One of ways to increase the fishing operation effectiveness is done by using fish aggregating device (FAD) called rumpon. The types of FAD used in Kei Kecil waters made from bamboos or plastic drum material. This research objectives are (1) determining catch composition around FAD, (2) comparing the effectiveness of two types of FAD on fishing operation, and (3) comparing the effectiveness of fishing gears, operated around the FAD. The method that used in this research was doing survey through observing fishing activities around the FAD. Fishing gear and FAD samples were determined through purposive sampling method. These data were collected from August to October 2007 in Kei Kecil Waters of South East Maluku. The kind of fish catch around FAD were scad mackerel, frigate mackerel, and barred spanish mackerel. The most dominant of catch was scad mackerel (80%), whereas percentage e of frigate mackerel and barred spanish mackerel were 19% and 1%. The composition of the length size of scad mackerel, frigate mackerel, and barred spanish mackerel were dominated by the large size. Type of bamboo FAD was more efective compared with the plastic drum FAD type. Purse seine fishing was more efective compared with gillnet and troll line fishing that operated around rumpon.
Yellowfin tuna (Thunnus albacares) is a superior fish resources are distributed in an area of the waters of the Aceh province. So far, yellowfin tuna fishermens have a problem in determining operational point of fish fishing ground. Determination of fish fishing ground can be estimated from water condition that is species habitat and usually described with oceanographic parameters. Sea surface temperature (SPL) and chlorophyll-a are an important oceanography to know the existence of yellowfin tuna and to analyze a potential fishing ground easier. Therefore, this research aimed to examine and analyze fish fishing ground of yellowfin tuna based on SPL parameter and chlorophyll-a distributions in the waters of Aceh province. The methods used in this study include data of yellowfin tuna catches in the waters of Aceh Province with purposive sampling, and the SPL and chlorophyll-a analyses using the Modis Aqua satellite image data that are processed with AcrGIS software. The results showed the SPL distributions in the waters of Aceh province were range from 26-34 °C. The highest SPL was reached 34.74 °C, occurs in February and the lowest SPL 26.19 °C, occurs in April. Analysis of chlorophyll-a distributions in the waters of Aceh province were range 0.01-3.7 mg/m 3 . The highest of chlorophyll-a was 3.75 mg/m 3 occur in August, while the lowest chlorophyll-a was 0.0120 mg/ m 3 occur in July. Based on regression analysis, the relationship between the distributions of SPL and chlorophyll-a not significantly to the catch yellowfin tuna in the waters of Aceh province.Keyword: Aceh waters, chlorophyll-a, satellite image data, sea surface temperature ABSTRAKIkan tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan sumberdaya ikan unggulan yang tersebar di wilayah perairan Provinsi Aceh. Sejauh ini, para nelayan ikan tuna madidihang mengalami kendala dalam menentukan titik operasional daerah penangkapan ikan. Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies dan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a merupakan parameter oseanografi yang penting untuk mengetahui keberadaan ikan tuna madidihang dan mempermudah dalam menganalisis daerah penangkapan ikan yang potensial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji dan menganalisis daerah penangkapan ikan tuna madidihang berdasarkan parameter SPL dan sebaran klorofil-a, di perairan Provinsi Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengambilan data hasil tangkapan ikan tuna madidihang di lapangan secara purposive sampling di perairan Provinsi Aceh, serta analisis SPL dan klorofil-a menggunakan data citra satelit Aqua Modis yang diolah dengan software ArCGIS. Hasil penelitian menunjukkan sebaran SPL di perairan Provinsi Aceh berkisar antara 26.19-32.8 °C. Nilai kisaran SPL tertinggi mencapai 32.87 °C terjadi pada bulan Maret, serta SPL terendah 26.19 °C terjadi pada bulan April. Analisis sebaran klorofil-a di perairan Provinsi Aceh berkisar ant...
