Guru harus memiliki karakteristik atau sifat yang dapat dicontoh oleh peserta didiknya, salah satunya adalah sikap profesional. Guru senantiasa terus belajar dan memperbaiki diri, sehingga dapat menjadi guru yang profesional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait karakteristik guru profesional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode penelitian studi kepustakaan. Karakteristik seorang guru profesional adalah segala sikap dan perbuatan guru baik di sekolah, di luar sekolah maupun di lingkungan masyarakat, di dalam memberikan pelayanan, meningkatkan pengetahuan, memberi bimbingan dan motivasi kepada peserta didik dalam berbagai hal, misalnya: cara bersikap antara yang muda dengan yang lebih tua, sikap yang muda terhadap yang lebih tua, cara berpakaian yang baik secara tradisi atau secara agama, cara berbicara dan berhubungan baik dengan peserta didik atau sikap terhadap teman sejawat, serta anggota masyarakat lainnya.Guru profesional harus memenuhi empat kompetensi, diantaranya yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selain itu, guru profesional juga harus memliki karakteristik pemimpin dalam memimpin anak didiknya. Jika semua guru mampu memenuhi karakteristik sebagai guru profesional, maka pendidikan di Indonesia akan terjamin kualitasnya dengan adanya guru yang berkualitas. Selain itu, karakteristik guru profesional dengan guru-guru yang kompeten mampu menghasilkan peserta didik yang kompeten pula.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menganalisis hasil jawaban tes soal PISA untuk mengukur tingkat kemampuan literasi matematika siswa berdasarkan gaya belajar siswa. Instrumen untuk mengumpulkan data siswa berupa tes PISA dan angket gaya belajar. Subjek yang dipilih untuk dijadikan subjek pada penelitian adalah 26 siswa dari kelas IX SMP Negeri 22 Medan. Teknik analisis data yang digunakan pada tes PISA adalah Model Miles dan Huberman. Teknik analisis data yang digunakan pada angket gaya belajar menggunakan Skala Likert. Angket yang diuji cobakan merupakan terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dari model Lynn O'Brien, sedangkan tes PISA kategori matematika berdasarkan sample questions of PISA 2022 Mathematics Assessment. Kesimpulan pada penelitian ini adalah (1) tingkat kemampuan literasi matematika siswa kelas IX dalam menyelesaikan soal PISA dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik di SMP Negeri 22 Medan tergolong sedang hingga rendah, (2) siswa yang tipe gaya belajar auditori lebih berpotensi dan unggul dalam hal kemampuan literasi matematika berdasarkan penyelesaian soal tes PISA dibandingkan siswa tipe gaya belajar visual dan kinestetik.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas alasan mengapa rumus matematika menjadi momok bagi siswa serta cara agar rumus matematika tidak lagi menjadi hal yang menakutkan untuk siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaatif dengan kajian pustaka. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa alasan siswa menganggap rumus matemtika sebagai momok atau hal yang menakutkan adalah karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti konsentrasi belajar siswa dan faktor eksternal adalah guru sebagi pembimbing siswa dalam belajar. Anggapan rumus matematika sebagai momok ini pada akhirnya akan mendatangkan kecemasan matematika. Kecemasan matematika adalah sebuah rasa takut dan tertekan saat menyelesaikan permasalahan matematika. Kecemasan matematika ini tidak boleh dibiarkan karena akan mengakibatkan tidak pahamnya siswa terhadap materi yang diajarakan. Untuk mengatasi kecemasan matematika ini, guru perlu menerapakan metode belajar yang menyenagkan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode HARUMPALA, yaitu sebuah metode belajar rumus matematika dengan menggunakn lagu. Dengan bernyanyi siswa akan lebih mudah untuk menghafal rumus matematika, dan rumus tersebut akan mampu diingat siswa dalam jangka panjang.
Renewable energy technology is needed to deal with climate change and reduce non-renewable energy such as oil and coils, which are still widely used until now. In this research, we design a rainwater pressure electric generator model using a piezoelectric. We use the pressure from water falling of drainage, and then turn it into electrical energy with a piezoelectric sensor. The sensor will generate an electric voltage that will be saved it into batteries. The results show the high pressure of waterfall will produce high electrical energy, and it depends on the volume and height of the falling water.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.