This study aims to analyze changes in communications in disaster mitigation innovation in communication of society in disaster-prone areas with the events of Mount Merapi eruption in 2010. The method used is descriptive research data collection through observation and interviews with community territory in the hamlet AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan komunikasi dalam inovasi mitigasi bencana yang dilakukan masyarakat di wilayah rawan bencana dengan adanya peristiwa erupsi gunung Merapi pada tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data penelitian melalui observasi wilayah dan wawancara dengan masyarakat di dukuh Kalitengahkidul, Desa Glagaharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsep yang digunakan adalah difusi inovasi, informasi dan mitigasi bencana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat adopsi terhadap inovasi mitigasi bencana terkait dengan komunikasi masyarakat. Perubahan komunikasi terjadi pada alat komunikasi yang digunakan, sumber informasi untuk menentukan mengambil keputusan evakuasi, komunikasi kelompok masyarakat menentukan prosedur mitigasi bencana, sumber informasi tentang aktivitas gunung dan prioritas yang harus dilakukan pada saat tanggap darurat maupun masa pemulihan pasca bencana. Ditemukan dari hasil penelitian setelah erupsi tahun 2010 muncul sikap warga diwilayah rawan bencana yang lebih mandiri dan memiliki inisiatif dalam mengadopsi inovasi mitigasi bencana khususnya dalam hal komunikasi diantara masyarakat dalam menghadapi potensi bencana yang akan timbul.Kata kunci: perubahan komunikasi, difusi inovasi, informasi, mitigasi bencana.
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial inklusif apa saja yang terdapat pada jaringan komunikasi masyarakat pada fase kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Penelitian dilakukan di salah satu dusun yang rawan terhadap bencana gunung Merapi di Jawa Tengah. Konsep yang digunakan jaringan komunikasi, modal sosial dan mitigasi bencana. Penelitian menggunakan paradigma positivistik dengan metode pengumpulan data kuantitatif didukung data kualitatif. Hasilnya ditemukan empat modal sosial inklusif yang terdapat pada jaringan komunikasi masyarakat pada fase kesiapsiagaan bencana alam Merapi 2010 yaitu relasi dengan para relawan bencana, relasi dengan pemerintah daerah maupun propinsi, relasi dengan lembaga swadaya masyarakat dan relasi tradisional dengan keraton Yogyakarta. Selain itu intepretasi terhadap modal sosial inklusif adalah adanya timbal balik yang diperoleh warga dusun, modal sosial inklusif memfasilitasi aliran informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi, memengaruhi agen yang memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan, mendukung kredibilitas individu dalam memperoleh akses sumber daya untuk pertolongan dan sebagai pembangun identitas dan modal sosial inklusif merupakan pengakuan bagi warga dusun. Belum ditemukan modal sosial inklusif berupa relasi warga dusun dengan kalangan perguruan tinggi yang memiliki banyak sumberdaya untuk membantu kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara memiliki risiko bencana alam yang tinggi. Selama lima tahun terakhir aktivitas erupsi yang terjadi membuat masyarakat senantiasa waspada serta memerlukan informasi yang komprehensif dan cepat dari media termasuk media online. Pemberitaan bencana Gunung Sinabung diperlukan oleh masyarakat di wilayah lain yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang sama maupun berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran media online dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Sinabung dengan teori dan konsep tanggung jawab sosial media, peran media, serta pengurangan risiko bencana. Metode yang digunakan yaitu analisis isi media online, objek penelitian dua media online Kompas.com dan Hariansib.com. Fokus analisis isi media online pada unsur waktu tayang, penempatan, narasumber, dan tema berita. Hasil penelitian menemukan bahwa waktu tayang berita di kedua media lebih dominan berita pada periode pasca bencana dibandingkan periode bencana lainnya seperti periode pra bencana dan periode tanggap darurat. Pada unsur penempatan berita terdapat pembagian jenis berita regional dan nasional. Untuk narasumber berita terdapat dua kategori yaitu narasumber pemerintah dan narasumber lainnya. Narasumber yang lebih banyak dipilih adalah pemerintah dibanding narasumber lain seperti masyarakat lokal atau korban bencana. Tema berita terbanyak diangkat tema keamanan dan berbagai peristiwa pada periode pasca bencana. Kontribusi penelitian ini memberi masukan kepada kedua media online agar lebih memberikan keseimbangan pemberitaan pada unsur waktu tayang berita, penempatan berita, narasumber berita, dan tema berita. Selain itu, berita juga meliputi saat pra bencana, saat tanggap darurat bencana maupun pasca bencana. Berita juga perlu diperoleh dari berbagai sumber yang lebih beragam termasuk korban bencana.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.