Perikanan gurita di Kabupaten Banggai Laut termasuk kategori perikanan yang small scale fisheries. Hal ini dikarenakan nelayan Banggai Laut menangkap gurita dengan menggunakan kapal dan alat tangkap yang sederhana. Tren CPUE gurita dalam 3 tahun terakhir (2014-2016) menunjukkan penurunan yang cukup drastis. Penurunan yang terjadi mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan daerah penangkapan gurita di daerah tersebut sudah terjadi penangkapan yang berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa gurita di Kabupaten Banggai Laut belum dikelola secara optimal. Pengelolaan hanya melakukan penangkapan terus menerus tanpa mempertimbangkan dampak terhadap sumberdaya gurita. Pengelolaan secara benar perlu dilakukan untuk menjaga potensi sumberdaya gurita agar tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengelolaan daerah penangkapan octopus di Kabupaten Banggai Laut. Pendekatan strategi pengelolaan menggunakan pendekatan strategi Strength, Weakness, Oppurtunity, Threats (SWOT). Strategi pengelolaan perikanan gurita di Kabupaten Banggai Laut dilakukan dengan 1) Strategi SO dengan opsi strategi: Pengembangan kerjasama dengan industri pengolahan ikan dan memanfaatkan potensi perikanan gurita 2) Strategi ST dengan opsi strategi: Menetapkan aturan dan sanksi yang tegas terkait nelayan yang melakukan illegal fishing dan membatasi armada penangkapan ikan. 3) Strategi WO dengan opsi strategi: peningkatan kualitas SDM dan membangun pelabuhan perikanan. 4) Strategi WT dengan opsi strategi: membuat aturan terkait bobot gurita dan pengawasan daerah penangkapan ikan.
Karimunjawa National Park (KNP) inhabited mostly by fishery household, surrounds by 111.625 ha of waters. Protected area such as national park can essentially provide benefits for the survival of humans and other ecosystems. Economic valuation studies as one of the basic management becomes extremely important to be done to understand the extent of KNP provide benefit either directly or indirectly. These benefits should be assessed in economic value that management policy input can be done comprehensively. The objective of the research is to to assessing the economic benefit of KNP. Value of the economic benefits of KNP is Rp 53 Billion. Fishing activities contribute to the value of Rp. 30, 51 M (57.52%), tourism activities Rp. 11.28 M (21.26%) and ecosystem Rp. 11.26 M (21.22%).These value is benefit value and also opportunity cost if KNP ecosystem damage, the minimum economic loses to be borne by society.
Ikan tuna memiliki nilai ekonomis penting dan tersebar hampir di seluruh wilayah di perairan Indonesia. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya tuna telah memberikan kontribusi yang besar bagi sektor perikanan di Indonesia. Kebutuhan dan tingginya permintaan pasar terhadap ikan tuna menyebabkan intensitas penangkapan ikan ini semakin meningkat. Peningkatan intensitas penangkapan ikan tuna terjadi di seluruh wilayah perairan Indonesia. Tingginya intensitas penangkapan ikan tuna khususnya di daerah Selatan Jawa dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tuna. Daerah Sendangbiru di Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah penghasil tuna terbesar di Jawa Timur. Peningkatan intensitas penangkapan ikan tuna di daerah ini juga terjadi setiap tahunnya. Analisis keberlanjutan dari kegiatan perikanan tuna sangat perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan terkini dari perikanan tuna di daerah Sendangbiru. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberlanjutan dari masing-masing domain atau aspek yang ada di dalam EAFM dan menentukan tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di perairan Sendangbiru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan berbasis ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management / EAFM). Hasil dari penelitian ini menunjukan aspek yang memiliki tingkat keberlanjutan sangat baik meliputi aspek teknik penangkapan ikan, ekonomi dan kelembagaan, sedangkan domain/aspek yang memiliki tingkat keberlanjutan sedang meliputi sumberdaya ikan, habitat dan ekosistem perairan dan sosial. Tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di daerah Sendangbiru tergolong baik. Perolehan nilai dari analisis komposit dari setiap domain dalam indikator EAFM sebesar 80.28.Kata kunci:keberlanjutan, perikanan tuna, EAFM
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.