AbstrakDalam penelitian ini, Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk meningkatkan self-esteem yang rendah pada seorang anak usia sekolah (laki-laki berusia 10 tahun). Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan model intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan psikologis dan perilaku maladaptif dengan mengubah cara berpikir. Desain penelitian ini adalah single-subject research desain yaitu penelitian eksperimen dengan menggunakan satu orang partisipan yang bertujuan untuk menguji efektivitas sebuah terapi. Pelaksanaan intervensi dilakukan sebanyak 13 kali pertemuan, dengan 2 kali pertemuan untuk melakukan penilaian (pre-test dan post-test), 10 kali pertemuan untuk sesi-sesi intervensi, dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Durasi setiap pertemuan kira-kira selama 1,5-2,0 jam. Berdasarkan observasi, wawancara, serta hasil pre-test dan post-test, dapat dikatakan bahwa Cognitive Behavior Therapy (CBT) terbukti efektif untuk meningkatkan self-esteem pada partisipan.Kata kunci: anak usia sekolah, cognitive behavior therapy (CBT), self-esteem Cognitive Behavior Therapy to Increase Self-Esteem on School Age Children AbstractIn this research, Cognitive Behavior Therapy (CBT) was used to increase low self-esteem on a school-age children (boy, 10 years old). Cognitive Behavior Therapy (CBT) is a treatment that aimed to reduce psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes. The design of this study was single-subject research design specifically experimental study which used one participant to verify the effectiveness of a theraphy. This treatment consists of 13 sessions, with 2 sessions for the assessment (pre-test and post-test), 10 session for the treatment sessions, and 1 session for the evaluation). The duration of each session approximately 1,5 -2 hours. Based on observations, interviews, pre-test and post-test, CBT was effective to increase selfesteem on the participant.
Abstract. The aim of this study is investigate the effect of group stress management program on reducing stress among elderly with chronic diseases. To achieve this aim, this study used quasi-experimental one-group pre-test post-test design with within-group analysis. The target population is elderly with chronic diseases. Total participants in this study are 64 people, divided into five groups based on the area where they live. Pre-test and post-test given to the entire group using Perceived Stress Questionnaire (PSQ) and the results were analyzed with Paired Sample T-Test. The results of this study show that group stress management program capable in reducing stress of the participants. In other words, this intervention program can be used to reduce stress level of elderly with chronic diseases. Keywords: chronic diseases, elderly, group management stress, stressAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dari penerapan manajemen stres secara berkelompok dalam menurunkan stres pada lansia penderita penyakit kronis. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian in menggunakan desain quasi-experimental one-group pre-test post-test dengan within-group analysis. Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah lansia berpenyakit kronis. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 64 orang yang dibagi ke dalam lima kelompok berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka. Pre-test dan post-test pada seluruh kelompok dilakukan dengan menggunakan alat ukur Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan hasilnya dianalisis dengan metode Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program manajemen stres berkelompok dapat menurunkan stres yang dialami oleh partisipan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa program intervensi ini dapat menurunkan tingkat stres yang dimiliki oleh lansia berpenyakit kronis.
Masalah perilaku on-task pada tugas akademik seringkali muncul pada anak usia sekolah, seperti kesulitan memusatkan atensi pada tugas, mudah terdistraksi, dan beralih fokusnya pada hal lain dalam situasi pembelajaran. Hal ini dapat mempengaruhi pencapaian akademis anak sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan durasi perilaku on-task pada tugas akademik dengan menggunakan teknik shaping. Penelitian ini menggunakan single case experimental A-B design yang dilakukan dalam 22 sesi. Partisipan adalah seorang anak laki-laki typical (normal) berusia 10 tahun. Teknik pengumpulan data melalui duration data sheet yang bertujuan untuk mengukur durasi kemunculan target perilaku melalui observasi. Analisis data dilihat dengan membandingkan rata-rata durasi perilaku on-task sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata durasi perilaku on-task yang signifikan pada partisipan, dari 8% sebelum intervensi menjadi 100% setelah intervensi berakhir dan bertahan menjadi 100% saat follow-up. Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik shaping terbukti efektif dalam membantu anak meningkatkan durasi perilaku on-task pada tugas akademik. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu fase baseline dapat dilakukan dalam sesi yang lebih panjang agar dapat menentukan target perilaku yang lebih valid, jarak waktu antara fase baseline dan fase intervensi sebaiknya tidak terlalu berjauhan, serta menggunakan media visual chart untuk memudahkan anak dalam menampilkan perilaku on-task yang tepat.
Today, fathers are more involved in children's caretaking. This role has shifted the views about family. Fathers who had the function as breadwinners are now also taking the role as caregivers. Unfortunately there are still some inadequacy in caregiving by fathers, especially in communicating with children. This issue needs to be handled because father's competence in caregiving affects the development of the children to produce positive behavior. Fathers need an intervention to increase their knowledge and skills to communicates with children. One intervention that gives maximum effect is by trained fathers to increase knowledge and skills on active listening. This research is a one group pretest and posttest design type which involved 5 young adult fathers with children aged 4-6 years old and was performed in Depok, West Java. The final result shows a significant differences in fathers' active listening knowledge and skills before and after receiving the father active listening program.
Children with Borderline Intellectual Functioning (BIF) are prone to experiencing social anxiety caused by cognitive distortions. Psychological interventions that emphasize the conversion of cognitive is a cognitive-behavioral modification (CBM). Research on the application of CBM for children BIF has not been carried out. The aim of this study was to examine the effectiveness of CBM to reduce social anxiety on children with BIF. Social anxiety was measured by the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A). Data in this study also were obtained through observation and interviews with subjects and parents. This research using single subject A-B-A’ design and involve one subject, 13 years old female adolescent. This intervention conducted in 6 sessions with 90-120 minutes/session. Data on this study is analyzed by comparing SAS-A scores before and after the intervention. The result shows a change in social anxiety level on the subject. Therefore, Cognitive Behavior Modification is effective to reduce the level of social anxiety on an adolescent with BIF.Keywords: Borderline Intellectual Functioning; Cognitive Behavior Modification; Social anxiety AbstrakAnak dengan borderline intellectual functioning (BIF) rentan mengalami masalah kecemasan sosial yang disebabkan oleh distorsi kognitif. Intervensi psikologis yang bisa dilakukan adalah modifikasi kognitif-perilaku. Penelitian mengenai penerapan modifikasi kognitif-perilaku untuk anak dengan BIF belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan Modifikasi Kognitif-Perilaku untuk menurunkan kecemasan sosial pada anak dengan BIF. Kecemasan sosial diukur menggunakan kuesioner Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A). Data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan subjek dan orang tua. Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single subject A-B-A’ design, penelitian ini melibatkan satu subjek yaitu seorang remaja perempuan berusia 13 tahun. Terapi ini dilakukan dalam 6 sesi, dengan durasi 90-120 menit/sesi. Teknik analisis data dilakukan dengan membandingkan skor SAS-A sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan tingkat kecemasan sosial pada subjek. Dengan demikian, Modifikasi Kognitif-Perilaku terbukti efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan sosial pada remaja dengan BIF.Kata Kunci: Borderline Intellectual Functioning; Kecemasan Sosial; Modifikasi Kognitif Perilaku
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.