The COVID-19 pandemic has utterly devastated our world and has essentially influenced and disrupted people's lives. This condition has resulted in a rise in anxiety and depression, particularly among the young. In such a situation, optimism is essential. Because young people are valuable future assets, it is critical to address their optimism and devise measures to enhance it. This study aims to investigate the presence of optimism among Indonesian youth and how it is achieved. A total of 86 undergraduate students between the ages of 17 and 21 volunteered to participate. This study collects data through a survey and a Focus Group Discussion, using a mixed quantitative and qualitative approach.  The findings show that most respondents were pessimistic and claimed that the pandemic harmed their lives, emotions, and future outlook. A limited number of respondents who expressed optimism in the survey were then invited to participate in a Focus Group Discussion, and they reported that their optimism is attained from internal (egocentric) and external (ethnocentric) factors.  This finding is valuable and essential for taking action on how to help a generation afflicted by the pandemic move forward with optimism.

No abstract

Anak usia dini berada pada masa peka dan terjadi perkembangan pesat di berbagai aspek anak. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada jenjang TK menjadi tantangan untuk guru, orangtua, siswa, dan pihak sekolah dan pemberian stimulus menjadi kurang maksimal selama PJJ. Hal ini mengakibatkan keterampilan siswa sulit mencapai target yang terdapat dalam STPPA. Keterampilan yang belum maksimal adalah keterampilan dalam mengelola diri sendiri, berbicara, dan kreativitas siswa. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan mengelola diri, berbicara, dan kreativitas siswa TK-B. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sampai tiga siklus. Hingga siklus ke tiga, siswa yang mencapai kategori BSB (Berkembang Sangat Baik) pada keterampilan mengelola diri sendiri 100%, keterampilan berbicara 95%, dan kreativitas 95%. Berdasarkan capaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran peta pikiran dapat meningkatkan keterampilan mengelola diri sendiri, keterampilan berbicara, dan kreativitas siswa TK-B di sekolah XYZ.

No abstract