Introduction Shopping online carries risks, one of which is fraud. Fraud is caused by consumers lacking knowledge of the characteristics of fraud, low emotional control, such as being easily tempted by cheap prices and only interested in displaying images. Students who are in their late teens are vulnerable to becoming victims of online shopping scams. So a program is needed to improve student purchasing decision-making skills to prevent online shopping fraud. Method This research uses a descriptive study with a 3D model (define, design, develop). The research data were obtained from three stages, namely the first stage is a needs analysis. The second stage is designing a frame of reference for the implementation of the program smart buying. The third stage is validating with the validator. Results This study shows the results of the validation of the module content assessed by the validator, which have a score in the range of 0.58-0.83. The results of the validation of measuring instruments that were assessed by the validator had a range of numbers from 0.25 to 0.83. Conclusion and Recommendation Based on the results of the validity test of the module content of the program smart buying . is at a good level of content validity, meaning that there is a conformity of the content or material in each session of the program module smart buying with the objectives to be achieved. Keywords: Module validity, Decision making skills, Program smart buying , Online shopping ABSTRAKPendahuluan Belanja daring memiliki resiko salah satunya penipuan. Penipuan disebabkan konsumen kurang memiliki pengetahuan terhadap karakteristik penipuan, rendahya kontrol emosional seperti sangat mudah tergiur harga yang murah dan hanya tertarik dengan tampilan gambar. Mahasiswa yang berada pada usia remaja akhir rentan menjadi korban penipuan belanja daring. Sehingga diperlukan program guna meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan pembelian mahasiswa untuk mencegah terjadiya penipuan belanja daring. Metode Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan model 3D (define, design, develop). Data penelitian diperoleh dari tiga tahapan yaitu tahapan pertama merupakan analisa kebutuhan. Tahapan kedua merancang kerangka acuan kegiatan pelaksanaan program smart buying. Tahapan ketiga melakukan validasi bersama validator. Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil validasi isi modul yang dinilai oleh validator yaitu memiliki angka skor dengan rentang 0,58-0,83. Hasil validasi alat ukur yang dinilai oleh validator memiliki rentang angka dari 0,25-0,83. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil uji validitas isi modul program smart buying berada pada tingkat validitas isi yang baik, artinya terdapat kesesuaian isi atau materi dalam tiap sesi modul program smart buying dengan tujuan yang hendak dicapai. Kata Kunci: Validitas modul, keterampilan pengambilan keputusan, program smart buying,belanja daring.
ABSTRACT Elderly is someone who has entered the age of 60 years and over. Elderly is an age group in humans who have entered the final stage of their life phase. In the elderly, individuals experience a lot of problems, generally the elderly feel anxiety, loneliness, reduced emotional stability, and also experience dysfunction in their organs. This is because the elderly have physical limitations and have had traumatic experiences such as losing their family, children, spouse, and so on. Elderly community groups deserve the attention of all elements of government and the surrounding environment, but in reality elderly community groups are often ignored, and forgotten. Psychosocial support is needed to maintain emotional stability in the elderly and prepare for death. The provision of physical training in the form of elderly exercise and psychoeducation is given to encourage the elderly to remain happy and empowered even though they are no longer at their productive age. Keywords: Gerontic Psychology, Elderly, Psychoeducation ABSTRAK Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.Pada masa lansia individu mengalami banyak sekali permasalahan, umumnya lansia merasakan kecemasan, kesepian, berkurangnya stabilitas emosi, dan juga mengalami disfungsi terhadap organ tubuhnya. Hal-hal tersebut disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan fisik, serta mempunyai pengalaman yang traumatis seperti kehilangan keluarga, anak, pasangan, dan seterusnya. Kelompok masyarakat lanjut usia sudah sepatutnya menjadi perhatian oleh seluruh elemen pemerintahan maupun lingkungan sekitar, akan tetapi pada realitanya kelompok masyarakat lanjut usia sering kali ditepikan, dan dilupakan. Dukungan psikososial sangat diperlukan demi menjaga stabilitas emosi lansia, dan bersiap untuk menghadapi kematian. Pemberian latihan fisik berupa senam lansia dan psikoedukasi ini diberikan guna mengajak lansia untuk tetap bahagia, dan berdaya sekalipun tidak lagi berada pada usia produktif. Kata Kunci : Lansia, Psikoedukasi, Kesehatan Lansia, Psikologi Gerontik
Peran keluarga menjadi sangat penting sebagai basis teladan dan sentral perubahan untuk mewujudkan generasi emas yang berakhlak, sehat, cerdas, terampil, dan mandiri dengan menciptakan kondisi lingkungan rumah yang asri, nyaman, ramah dan sehat untuk perkembangan anak. Kondisi ini dapat ditumbuh kembangkan melalui pendidikan keluarga berbasis paket pemberdayaan dengan sasaran perangkat desa, petugas kesehatan dan keluarga (PEKESGA) guna optimalisasi fungsi keluarga. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan melakukan survei kesiapan lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berkoordinasi dengan mitra, melakukan edukasi kepada keluarga tentang fungsi-fungsi keluarga khususnya tentang perbaikan gizi keluarga dan program kelompok kerja PEKESGA, dan membentuk kelompok kerja PEKESGA berdasarkan kesepakatan bersama dan dilegalkan melalui SK Kepala Desa. Hasil analisis pre-test dan post-test diketahui terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap fungsi keluarga khususnya dalam perbaikan gizi keluarga.
