Interprofessional Collaboration (IPC) yang buruk menjadi faktor penting dalam kesalahan medis. IPC dapat ditingkatkan sejak masa pendidikan melalui Interprofessionalism Education (IPE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa program studi rumpun ilmu kesehatan Universitas Padjadjaran (Unpad) terhadap IPE. Metode Penelitian analitik komparatif menggunakan kuesioner Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS) yang diterjemahkan dan divalidasi dibagikan kepada mahasiswa Program Studi Kedokteran, Pendidikan Kedokteran Gigi, Farmasi, Keperawatan, Diploma Kebidanan, serta Profesi Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, dan Ners Unpad sejumlah 252 mahasiswa meliputi 28 mahasiswa dari setiap program studi. Persepsi mahasiswa dikategorikan menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik. Uji t independen dilakukan untuk membandingkan kelompok sarjana dan diploma dengan profesi, sedangkan One way Anova dan Post Hoc Tukey digunakan untuk membandingkan antar program studi pada kelompok sarjana dan diploma serta profesi. Hasil Persepsi 98% responden masuk ke dalam kategori baik. Uji Anova menunjukkan perbedaan signifikan antar program studi pada kelompok sarjana dan diploma (p = 0,004) serta pada kelompok profesi (p < 0,001). Komponen IPE “Kebutuhan yang dirasakan untuk kerjasama profesional” memiliki persepsi baik yang lebih rendah dibandingkan dengan komponen “Kompetensi dan otonomi” dan “Persepsi kerjasama aktual”. Diskusi Mahasiswa sudah memahami mengenai peran dan kompetensi masing-masing profesi. Namun, pemahaman mengenai profesi tenaga kesehatan lain dan pentingnya kerjasama antar profesi masih kurang, sehingga perlu diadakan IPE di Unpad.Kata Kunci: Interprofessional collaboration, interprofessional education, mahasiswa, persepsi
AbstrakPenyebab kematian medis perlu dicantumkan pada setiap rekam medis pasien yang meninggal. Dokter di Rumah Sakit berperan penting dalam menentukan sebab kematian medis (medical cause of death). Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengetahuan dan keterampilan dokter tentang cara penulisan penyebab kematian medis (medical cause of death) pada rekam medis di RS Tersier di Bandung yang sesuai dengan standar WHO International Classification of Disease (ICD) 10. Penelitian ini berupa studi deskriptif analitik dengan memberikan kuesioner pada dokter klinis di suatu RS Tersier di Bandung untuk menilai pengetahuan dan keterampilan dokter tentang cara penulisan penyebab kematian medis (medical cause of death) dan kesesuaiannya dengan standar WHO ICD-10. Dari total 928 orang dokter klinis, didapatkan 90 sampel. Sampel mewakili setiap departemen/bagian yang terlibat langsung pembuatan penyebab kematian medis di suatu RS Tersier di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan 58,1% dokter yang memahami tentang cara penulisan penyebab kematian medis yang benar, sedangkan 41,9% belum memahami secara teori. Keterampilan dokter dalam mengisi penyebab kematian medis yang benar dan lengkap sebesar 20,7%, sedangkan 23,3% mengisi penyebab kematian medis dengan benar namun tidak lengkap. Sebanyak 75,4% mengisi penyebab kematian yang salah, terutama karena menuliskan kondisi akhir sebelum kematian (terminal events). Masih separuh dokter (58,1%) mengetahui cara penulisan penyebab kematian medis yang benar sesuai standar WHO ICD-10. Tingkat keterampilan dalam mengisi penyebab kematian medis yang lengkap, masih sangat rendah (20,7%).Kata kunci: penyebab kematian, standar internasional WHO, ICD-10, rekam medis Abstract The Cause of death needs to be included in every medical record of a deceased patient. Doctors at the Hospital play an important role in determining the cause of death. The objective of this study was to assess the doctor's knowledge and skills on how to write medical cause of death in medical records at Tertiary Hospital in Bandung accordance to WHO Standards International Classification of Disease (ICD) 10. This study was a descriptive analytic study by giving questionnaires to clinical doctors at a Tertiary Hospital in Bandung to assess the knowledge and skills of doctors on how to write medical cause of death and its compliance with the WHO ICD-10 standards. 90 samples were obtained from a total of 928 clinical doctors in theTertiary Hospital in Bandung. The sample represent seach department that involved in making the cause of medical death in a Tertiary Hospital in Bandung. 58.1% of doctors understood the correct way to write the cause of medical death, while 41.9% did not understand the theory. The doctor's skill in writing the correct and complete causes of medical death was 20.7%, while 23.3% filled the cause of medical death correctly but incomplete. 75.4% doctors fill the cause of the death with the final diagnosis before death (terminal events) instead of the cause of death. The accuracy of writing cause of ...
Penyebab kematian medis perlu dicantumkan pada setiap rekam medis pasien yang meninggal. Dokter di Rumah Sakit berperan penting dalam menentukan sebab kematian medis (medical cause of death). Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengetahuan dan keterampilan dokter tentang cara penulisan penyebab kematian medis (medical cause of death) pada rekam medis di RS Tersier di Bandung yang sesuai dengan standar WHO International Classification of Disease (ICD) 10. Penelitian ini berupa studi deskriptif analitik dengan memberikan kuesioner pada dokter klinis di suatu RS Tersier di Bandung untuk menilai pengetahuan dan keterampilan dokter tentang cara penulisan penyebab kematian medis (medical cause of death) dan kesesuaiannya dengan standar WHO ICD-10. Dari total 928 orang dokter klinis, didapatkan 90 sampel. Sampel mewakili setiap departemen/bagian yang terlibat langsung pembuatan penyebab kematian medis di suatu RS Tersier di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan 58,1% dokter yang memahami tentang cara penulisan penyebab kematian medis yang benar, sedangkan 41,9% belum memahami secara teori. Keterampilan dokter dalam mengisi penyebab kematian medis yang benar dan lengkap sebesar 20,7%, sedangkan 23,3% mengisi penyebab kematian medis dengan benar namun tidak lengkap. Sebanyak 75,4% mengisi penyebab kematian yang salah, terutama karena menuliskan kondisi akhir sebelum kematian (terminal events). Masih separuh dokter (58,1%) mengetahui cara penulisan penyebab kematian medis yang benar sesuai standar WHO ICD-10. Tingkat keterampilan dalam mengisi penyebab kematian medis yang lengkap, masih sangat rendah (20,7%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.