at the time of the nebulizer therapy position fowler or semi fowler. This study aims to know the effectiveness of the grant the position of Fowler and semi fowler against the scale of the COPD patient shortness of breath while undergoing therapy nebulizer. Methode of this study is a quasy experiment in two groups using pre-test and post-test design. The study was conducted in General Hospital K.R.M. T Wongsonegoro Semarang with the total sample as many as 32 patients. The analysis using Mann Whitney with p-value 0.000 (p < 0.05) so that it can be concluded that there is a difference in the average scale of shortness of breath between fowler and semi fowler while undergoing group therapy nebulizer. The analysis showed that the position of semi fowler is more effective in lowering shortness of breath when compared to the position of fowler while undergoing therapy nebulizer. This study recommended giving the semi-fowler position to reduce dyspnea in COPD patients while undergoing Nebulizervtherapy.
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) memiliki tanda dan gejala utama yaitu sesak napas yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan saturasi oksigen dan peningkatan respirasi rate, karena pada pasien CHF jantung tidak mampu untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena adekuat. Perubahan posisi dapat membantu untuk memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau kenyamanan fisik dan psikologis.Studi kasus ini bertujuan menerapkan perubahan posisi (head up 30o, semi fowler 45o dan high fowler 90o) untuk peningkatan saturasi oksigen & penurunan respirasi rate pada asuhan keperawatan pasien congestive heart failure di IGD RSUD Tugurejo Semarang. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Subjek studi kasus adalah pasien penyakit CHF. Subjek studi kasus berjumlah 3 orang, yang didapatkan secara insidental. Subjek studi kasus telah menandatangani informed consent sebelum dilakukan pengambilan data. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa posisi semi fowler 45o dapat meningkatkan saturasi oksigen dengan rata-rata 6 poin dan menurunkan respirasi rate dengan rata-rata 10 poin. Perubahan posisi dapat menjadi implementasi keperawatan dalam meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan respirasi rate.
Hipertensi emergensi yang memiliki masalah kesehatan dengan risiko penyakit kardiovaskular paling sering belum dikontrol secara optimal dan didukung dengan data objektif dari hasil pemeriksaan pendukung. Memahami asuhan keperawatan pada pasien darurat hipertensi dengan masalah keperawatan risiko penurunan perfusi jaringan otak di ruang gawat darurat di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Mengambil 2 Pasien dengan diagnosis medis hipertensi darurat. Memberikan perawatan keperawatan yang tepat kepada Pasien dapat membantu mengurangi penyakit kardiovaskular dan dapat membantu mengatasi masalah keperawatan lainnya yang dialami oleh pasien. Manajemen pasien dalam keadaan darurat hipertensi dengan Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral di Mr D dan Mrs. R di departemen darurat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sebagian diatasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.