Research on brown planthopper (BPH), (Nilaparvata lugens (Stal.) resistant to insecticide using dipping method was carried out in the wet season (WS) of 2011/2012 at Indonesian Center for Rice Research, Sukamandi. BPH field population from Sukamandi, West Java, known as Sukamandi BPH population and Juwiring, Central Java, as Juwiring BPH population, were measured their degree of resistance to insecticides to be compared with the BPH biotype 1 of screen house population. The insecticides used were imidacloprid, ethiprole, thiamethoxam, fipronil, BPMC, MIPC, buprofezin, cypermethrin and cyhalothrin. The resistance ratios (RR) were measured by LC50 of BPH from fields/LC50 of BPH from screen house. Results showed that Sukamandi BPH population was moderately resistance to imidacloprid and cypermethrin, but was low resistance to buprofezin, and was decreasing into susceptibility to fipronil, thiamethoxam and cyhalothrin, where as to ethiprole, BPMC dan MIPC the Sukamandi BPH was still susceptible. The Juwiring BPH population was low resistance to imidacloprid, buprofezin, cypermethrin and cyhalothrin, but the Juwiring BPH was decreasing into susceptibility to BPMC, ethiprole and fipronil. The population was still susceptible to thiamethoxam and MIPC.
Uji ketahanan galur terhadap wereng coklat melalui skrining massal, uji penapisan dan population build-up sangat penting untuk pelepasan varietas tahan. Tiga tahap uji ketahanan tersebut selain untuk menentukan stabilitas ketahanan, juga untuk menentukan jenis ketahanannya. Penelitian dilakukan di rumah kasa Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Indonesia pada musim tanam 2007, menggunakan wereng coklat biotipe 3 yang telah dipelihara sejak tahun 1994 pada varietas IR42 (bph2). Varietas/ galur padi yang diuji penapisan sebanyak 18 aksesi yang agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 pada skrining massal. Hasil uji penapisan menujukkan bahwa 22,2% galur/varietas bereaksi agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 up , yaitu galur BP4130-1f-13-3-2*B, BP4188-7f-1-2-2*B, BP2870-4e-Kn-22-2-1-5*B, dan varietas Pulut Lewok. Pada uji pupulation buid-up galur/varietas tersebut agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 pb . Nilai indeks kehilangan funsional tanaman (functional plant loss index [FPLI]) paling rendah dimiliki oleh galur BP4130-1f-13-3-2*B dan Pulut Lewok. Indeks toleransi yang paling tinggi dimiliki oleh galur BP4130-1f-13-3-2*B dan Pulut Lewok, diikuti oleh galur BP2870-4e-Kn-22-2-1-5*B dan BP4188-7f-1-2-2*B. Indeks antibiosis Pulut Lewok paling tinggi dan tidak berbeda nyata dengan galur BP4130-1f-13-3-2*B dan indeks antibiosis paling rendah dimiliki oleh galur BP4188-7f-1-2-2*B. Varietas Pulut Lewok mempunyai pertahanan dengan antibisosis namun tidak ada toleransi terhadap wereng coklat biotipe 3. Galur BP4130-1f-13-3-2*B mempunyai pertahanan dengan adanya antibiosis dan toleransi terhadap wereng coklat biotipe 3. Galur BP4188-7f-1-2-2*B mempunyai pertahanan toleransi, tetapi tidak ada antibiosis terhadap wereng coklat biotipe 3.
Recolonization of Natural Enemies after Insecticide Application in Rice Planting AreaThe study to assess recolonization of natural enemies after insecticide application in rice planting area was carried out in the wet season of 2013 at Karawang Regency. The application of several insecticides of rynaxypyr, fipronil, dinotefuran, pymetrozine, imidacloprid, and BPMC was conducted when brown plant hopper population was rising and yellow stem borer flight was occurring. Observation of natural enemies was carried out on 1, 3, 5, 7, 10, 15, and 21 days after application (DAA) using sweep net for 4 swings per plot. The results showed that spiders were relatively safe to the rynaxypyr and fipronil insecticides with hampered recolonization index (HRI) of very light and light where recolonization occurred on 1 DAA. All tested insecticides highly affected Telenomus rowani with HRI of heavy to very heavy that this parasitoid recolonized at 7 DAA. On the other hand, all insecticides showed low influence on the recolonization of Tetrastichus schoenobii with HRI from unhampered to light hamper and the recolonization occurred on 1 DAA. The effect of rynaxypyr, fipronil, imidacloprid and BPMC application on Oligosita sp. and Anagus sp. recolonization was categorized to be low with HRI of light hamper that the recolonization happened at 1 DAA and 5 DAA, respectively. The insecticides of fipronil and BPMC were considered to slightly hamper the chironomid with the light value of the HRI and the chironomid recolonized at 1 DAA on fipronil and 3 DAA on BPMC.Keywords: Effect of insecticides, Recolonization of natural enemy, RiceABSTRAKPenelitian rekolonisasi musuh alami