Pengambilan keputusan membuat praktisi berhadapan dengan berbagai kondisi yang mempengaruhi pemilihan jenis tiang dan metode pemancangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kriteria-kriteria pemancangan yang mempengaruhi pemilihan jenis driven pile dan metode pemancangan yang optimal. Konseptual model disajikan sebagai model teoritis dari literature review yang dilakukan. Survei pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kriteria dengan wawancara kepada empat expert yang berpengalaman melakukan pekerjaan pemancangan pondasi. Kriteria yang telah diidentifikasi oleh expert digunakan untuk survei kuesioner. Survei kuesioner dilakukan kepada 45 responden praktisi yang pernah melakukan pekerjaan pemancangan pondasi di Balikpapan. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kriteria yang berpengaruh adalah analisis deskriptif, uji nonparametrik (Kruskal-Wallis), uji validitas dan reliabilitas. Hasil mendapatkan tiga variabel utama yang meliputi kriteria pemancangan, jenis driven pile dan metode pemancangan. Enam kriteria pemancangan penentu yang didapatkan yaitu karakteristik tanah, kondisi lapangan, karakteristik bangunan, biaya, waktu dan pengalaman sebelumnya.
The foundation erection work is a job that has a high enough complexity. In making the decision of the type of pile and the method of erection, practitioners have many choices with various conditions in the field. Decision making will result in an impact during the foundation erection process. This study aims to analyze what are the impacts caused by the choice of pole type and piling method. A preliminary survey was conducted together with four experts to verify and reduce the 11 impact indicators obtained from the literature study, obtained 6 impact indicators which are quite relevant according to experts and will be used in the questionnaire survey. The questionnaire survey was conducted on 45 practitioner respondents who had carried out foundation building work. Data analysis validity and reliability tests were carried out on the questionnaire data. It was concluded that there were three main impacts that occurred due to the choice of the type of foundation pile and the piling method, namely environmental impact, economic impact, and social impact. The main impacts are broken down into six impacts including the use of fuel, ground vibration, fuel and material costs, equipment and labor costs, workplace safety, and noise.
Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang menggunakan tulangan longitudinal agar dapat menahan tegangan tarik yang terjadi pada penampang beton tersebut dan tulangan longitudinal yang digunakan adalah baja tulangan (rebar reinforcement). Tegangan tarik yang dapat mencapai 420 Mpa merupakan alasan utama baja tulangan digunakan pada beton bertulang, namun, akibat perkembangan teknologi, terdapat material yang mempunyai tegangan tarik yang melebihi baja tulangan yaitu baja ringan. Baja ringan adalah baja canai dingin (light cold rolled) dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, namun memiliki tegangan tarik yang melebihi baja tulangan biasa yaitu 550 Mpa, oleh karena itu, untuk mengetahui kapasitas lentur balok beton berbaja ringan maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan baja ringan sebagai tulangan longitudinal yang selanjutnya dilakukan uji lentur sesuai SNI-4431-2011. Baja canai dingin yang digunakan adalah baja ringan tipe C (C75x0.75) dengan 3 skema benda uji. Skema pertama yaitu dengan memanfaatkan baja ringan secara utuh sedangkan skema kedua dan ketiga adalah hanya dengan memanfaatkan badan dari baja ringan tersebut sehingga masing-masing skema memiliki rasio penulangan sebesar 0.47%, 0.28%, dan 0.28%. Selain itu, beton bertulang biasa dengan rasio 0.63% turut diuji sebagai pembanding (skema 4). Hasil uji lentur menunjukkan bahwa skema 1 menunjukkan kuat lentur terbesar dari skema lainnya yaitu sebesar 7.48 Mpa. Selanjutnya, meskipun skema kedua dan ketiga memiliki rasio penulangan yang sama skema kedua memiliki kuat lentur 0.24 Mpa lebih besar dari skema ketiga yang bernilai 5.76 Mpa. Akhirnya, beton dengan tulangan biasa dengan rasio terbesar memiliki kuat lentur sebesar 5.06 Mpa.
landslide disaster. Based on this fact, a method is needed to predict the range of landslides to minimize the impact of disaster losses. The empirical statistical method is one of the methods that can be used to predict landslides by taking input data from the history of previous landslide events. This research aims to find the best modeling form for sliding distance prediction and which parameters influence a landslide's sliding distance prediction. This study used multiple linear regression methods. The data used in this study are geometric slope parameters in the form of slope height (H), original slope (θ), landslide area (A), and rock type (RT). The data was taken from the 2015-2021 PVMBG landslide investigation report and used the Google Earth and Global Mapper program. Based on the analysis of the best empirical model that can predict the sliding distance of a landslide log Lmax = 0,387 – 0,097 RT + 0,230 log H + 0,458 log A – 0,220 tan θ with an R2 value of 0,94 and an average estimated error of 31,56%. The parameter that has the most influence on the prediction of sliding distance is the area affected by the landslide (A).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.