Introduction: Research attempts to understand an overview of the effectiveness of directive counseling to handle underachiever students in SDN Utan Kayu 01 Pagi East Jakarta.Methods: The study used a single subject design. The research design used was an A-B-A design with a tied variable measurement procedure. The analysis in graph is intended to get an idea from time to time that could be used to clarify the results of a specific intervention. The subject in this study is a student of 3rd Grade in SDN Utan Kayu 01 Pagi East Jakarta.Result: On baseline (A1), behavior in a school where we are not performing our duties, has increased in the intervening phase (B) and the baseline (A2) is the number of tasks completed between two and four tasks. To see how far he can maintain a concentration of the lesson, at the intervening stage (B) and the baseline (A2) the ability to maintain a concentration of the lesson is increasing, taking between 14 and 26 minutes. Subject is experiencing some difficulty in socializing, at the intervention stage (B) and the baseline (A2) showd that it has decreasing.Conclusion and Recomendation: From the results of this analysis, it is concluded that the intervention by using directive counseling has improved. It is therefore expected to be constantly developed by researchers or school parties in the community. Keyword: Directive Conseling, Underachiever, Underachiever Behaviour. ABSTRAK Pendahuluan Penelitian berusaha memahami gambaran mengenai efektivitas konseling direktif untuk menangani siswa underachiever di SDN Utan Kayu Utara 01 Pagi Jakarta Timur. Metode Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal (single subject design). Penerapan yang digunakan adalah desain A-B-A dengan prosedur pengukuran variabel terikat. Analisis dalam bentuk grafik tujuannya untuk memperoleh gambaran dari waktu ke waktu yang bisa digunakan untuk memperjelas hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas III SDN Utan Kayu 01 Pagi Jakarta Timur. Hasil Pada baseline (A1), tentang perilaku selama di sekolah yang tidak mengerjakan tugas, mengalami peningkatan pada tahap intervensi (B) dan baseline (A2) yaitu jumlah tugas sekolah yang berhasil dikerjakan antara dua sampai empat tugas. Untuk melihat sejauhmana dapat mempertahankan konsentrasi terhadap pelajaran, pada tahap intervensi (B) dan baseline (A2) kemampuan untuk mempertahankan konsentrasi terhadap pelajaran mengalami peningkatan, waktunya antara 14 sampai dengan 26 menit. Subjek mengalami hambatan dalam bersosialisasi, pada tahap intervensi (B) dan fase baseline (A2) bahwa hambatan dalam bersosialisasi mengalami penurunan. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa intervensi dengan menggunakan konseling direktif mengalami peningkatan. Maka diharapkan ini terus dikembangkan oleh peneliti atau pihak sekolah di masyarakat. Kata kunci : Konseling direktif, underachiever, perilaku underachiever.
Introduction Autistic students had the same rights as normal students in obtained education. Inclusive school are needed for autistic students. Inclusive schools need teacher assisting for accompany the learning process of students with autism. Autistic students had excessive behaviour disorder; self-harm, aggression, and tantrums. The teacher assisting students with autism often feels angry and annoyed when accompanying students with autism. Positive emotions were things that can balanced the emotions of teachers assistance for autistic students in carried out their profession. To find out how to describe positive emotions and the factors that influence the formation of positive emotions in the teachers assistant for autistic students at SD Negeri 131/IV Jambi City. Method Qualitative method with a phenomenological approach. The data was collected use an observation, documentation and in-depth interviews. Use Interpretative phenomenological analysis (IPA). The characteristic of the participant teacher accompanying students with autism in SD Negeri 131/IV Jambi City, aged 25-55 years, faced autistic students directly, and had worked for at least 3 years. Result An overview the positive emotions in the teacher assistant for autistic students at SD Negeri 131 / IV Jambi City were feels of joy, self-satisfaction, attraction, love, fighting spirit, gratitude, and sympathy. The influence factors consist of environment, cooperation, selfefficacy, work experience, internal motivation, and personality. Conclusion And Recommendation The four participants have described positive emotions that are able to balance all emotions within themselves for their life and work. This research wasexpected to add insight into positive emotions. Keywords Positive emotions, teacher assistant, autistic students ABSTRAKPendahuluan Siswa autis memiliki hak yang sama dengan siswa normal dalam memperoleh pendidikan. Sekolah inklusi dibutuhkan untuk siswa autis. Sekolah inklusi memerlukan guru pendamping untuk mendampingi proses belajar siswa autis. Siswa autis memiliki gangguan perilaku berlebihan; melukai diri sendiri, agresif, dan tantrum. Guru pendamping siswa autis kerap merasakan emosi marah dan kesal saat mendampingi siswa autis. Emosi positif menjadi hal yang bisa menyeimbangkan emosi guru pendamping siswa autis dalam menjalani profesinya. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana gambaran emosi positif dan faktor yang mempengaruhi pembentukan emosi positif pada guru pendamping siswa autis di SD Negeri 131/IV Kota Jambi. Metode Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam. Menggunakan interpretative phenomenilogical analysis (IPA). Karakteristik partisipan guru pendamping siswa autis di SD Negeri 131/IV Kota Jambi, berusia 25-55 tahun, menghadapi secara langsung siswa autis, dan sudah bekerja minimal 3 tahun. Hasil Gambaran emosi positif pada guru pendamping siswa autis di SD Negeri 131/IV Kota Jambi adalah perasaan gembira, kepuasan diri, ketertarikan, cinta, berdaya juang, kebersyukuran, dan simpati. Faktor yang mempengaruhi terdiri dari lingkungan, kerja sama, kemampuan diri, pengalaman kerja, motivasi internal, dan kepribadian. Kesimpulan Dan Saran Keempat partisipan telah menggambarkan emosi positif yang mampu menyeimbangkan segala emosi dalam dirinya. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai emosi positif. Kata kunci emosi positif, guru pendamping, siswa autis
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.