setelah aplikasi insektisida di pertanaman padi dilakukan pada musim hujan 2013 di Kabupaten Karawang. Aplikasi insektisida berbahan aktif rinaksipir, fipronil, dinotefuran, pimetrozin, imidakloprid, dan BPMC dilakukan saat populasi hama wereng coklat meningkat, sementara penerbangan penggerek batang padi kuning sedang berlangsung. Pengamatan terhadap musuh alami menggunakan jaring serangga sebanyak 4 ayunan per petak pada 1, 3, 5, 7, 10, 15, dan 21 hari setelah aplikasi (HSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba-laba relatif aman terhadap insektisida rinaksipir dan fipronil dengan nilai indeks hambatan rekolonisasi (IHR) kedua insektisida tersebut sangat ringan dan ringan dengan kecepatan rekolonisasi laba-laba pada 1 HSA. Semua insektisida menekan sangat tinggi terhadap Telenomus rowani dengan IHR berat sampai sangat berat dan rekolonisasi parasitoid tersebut dinilai lambat yaitu 7 HSA. Insektisida menekan sangat rendah terhadap Tetrastichus schoenobii dengan IHR dari tidak ada hambatan sampai hambatan ringan dan kecepatan rekolonisasinya terjadi pada 1 HSA. Tekanan insektisida rinaksipir, fipronil, imidakloprid, dan BPMC terhadap Oligosita sp. dan Anagus sp. agak rendah dengan IHR ringan dan kecepatan rekolonisasi Oligosita sp. pada 1 HSA dan Anagrus sp. pada 5 HSA. Insektisida fipronil dan BPMC agak menekan chironomid dengan nilai IHR ringan dan kecepatan rekolonisasi 1 HSA pada fipronil dan 3 HSA pada BPMC.Kata Kunci: Pengaruh Insektisida, Rekolonisasi musuh alami, Padi
Resistance evaluation of modern rice varieties to brown planthopper Nilaparvata lugens STÅL. The research was performed to understand the resistance of modern rice varieties to the field population of brown planthopper (BPH). The research studied BPH settling preference, numbers of laid eggs, and functional plant loss index (FPLI) of resistant and susceptible rice varieties. The results showed BPH were less settle and laid fewer eggs on resistant varieties. BPH significantly settled longer on TN1 than other varieties after 24 hours. The numbers of eggs laid on rice resistant varieties (Inpari 13, Inpari 31, Inpari 33, RH, and PTB33) were fewer compared to TN1. FPLI value in TN1 was the highest among the tested rice varieties. Inpari 13 had better resistance to BPH compared to Inpari 31 and Inpari 33. In managing BPH in endemic areas, we recommend Inpari 13, Inpari 31, and Inpari 33 to be planted in rotation.
Study on the intrinsic growth rate of natural increases of brown planthopper (BPH) was carried out in Sukamandi, Subang, West Java in 2012 ABSTRAKPenelitian laju pertumbuhan intrinsik dan neraca hidup wereng cokelat dilaksanakan di rumah kasa Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada tahun 2012 menggunakan dua varietas padi, yaitu Pelita I/1 dan Inpari 13. Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh iklim global terhadap perkembangan wereng cokelat di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, setelah tiga dasawarsa sejak penelitian pertama tahun 1984. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan wereng cokelat di Sukamandi pada tahun 2012 sangat berbeda dengan tahun 1984. Laju pertumbuhan intrinsik wereng cokelat pada varietas Pelita I/1 adalah r m = 0,2285 atau 2,22 kali lipat dan pada Inpari 13 adalah r m = 0,2209 atau 2,14 kali lipat dalam tiga dasawarsa. Lama waktu satu generasi pada Pelita I/1 dan Inpari 13 lebih singkat 0,81-0,83 kali lipat. Indeks daya bertahan hidup wereng cokelat pada Pelita I/1 mencapai 5,3 kali lipat dan indeks daya bertahan hidup pada Inpari 13 mencapai 5,8 kali lipat dibanding tiga dasawarsa yang lalu. Pada varietas Pelita I/1 tahun 2012 nisbah wereng betina dan wereng jantan adalah 74%: 26%, sedangkan pada varietas Inpari 13 adalah 70,8%: 29,2%. Berdasarkan laju pertumbuhan intrinsik dan neraca hidup wereng cokelat populasi lapang di Sukamandi telah berubah selama tiga dasawarsa. Implikasi dari penelitian ini, dinamika populasi wereng cokelat telah berubah mengarah kepada perkembangan yang lebih tinggi dan dipengaruhi oleh perubahan iklim global.Kata kunci: padi, wereng cokelat, laju intrinsik, neraca hidup, perubahan iklim. PENDAHULUANWereng cokelat, Nilaparvata lugens (Stal) merupakan hama global yang merusak tanaman padi di Indonesia, China, Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Malaysia, Filipina, Jepang, dan Korea (Baehaki dan Mejaya 2014). Wereng cokelat secara bertahap muncul dengan berbagai biotipe, mulai dari biotipe 1, 2, 3, dan terakhir biotipe 4 yang serangannya dinilai cukup ganas di Asia Tenggara dan Asia Selatan (Baehaki et al. 2011). Serangan wereng cokelat di Indonesia pada dasawarsa 1971-1980, 1981-1990, 1991-2000, 2001-2010
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.