Tanaman sorgum yang dibudidayakan secara hidroponik dapat disebut dengan sorghum green fodder (SGF). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi performa pertumbuhan, profil nutrisi dan kecernaan in vitro tanaman sorgum hasil budidaya hidroponik yang dipanen pada umur yang berbeda. Perlakuan penelitian meliputi SGF yang dipanen pada hari ke 7, 8, 9 dan 10. Pada pengamatan kecernaan in vitro, keempat perlakuan SGF dibandingkan dengan rumput lapangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat pengulangan. Parameter yang diamati adalah performa pertumbuhan, profil nutrisi, produksi gas dan produk fermentasi rumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SGF 10 menghasilkan tinggi tanaman dan berat segar tertinggi (P<0,05) namun tidak berbeda nyata dengan SGF 9. Kandungan protein kasar SGF lebih tinggi dibandingkan rumput lapangan (P<0,05). SGF menghasilkan produksi gas total yang lebih tinggi dibandingkan rumput lapangan (P<0,05). Akan tetapi, SGF 10 menghasilkan produksi CH4 yang tinggi. Nilai energi termetabolis (EM) dan kecernaan bahan organik (KcBO) keempat perlakuan SGF terlihat lebih tinggi dibandingkan rumput lapangan (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola pertumbuhan, profil nutrisi dan kecernaan in vitro SGF semakin meningkat seiiring dengan meningkatnya umur pemanenan. Umur panen SGF yang terbaik adalah pada hari ke-9.
The comparison was made between eighteen mutant and four non-mutant rice straw variety in Indonesia in terms of chemical composition, nutrient value and in vitro digestibility. The second objective was to determine the correlation between in vitro digestibility parameters and fibrous component in twenty-two Indonesian rice straw varieties. Rice straw samples were collected in triplicate from three replicate plots. The effect of variety on rice straw quality, nutrient values and in vitro digestibility was analyzed using one-way analysis of variance (ANOVA). Results demonstrated that the rice straw varieties differed (P<0.
This study investigated the effect of harvesting time on concentration and biological activity of tannin in Andrographis paniculata (A. paniculata) leaves and determined the in vitro rumen fermentation and digestibility of diet supplemented with A. paniculata leaves to evaluate its role as herbal supplement in ruminant's feed. A. paniculata leaves were harvested at two time points i.e., before and after flowering phase and the samples were dried to analyze concentration and biological activity of tannin. Rice straw was used as basal diet to carry out in vitro digestibility trial. Four treatments were used including B consisting basal diet only, BBF and BAF each consisting basal diet supplemented with 1% A. paniculata leaves before and after flowering phases, respectively, and BBAF supplemented with 0.5% A. paniculata leaves before and 0.5% after flowering phase. Each treatment was carried out in five replications. Results revealed that contents (mg/g) for total tannin (20.40±1.06 vs 19.33±1.19; P<0.05) and condensed tannin (8.44±0.17 vs 5.47±0.30; P<0.01) were greater in leaves harvested after flowering compared with before flowering phase, however, no significant difference (P > 0.05) on biological activity of tannins was observed between the two flowering phases. The in vitro gas production was not influenced (P > 0.05) by the supplementation of A. paniculata leaves before and after flowering phase. A. paniculata supplementation also did not influence (P > 0.05) in vitro organic matter digestibility (IVOMD) and total volatile fatty acids (TVFA) values. It was concluded that the supplementation of A. paniculata leaves before and after flowering phase in the diet does not affect the digestibility.
Glirisidia (Gliricidia sepium) adalah tanaman perdu yang banyak tumbuh di Indonesia, mengandung protein kasar 20 – 30% dan tidak dimanfaatkan oleh manusia untuk pangan, sehingga potensial untuk dipakai sebagai penyusun urea molases multinutrien blok (UMMB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh UMMB yang mengandung tepung daun glirisidia (Gliricidia sepium) secara in-vitrobiasa dan in-vitromenggunakan radioisotop P-32. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan pakan yang diujikan yaitu A: 60% daun jagung + 40% konsentrat pasar; B: A + 25 mg UMMB dan C: B + 5 mg PEG 6000 serta 9 ulangan. Pengukuran produksi biomassa mikroba dilakukan dengan teknik in-vitro menggunakan perunut radioisotop 32P. Penambahan PEG 6000 ditujukan untuk melihat pengaruh tannin yang terdapat pada daun glirisidia terhadap produksi gas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa suplementasi UMMB glirisidia dapat meningkatkan produksi gas, degradabilitas pakan, dan produksi biomassa mikroba di dalam cairan rumen setelah inkubasi selama 48 jam in-vitro. Produksi gas, degradabilitas bahan kering dan produksi biomassa mikroba tertinggi dihasilkan perlakuan C secara berturut-turut yaitu 85,70 ml/0,5 g BK, 66,04% dan 175,52 mg, sementara itu terendah dihasilkan perlakuan A (tanpa pemberian UMMB glirisidia) yaitu 81,20 ml/0,5 g BK, 62,97% dan 151,26 mg. Penambahan PEG 6000 menunjukkan bahwa kandungan tannin yang terdapat di daun glirisidia tidak memberikan pengaruh negatif secara in-vitro. Kata kunci : UMMB, glirisidia, tannin, produksi gas, biomassa mikroba
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.