The study was funded by the World Food Programme Indonesia ABSTRAK UN World Food Programme (WFP) melalui Nutrition Rehabilitation Programme (NRP) melakukan inisiasi pemberian makanan tambahan pada anak sekolah tahun 2004 dengan mendistribusikan biskuit yang difortikasi 9 vitamin dan 4 mineral di sekolah dasar di lingkungan penduduk miskin di Jakarta dan Tangerang. Untuk menilai dampak dari program ini dilakukan evaluasi perubahan status gizi dan kesehatan dan juga pengaruhnya pada asupan gizi serta kognitif dari anak setelah satu tahun pelaksanaan program. Data dari 691 anak (335 laki-laki, 356 perempuan) diperoleh dari Jakarta Barat (N=243), Kota Tangerang (N=81) dan Kabupaten Tangerang (N=367). Sebagian anak merasakan lapar pada waktu sekolah dan lebih dari 80% sangat senang untuk mendapat biscuit setiap hari. Ditemukan 70% anak dapat menghabiskan 1 pak, 20% anak menghabiskan ½-1 pak, 10% <½ pack pak biskuit dengan asupan zat besi, zink, kalsium dan vitamin yang lebih tinggi dari biasanya. Dibanding dengan data dasar, terlihat terjadi penurunan prevalensi anemia dari 23,9% menjadi 10% dan cadangan besi yang rendah dari 25,7% menjadi 19,6%, serta untuk anak-anak di kabupaten Tangerang berkurangnya keluhan sakit. Nilai rata-rata kognitif anak yang dinilai berdasarkan % nilai maksimum membaik untuk semua aspek (seperti: kemampuan berbahasa, kemampuan memberikan alasan, penglihatan, konsentrasi, menghafal dan mengingat) untuk anak di kabupaten Tangerang, demikian juga di Jakarta Barat dan Kota Tangerang kecuali untuk kemampuan memberikan alasan dan mengingat. Dari studi ini dievaluasi bahwa prevalensi gizi kurang tidak berubah (21.8% Jakarta Barat, 23.5% Kota Tangerang, 39.0% kabupaten Tangerang). Hasil temuan lainnya adalah pengetahuan anak untuk kesehatan dan gizi masih belum baik dan prevalensi kecacingan yang masih 30% di kabupaten Tangerang. Direkomendasikan agar partisipasi institusi terkait perlu dioptimalkan untuk meningkatkan pendidikan atau pengetahuan tentang kesehatan dan gizi kepada guru sekolah, penjaja makanan di sekolah dan juga sosialisasi untuk orang tua murid. Keberadaan materi penyuluhan atau pendidikan tentang pentingnya fasilitas sanitasi serta program kecacingan juga akan dapat meningkatkan keefektifan program.
Menstruasi adalah fenomena fisiologis normal bagi perempuan yang menunjukkan kemampuannya untuk bereproduksi. Gangguan menstruasi sering terjadi di kalangan remaja perempuan dikarenakan remaja terkait dengan proses perkembangan pubertas wanita. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi, kadar hemoglobin dan kualitas tidur remaja perempuan terhadap siklus menstruasi yang tidak teratur di SMAN 8 Tangerang. Desain penelitian menggunakan desain cross-sectional, populasi yaitu semua remaja perempuan yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian ini berjumlah 77 subjek yang didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner siklus menstruasi, kualitas tidur, dan lembar observasi hasil pengukuran berat badan, tinggi badan dan kadar Hb yang dilakukan. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan 95% (p<0,05). P-value hubungan antara kadar hemoglobin dan siklus menstruasi p=0,633, antara status gizi dan siklus menstruasi p=0,240 dan antara kualitas tidur dengan siklus menstruasi p=0,297. Dengan demikian bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi dan kualitas tidur dengan siklus menstruasi pada siswi di SMAN 8 Tangerang.
Tempe is an indigenous food from Indonesia. Historical evidence show that soybean tempe originated in Central Java and appeared in the Javanese food culture around five centuries ago. Until recently, little attention has been paid to promote tempe even it contributes significantly to the nutrient intake of Indonesians and could prevent hypercholesteremia and hyperglycaemia. This activity aimed at promoting Tempe as Indonesian Indigenous food and culture; and gaining the support from professional organizations, government, community, producers and consumers in order to include tempe in the national list of intangible cultural heritage. This activity was held since 2015 till 2018. The way to promote it was through seminars, online and offline support, and competition. During the last three years, fifteen seminars on the health of tempe were done in fifteen cities covered 4500 women leaders, scientist and government officers. Information about culture and health benefit of tempe was also promoted through social media, and competition, as well as online petition. As much as 22 related professional association, central government institutions, universities, tempe producers and consumers supported written that tempe should be proposed to be national list of intangible cultural heritage; and further to be intangible cultural heritage of UNESCO. The final result of this activity was the Ministry of Education & Culture formally launched that tempe was included in the list of national list of intangible cultural heritage based on certificate number 60089/MPK.E/KB/2017. Besides, tempe also include among the five unique indigenous culture to be promoted to be and intangible cultural heritage of UNESCO.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.