Tingginya volume sampah yang dihasilkan baik oleh industri maupun masyarakat merupakan permasalahan umum yang dijumpai di hampir semua kota. Untuk mengendalikan pertambahan volume sampah beserta implikasinya terhadap lingkungan, Incenerator menjadi salah satu metode yang dapat dipilih diantara metode gasifikasi yang lain, incinerator berfungsi sebagai pembakar sampah dan sebagai pembangkit uap dengan mengkonversikan panas pembakaran. Keuntungan penggunaan incenerator adalah kemampuannya untuk mereduksi sebagian besar timbunan sampah dan mampu menurunkan polusi lingkungan akibat penimbunan sampah. Sedangkan kerugian penggunaannya antara lain, gas buang membawa karbon dioksida (CO2) sejumlah besar yang akan terlepas ke udara serta pembawa unsur beracun dalam gas. Untuk mengendalikannya diperlukan peralatan tambahan sebelum gas dilepas ke udara , hal ini berarti tambahan biaya dalam konstruksi incenerator.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Pengelolaan sampah telah menjadi masalah penting di kota-kota Indonesia karena pencemarannya terhadap lingkungan. Akumulasi sampah menghasilkan gas TPA yang berbahaya bagi iklim tetapi berpotensi sebagai energi terbarukan. Pemanfaatan gas TPA sebagai energi alternatif dapat menggantikan energi fosil konvensional dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang terkait dengan produksi energi dari energi fosil. Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1,8 juta, menghasilkan sekitar 1.270 ton sampah per hari, di mana sekitar 70% sampah diangkut dan dibuang ke TPA Jatibarang. Produksi gas TPA diperkirakan mencapai 600 m3 / jam yang dapat dikonversi menjadi 1,3 MW. Studi ini mengevaluasi konversi gas TPA menjadi listrik melalui pembakaran di TPA Jatibarang di Kota Semarang. Fasilitas konversi gas TPA menjadi listrik telah beroperasi sejak akhir 2019.
Adanya kekhawatirkan biaya penggunaan energi fosil dari PLN yang meningkat serta kebutuhan listrik yang tidak sedikit sehingga diperlukan adanya sistem kelistrikan dengan sumber energi terbarukan. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem on grid merupakan solusi bagi pelanggan PLN untuk mengurangi tagihan listrik. Dengan penggunaan sistem ini akan mengurangi tagihan listrik dan memberikan nilai tambah pada pemiliknya. Pada penelitian ini dilakukan pengujian komponen pada sistem PLTS dan menganalisis dampak dari pengimplementasian PLTS on grid terhadap konsumsi energi listrik di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan hasil bahwa array surya memiliki efisiensi sebesar 16,03% dan inverter memiliki efisiensi sebesar 92,61% dimana nilai efisiensi masih lebih rendah dari nilai pada data sheet komponen yang disebakan karena suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu optimal. Berdasarkan analisis dari produksi PLTS, didapatkan hasil bahwa dari total beban yang beroperasi selama 30 hari objek penelitian hanya memerlukan impor energi listrik dari PLN sebesar 232,318 kWh dari total beban yang beroperasi sebesar 313.99 kWh.
Dengan banyaknya potensi kotoran sapi di Indonesia, maka sangat memungkinkan untuk di kembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga biogas (PLTB) guna memperoleh potensi kotoran sapi agar menghasilkan energi listrik yang mampu memenuhi kebutuhan listrik baik secara teknis dan ekonomi. Metode yang digunakan dalam menganalisis aspek teknis dengan perhitungan secara manual seperti perhitungan potensi biogas mengahasilkan 3,90m3/hari, perhitungan digester 6000 Liter, , perhitungan produksi biogas1408 m3/tahun dan energi listrik 686 kWh/tahun, untuk aspek ekonomi dalam penelitian ini menggunakan simulasi REETscreen. seperti perhitungan biaya produksi Rp 11.711.000, perhitungan pemeliharaan dan operasional Rp 255.920 dan analisis kelayakan finansial berupa perhitungan Cash in Flow(CF) sebesar Rp 988.320 , perhitunga Net Present Value (NPV) Rp -6.316.305,03< 0, perhitungan Payback Periode (PBP) 15,4 Tahun < 20 Tahun (Layak)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.